Dua Puluh Tujuh

212 45 22
                                    

Bintang berbaring di tempat tidur. Menatap langit-langit kamar. Pikirannya tertuju pada gadis manis bernama Kejora, yang selama beberapa waktu terakhir selalu menyita lamunan. "Apa gue harus nunjukin rasa suka gue secara lebih nyata? Gue juga penasaran dengan respon dia."

Dihembuskannya napas kasar. "Ah, Bintang Venus, kenapa giliran lo ngerasa seolah-olah jatuh cinta, justru sesama cewek yang lo pilih. Hati gue memang kurang ngajar, kenapa enggak milih cowok saja? Kan, semua lebih gampang kalau gue sukanya cowok."

Dilipatnya kedua tangan di belakang kepala. "Kira-kira kalau gue jujur soal perasaan gue, apa ya, reaksi Jora? Kalau dia menjauh bagaimana? Pastinya bakalan jadi aneh, apalagi kami masih satu kost."

"Argh ... Senja ... kenapa hal sesederhana rasa suka bisa menjadi serumit ini? Coba saja kalau kamu masih ada, pasti kamu bisa kasih aku solusi terbaik."

"Ah, gue jadi kangen senja."

...

Bintang menatap matahari, yang mulai menenggelamkan diri di ujung cakrawala. Langit semburat jingga. Indah tanpa awan gela yang menutupi. Hal yang selalu mengingatkannya pada sosok Senja. Ya, baginya indahnya matahari terbenam sama cantiknya dengan senja.

"Senja ... aku rindu. Saat ini aku tengah merasakan hal yang sama seperti dirimu dulu. Aku tahu rasanya. Aku mengerti apa yang kamu rasakan dulu. Bahkan, entah berapa goresan yang sudah ku terima karena rasa ini. Aku ternyata hanya seorang pengecut, Senja. Aku tak berani menunjukkan rasaku dengan benar-benar nyata."

Angin membelai rambut panjangnya, yang dibiarkannya tergerai. Dipejamkannya mata. "Apa aku harus lebih berani menunjukkan rasa yang kumiliki? Tak bagaimana jika hasil akhirnya dia menjauh dan semakin sulit untuk direngkuh?"

...

Kejora menatap pintu kamar, yang terlihat terkunci rapat. Gadis itu menghela napas. Ini sudah hari ketiga sejak kejadian terkuncinya dia di toilet mall. Bintang menghilang setelah percakapan mereka yang terakhir kalinya.

"Kak Venus ke mana?" gumamnya. Masih menatap pintu di hadapannya. Kembali menghela napas. Bintang memang muncul di kampus tapi tak pernah terlihat di sekitaran kost.

"Ngapain kamu, Jora?"

Sebuah nada tanya membuat Kejora menoleh dan tersenyum ke arah Nana. "Eh, Kak Nana ... enggak ngapa-ngapain kok, Kak. Cuma heran saja, sudah tiga hari Kak Venus enggak kelihatan."

Nana tersenyum. "Dia pulang ke rumahnya, Ra. Lagi ada urusan dia di rumah. Akhir pekan ini, mau ada acara ulang tahun pernikahan orang tuanya."

Kejora mengangguk paham. Aih, Kejora, kok bisa-bisanya kamu berpikir kalau Kak Venus menghindar dari kamu sih? Kedua pipinya sedikit memerah. Malu.

"Oh iya, kita berempat diundang Codot datang nanti. Kamu, aku, Vido, dan Arimbi. Tumben loh, Codot mau ngundang teman-temannya. Biasanya, justru dia sendiri malas datang ke setiap acara orang tuanya."

...

"Kali ini kamu harus datang, ya, Nak. Jangan kabur terus seperti biasanya."

Bintang mengangkat wajah. Menatap Mr. Pram, yang tengah membaca koran pagi. Gadis itu tengah mempertimbangkan permintaan sang ayah. "Kenapa harus tetap dirayakan sih? Bukannya rumah tangga kalian tidak baik-baik saja?"

Bintang Venus (GXG Story)Where stories live. Discover now