Delapan

243 44 0
                                    

"Woy, Neng, ngelamun aja. Mikirin apa sih? Jodoh? Enggak usah dipikirin itu sih. Kan, udah ada di sini." Arimbi mencolek pipi kanan Bintang, yang masih setia melamun.

Bintang tersentak dari lamunannya. Menoleh ke arah Arimbi, yang tersenyum. "Apaan sih? Enggak ngelamun juga kok," bantahnya dengan nada dingin.

"Masa sih? Kalau enggak ngelamun, kenapa lo minum jus berantakan gitu?" tanya Arimbi seraya tersenyum penuh arti. Meraih selembar tisu dan menyeka ujung bibir Bintang, yang sedikit ternodai oleh jus buah naganya.

Bintang menahan napas saat jari-jari Arimbi menyentuh sudut bibirnya. Walau terhalangi oleh selembar tipis tisu. Dalam benaknya, muncul bayangan Kejora, yang menggantikan posisi Arimbi. Duh, kenapa gue jadi bayangin Jora sih? Mulai kacau otak lo, Bintang Venus ....

Arimbi memperhatikan semua perubahan ekspresi di wajah Bintang. "Lo bisa blushing juga ternyata. Gue pikir lo cuma bisa berekspresi layaknya kutub yang dingin." Menarik tangan kanannya menjauh dari wajah Bintang. Kembali melanjutkan acara makannya, seolah tak terjadi apa-apa.

Kedua pipi Bintang kian memanas mendengar sindiran Arimbi. Segera diraihnya jus miliknya dan menyeruputnya untuk mengalihkan pikiran.

"Lo punya pacar enggak sih, Ven?" tanya Arimbi seraya melirik gadis cantik di sebelahnya.

Wajah Bintang seketika berubah datar. "Kelihatannya gimana?" tanyanya balik dengan nada dingin. Mendorong jus miliknya, yang kini tak lagi memikat.

"Sepertinya sih lo jomblo. Gue cuma mau memastikan. Siapa tahu gue bisa daftar jadi calon pacar lo," jawab Arimbi dengan cueknya. Mengabaikan keengganan Bintang dalam intonasi suaranya.

"Gue enggak terlalu berminat punya pacar tuh." Bintang menolak dengan tegas.

Arimbi mengangkat wajah dari makanannya. "Hari ini, mungkin lo enggak berminat. Siapa tahu setelah dekat dengan gue, lo malah pengen banget punya pacar."

Bintang mengangkat kedua alisnya. Menatap dingin Arimbi. Nih laki-laki jejadian memang paling pede sedunia.

...

Bintang merobohkan diri pada sofa di ruang tamu kost. Rasa lelah memeluk tubuh tinggi semampainya begitu erat. Otaknya penat setelah seharian menyerap ilmu. Dipejamkannya kedua mata. Sekedar ingin beristirahat barang sejenak. Tak sampai semenit, dengkur halus mulai mengiringi lelapnya.

Kejora, yang baru saja pulang dari mencari makanan, terkejut saat mendapati Bintang tergeletak tak beraturan di sofa. "Ya ampun ... sembarangan banget sih tidurnya. Kalau ada orang jahat lewat gimana coba? Mana pintu depan kebuka gitu lagi." Kejora meletakkan kantung belanjaannya di atas meja. Mulai memperbaiki posisi tidur Bintang. Mengambil tas ransel Bintang dan menaruhnya di bawah sofa. Kejora meraih kantung belanjaannya dan segera beranjak menuju kamarnya.

Bintang membuka sedikit kedua matanya. Tersenyum. Ada kebahagiaan menyusup di hati. Kembali dipejamkannya mata. Meneruskan tidurnya yang tertunda.

...

Bintang menggeliat dalam tidurnya. Perlahan membuka kedua matanya. Memperhatikan sekitarnya. Seiring kesadarannya yang kian penuh, rasa sakit pada leher belakangnya pun muncul. "Aw ...." keluhnya seraya mengusap lehernya. "Duh, gara-gara ketiduran di sofa, leher gue jadi sakit."

"Hei, udah bangun lo, Ven. Nyenyak banget sih tidur di sofa. Sampai sakit leher gitu." Sebuah suara menyambut kesadaran Bintang.

Bintang refleks memalingkan wajah ke arah suara. Terlihat Arimbi tengah duduk manis di sofa lain. "Kok lo di sini? Dari kapan?"

Bintang Venus (GXG Story)Where stories live. Discover now