Bintang Venus #30

287 37 6
                                    

"Kamu cantik."

Kejora terlonjak di tempat. Nyaris menjatuhkan gelas, yang masih digenggamnya. Gadis itu menoleh dan tersenyum. "Terima kasih. Kak Venus juga cantik," pujinya dengan tulus. "Gaun pilihan Kakak bagus. Aku suka."

Bintang mengangguk. Menatap lekat gadis di hadapannya. Jantungnya kembali berdebur kencang. Ah, Putri. Andai aku punya keberanian lebih. Mungkin bukan sekadar kata pujian yang terlontar. Sayangnya, aku terlalu takut kau pergi bila tahu semuanya.

Kejora menghela napas. Berusaha menata debur jantungnya. Tatapan lekat Bintang seolah menguncinya. Gadis itu meneguk minumannya untuk sebagai pengalihan. "Kakak enggak temenin Mamah-Papahnya?"

Bintang menggeleng dalam diam. Masih menatap pujaan hatinya. "Aku enggak terlalu kenal dengan kolega mereka. Lagian, aku mau ngobrolin apa kalau ikut mereka?" Gadis itu melepas tatapannya. Mengarahkan tubuhnya ke arah meja saji. Meraih sebuah gelas.

"Kak, aku mau nyari Vido dulu, ya. Dadah ...."

Bintang menatap kepergian Kejora. Tersenyum.

"Pacar kecilnya cantik, ya. Eh, maksud gue, calon pacar. Atau ... lebih tepatnya gue sebut cinta dalam diam?"

Suara lembut itu mengalihkan atensi Bintang, yang menoleh dan menatap sosok mungil bergaun tosca, yang kini berdiri di sebelahnya. "Lo? Ngapain lo di sini?"

Gadis itu terkekeh lembut. "Kenapa? Gue salah satu anak kolega Papah lo kalau lo lupa. Jadi, wajar dong kalau gue ikut hadir di pesta, mantan calon mertua gue." Sebuah senyuman penuh arti menghiasi wajahnya.

Bintang menghela napas. Menatap dingin sosok di sebelahnya. "Gue pikir, lo terlalu nekat untuk muncul di hadapan gue, setelah peristiwa itu."

Gadis itu tersenyum jengah, jelas terlihat enggan untuk membahas masa lalu. "Kejora cantik, ya. Lo enggak takut kalau ada orang lain yang lebih dulu deketin dia? Dan akhirnya bisa miliki Kejora sebelum lo berani mengakui rasa lo itu?"

Bintang mendengus. "Itu hak Kejora. Kalaupun nanti dia punya pilihannya sendiri, gue harus bisa ikhlas."

Gadis itu kembali tersenyum. "Oh, kalau begitu, lo ngasih gue kesempatan untuk deketin dan rebut dia dari lo? Yakin, lo enggak apa-apa kalau itu benaran terjadi?"

"Dia bukan pacar gue kalau lo lupa. Jadi, gue enggak seharusnya merasa kenapa-kenapa kalau dia lebih milih orang lain," jawab Bintang dengan nada tegas.

Gadis itu tersenyum miring. "Oke. Perlu lo tahu, selera gue masih sama walaupun penampilan gue sekarang berubah."

"Eh, siapa nih, Ve? Cantik. Kenalin dong."

Sebuah suara mengalihkan perhatian kedua gadis itu. Bintang tersenyum tipis melihat kehadiran Arimbi. Sedangkan gadis di sebelahnya berdecih tak suka.

"Oh, kamu mau kenalan dengan dia, Ar? Boleh kok. Ini salah satu anak kolega Papah saya. Namanya Bumi. Kebetulan dia satu kampus dengan kita. Iya kan, Alvera Bumi Mahasatya!?" Bintang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah senyuman.

Arimbi meraih telapak tangan Bumi. "Gue Arimbi. Lo anak kampus gue juga? Kok gue enggak pernah lihat?"

Bumi menarik tangannya. Menatap risih ke arah gadis tomboi di hadapannya. "Saya baru pindah sebulan yang lalu," jawabnya dengan nada kaku.

Bintang Venus (GXG Story)Where stories live. Discover now