Page 2

3.6K 426 16
                                    

Gadis bersurai indigo itu menghembuskan napasnya panjang, ia genggam tali tasnya erat. Gugup melandanya sekarang. Oke ini lebih buruk dari kejadian dimana ia menumpakan minuman pada gadis paling sok cantik Sakura Haruno. Ini bahkan jauh lebih menyeramkan dari amukan Ino karena ia menghilangkan sepatu barunya.
   
Ia berjalan dengan gugup, sesekali ia mengedarkan pandangannya menyapuh ke seluruh koridor lantai dua. Hinata terlihat seperti maling yang tengah menjalankan aksinya.
   
Hinata mendengus kesal, harusnya ia tidak mengikuti permainan gila itu. Harusnya ia tidak menuruti ucapan kedua sahabatnya itu. Lihat apa yang ia dapatkan setelah kejadian sialan kemarin? Ya tidak ada selain rasa gelisa yang menyelimuti hati dan pikirannya.
     
Kaki berbalut sepatu bermerk Nike itu melangkah dengan cepat, ruang kelaslah yang menjadi tujuan utamanya. Ia kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling ia takut, jika ada seseorang yang mempergokinya.
                         
Ia tutup pintu kayu itu dengan pelan, ia memegang dadanya yang berdegup kencang. Oke, Hinata selamat datang di Neraka. Hidupmu tak akan aman lagi setelah kejadian kemarin.
                         
Oh Badebah, sialan!! Hidup indah Hinata harus berakhir hanya karena permainan konyol itu? Fuck!!
                         
Bangku paling pojok menjadi sasarannya, ia akan mengasingkan hidupnya kali ini. Ia terpaksa bangun pagi agar semua siswa tidak dapat melihat batang hidungnya.
                         
"Hinata-chan?" Hinata mendengus kasar, suara sialan itu terdengar. Ia alihkan pandangannya ke arah wanita tinggi itu.
   
"Apa?"
                         
Wanita yang mendapat amukan itu hanya menyeringit heran. "Tumben datang awal?"

                         
Hinata melipat kedua tangannya di dada menatap wanita bar-bar itu tajam. "Jangan bersikap seolah kau tak tahu semuanya, Ino-chan. Kau jelas tahu semuanya." Jawab Hinata kesal ia bahkan mencebikan bibirnya.
                         
"Hei, hei. Aku tidak akan mengirah si Fucking Uchiha itu justru mengambil kesempatan." Ujar Ino membelah diri. Ia juga tidak menyangka kejadian kemarin begitu gila. Ia harus tertawa atas nasip sialnya Hinata atau kasihan padanya? Miris sekali nasipnya.
                         
Ino mendudukan pantatnya di bangku samping wanita itu, ia menyentuh pundak sahabat manjahnya itu dengan lembut.
   
"Tidak usah pedulikan kejadian kemarin. Semua orang tahu seberapa berengseknya pria badeba itu." Ujar Ino mencoba membangun kepercayaan diri yang telah hilang entah kemana dari gadis cantik ini.

"Aku tidak bisa, Ino. Kau tentu tahu siapa Uchiha sialan itu. Ia seperti mempermalukanku ke semua siswa. Kau tahu bagaimana jadi diriku. Aku seperti tidak punya muka lagi dan jangan lupakan penggemar pria itu akan mengila setelah kejadian kemarin." Terang Hinata lesuh ia melipat tangannya di atas meja menaruh kepalanya di lipatan itu.
     
"Hei, siapa peduli! Kita hanya bersenang-senang. Kau juga tidak lupa apa yang aku alami kemarin bukan?" Ino kembali mencoba menyemangati lagi si manja satu ini, Ino tidak lupa membagi nasipnya.
   
"Tentu saja berbeda, kau kan tidak punya malu." Cibir Hinata.
                         
Wanita bersurai pirang panjang itu memukul kepala Hinata, hingga si empuh mengadu kesakitan. Ia melipat kedua tanganya di depan dada memperhatikan keluar jendela.    
"Sialan!! Harusnya aku tidak pernah  mencium bajingan mesum itu." Racau Hinata merutuki semua nasip sialnya itu.

..

Hinata melangkahkan kakinya dengan cepat ketika segerombolan wanita yang menyebut dirinya sebagai Uchiha lover mengejarnya.
                         
Andai ia punya sahabat seperti Doraemon pasti ia akan meminta pintu kemana saja, dan menghilang dari kejaran para wanita sialan itu. Oh sempurnalah hidupmu sekarang Hinata, Tuhan mengabulkan doa-doamu selama ini, kau akan cepat kurus dengan ini.
   
Keringat mulai bermunculan di kening dan pelipis matanya, napasnya bahkan sudah tidak beraturan. Kemana lagi ia harus melangkah? Ah, rasanya kakinya sudah ingin berhenti. Tapi jika ia berhenti berarti petaka. Ia tak akan mungkin selamat dari amukan sadis wanita ber-rok mini itu.
   
Sebelum ia melajuhkan langkah kakinya ia merasakan tubuhnya terhuyung ke belakang hingga menyentuh dinding dingin nan keras itu. Hinata memekik sakit ketika punggung mulusnya harus merasakan dinginnya tembok. Secara otomatis iris indahnya membuka dengan cepat ketika wajah sialan itu yang justru ia dapati.

Levanter [[End]] ✓Where stories live. Discover now