Lima Belas

238 46 2
                                    

"Main air, yuk. atau bikin istana pasir kek. Gabut banget deh. Masa ke pantai cuma duduk-duduk doang kayak di warung kopi?" Nana, yang mulai bosan, melancarkan protes setelah selama satu jam hanya duduk diam di atas tikar eceng gondok.

"Tauk ih, gabut banget enggak sih? Ayo dong, ngapain kek. Main voli kek. Kejar-kejaran kek. Atau petak umpet sekalian." Arimbi menguap lebar karena bosan. "Mana sepi lagi, enggak ada buat cuci mata ini sih."

Nana menjambak sekilas rambut Arimbi, "dasar centil. Pantesan cewek-cewek enggak betah lama-lama jadi pacar lo. Setia oy setia. Hari gini masih player? Malu sama anak SD yang udah pinter pacaran!!!"

Arimbi menoyor kepala samping Nana, "berisik!!! Yang centil gue, kenapa situ yang sewot? Venus aja, calon pacar gue, biasa aja."

Bintang menaikkan sebelah alisnya. Calon pacar? Sejak kapan gue jadi calon pacar Arimbi? Yang gue mau kan, bukan dia.

Plak!!! Nana menggeplak bahu kanan Arimbi, "ngaku-ngaku loh. Noh lihat, si Codot mukanya sampai kayak begitu." Ditunjuknya wajah datar Bintang.

Arimbi menoleh ke arah Bintang, tersenyum, "enggak apa-apa kan, kalau aku berusaha mendapatkan kamu? Semua orang berhak jatuh hati, kan? Sama siapapun tanpa terkecuali."

Bintang tersenyum tipis, "ya, semua orang berhak jatuh cinta dengan siapapun tapi orang yang dijatuh-cintai juga punya hak untuk tidak membalas rasa yang terlanjur ada."

Arimbi kembali tersenyum, "dan itu artinya, kamu ngasih aku kesempatan untuk mencoba dekati kamu dan mendapatkan hati kamu?" tanyanya dengan penuh keyakinan.

Bintang menatap datar Arimbi, "silahkan. Tapi, asal kamu tahu, saya bukan wanita yang mudah jatuh hati, bahkan belum pernah jatuh hati sebelumnya."

"Arimbi selalu punya cara untuk mendapatkan hati perempuan. Kalau nanti aku berhasil membuat kamu jatuh hati, enggak akan pernah aku lepaskan kamu, Bintang Venus." Arimbi kembali tersenyum. Sangat percaya diri dan penuh keyakinan.

Nana menguap, "Huah ... berasa lagi nonton drama gue, yang satu keukeuh ngejar, yang satu terbirit-birit lari menjauh. Gue tunggu episode selanjutnya deh." Direntangkannya kedua tangan. Menggeliatkan badannya yang mulai pegal. "Udah ah, mending gue main air deh daripada nonton drama lo berdua. Mau ikut enggak, Jora?" Dipaksakannya tubuh untuk berdiri, menoleh ke arah Kejora untuk melihat reaksinya.

"Ikut, Kak. Aku enggak mau ganggu yang lagi pedekate." Kejora bergegas berdiri dari duduknya.

Arimbi mengikuti gerakan kedua gadis itu. Berdiri dan mengebaskan butiran pasir, yang menempel di celana jeansnya, akibat duduk berselonjor kaki melebihi batas tikar. "Yuk, main air, yuk ...." serunya penuh semangat. Diraihnya telapak tangan kanan Kejora, menariknya lembut ke arah pantai.

Nana melirik Bintang, yang menatap dingin pada kedua telapak tangan, yang tertaut. Nana menghela napas. Apa gue terlalu berlebihan kalau berharap semua ini cuma mimpi buruk gue?, gumamnya dalam hati. Gadis itu tersenyum kecut sebelum akhirnya menyusul Arimbi dan Kejora.

...

Nana, yang bosan bermain air, kembali ke tempat mereka menggelar tikar, tempat di mana sahabatnya masih berdiam diri dengan tatapan dingin. Menatap lurus ke arah sepasang gadis, yang tengah bermain air di depan sana.

"Enggak minat main air, Dot? Enak loh. Enggak bosen apa duduk doang terus ngelihatin?" Nana menyenggol dengan bahunya, membuat gadis itu sedikit terdorong ke samping. Diraihnya sebotol kopi dingin. Menenggaknya.

"Enggak. Malas. Sepupu lo bikin gue malas. Dia emang gitu, ya, kalau suka sama cewek?" jawab Bintang dengan nada dingin.

Nana mengangguk, "ya begitulah si Arimbi kalau suka sama cewek, tapi lo tenang aja, kalau dia merasa, enggak akan bisa dapetin tuh cewek, biasanya dia mundur dengan sendirinya," jelasnya dengan nada santai. "Eh, tadi lo bilang belum pernah jatuh hati? Terus apa kabar rasa lo ke cewek misterius itu? Bukan jatuh hati?" tanyanya dengan nada penasaran. Sedikit memiringkan posisi duduk agar dapat menatap Bintang lebih jelas.

Bintang Venus (GXG Story)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora