Page 23

1.4K 208 14
                                    

Pria berparas tampan  itu mengetukan bolpen miliknya di meja. Ia jengah melihat deretan angka yang bisa membuat kepalanya vertigo mendadak. Ini menyebalkan, kenapa harus semua siswa kelas akhir untuk mengikuti tes kelulusan? Siapa yang membuat peraturan itu.
                         
Sasuke menghembuskan napasnya kesal, disaat otaknya harus berpikir keras dengan enaknya semua siswa kelas satu dan dua justru asik berlibur. Ini sangat tidak adil untuknya dan tentu untuk semua siswa yang berada di kelas tiga.
  
Dan yang paling menyebalkan ialah ia harus puas mengurangi waktu agar bisa melihat gadisnya. Ah, sungguh menyebalkan bukan?
 
Sasuke menaruh kepalanya di atas meja, menatap langit-langit ruang kelas dengan pandangan menerawang. Kira-kira sedang apa gadis Hyuga itu sekarang? Apa ia masih tidur atau sudah pergi berlibur dengan para sahabatnya.

Andai ia berada satu tingkat dengan gadis itu pasti ia akan mengajak Hinata berlibur ke Maladewa atau ke Hawai itu tidak buruk juga. Dan faktanya  disinilah dia berada sekarang dengan kertas-kertas sialan yang menunggu untuk ia jawab.

Setelah lelah berkutat dengan angka-angka sialan itu, Sasuke melajuhkan motor sportnya ke suatu tempat. Ia sudah tidak sabar bertemu sosok yang ia rindukan sejak tadi.
   
Suara decitan ban motor dengan aspal terdengar ketika pria itu menarik rem tangan pada motor sport merah kesayangannya. Lalu ia membuka helem fullfacenya dan menaruhnya di motor.
   
Dengan langkah pasti ia berjalan kedepan, menekan bel rumah bernuansa semi traditional Style itu dengan pasti. Beberapa menit setelahnya ia bisa melihat wajah sialan pria yang akan menjadi calon kakak iparnya itu muncul dari balik pintu.

"Ada apa?" Tanya pria itu dengan suara seraknya. Terlihat jelas jika pria itu baru saja membuka matanya.

Sasuke menampilkan senyum manisnya. "Hinata ada didalam?" Tanya Sasuke dengan suara sesopan mungkin. Ia lihat wajah rupawan pria itu menghilang dari balik pintu, namun pria itu membuka pintu rumah itu selebar mungkin yang berarti jika gadisnya berada didalam.
                         
Dengan riang pria Uchiha itu berjalan menyusuri kediaman keluarga Hyuga itu, dan menaiki anak tangga yang menghubungkan dengan kamar gadisnya. Jangan tanya bagaimana pria itu tahu dimana letak kamar gadis cantik itu. Ia sering bertamu disini ia sering menghabiskan waktu bersama pria sialan yang sayangnya adalah kakak dari gadis yang ia cintai itu.

Ia banyak tau tentang Hinata dari Neji, ia juga banyak mengulik informasi tentang gadis itu pada pria bersurai panjang itu, Sasuke hanya perlu mengeluarkan sedikit uangnya untuk membiayai kencan pemuda itu dengan gadisnya.
   
Sasuke mengetuk pintu bercat putih itu pelan. Tak lama kemudian gadis bersurai panjang itu menongol dibalik pintu dengan masker yang menempel di wajahnya. Sasuke bisa melihat wajah terkejut gadis itu ketika melihatnya.
   
Apa ia sekeren itu? Hingga membuat gadis penyuka warna Lilac itu tercengang? Lupakan saja kenarsisan pria tak tahu malu itu.
     
"Hai." Sapa Sasuke mendorong tubuh yang mendadak kaku itu untuk masuk kedalam. Dan dengan seenaknya ia duduk diranjang gadis itu tanpa mempedulikan tatapan tajam yang gadis itu berikan.

Jangan lupakan fakta jika Hinata masih membenci pria itu terlepas kata-kata manis pria itu kemarin. Hinata menghembuskan napasnya kesal, ia melepas masker yang ia pakai dan membuangnya di tong sampah.
                         
"Kenapa kesini?"
 
Sasuke merenggankan otot tangannya yang kaku, tanpa mempedulikan pertanyaan sampah gadis Hyuga itu, Sasuke justru membaringkan tubuh berototnya di atas ranjang empuk milik gadisnya.
                         
"Aku sedang berbicara padamu, Uchiha-san!!" Geram Hinata menarik lengan pria itu agar pergi dari ranjang sucinya.   
Namun semua itu terasa percuma ketika tubuh tegap itu tak bergerak satu seinchipun dari tempatnya. Hinata menghela napasnya panjang, kenapa pria ini selalu saja membuat hati dan pikirannya menjadi gila.
   
"Uchiha!!" Pekik Hinata ketika tubuhnya justru terjatuh menimpah pria Uchiha itu. Belum sempat memprotes apa yang baru saja terjadi Hinata justru dikejutkan dengan bola mata indah itu.
   
Hinata tak pernah tau jika pria itu memiliki bola mata seindah ini, ia tidak pernah sadar jika tatapan pria ini begitu membuat jantungnya terus berdegup dibatas ambang normal. Ini menyiksa namun juga menyenangkan.
 
Gadis beraurai indigo itu masih menyilami jauh kedalam bola  mata milik pria itu tanpa sadar jika sepasang tangan kekar telah melingkar di pinggangnya. Mendekap tubuh mungil itu dalam pelukan posesif khas milik seorang Uchiha Sasuke.

Hinata tersadar dari jerat gila iris indah itu ketika dengan berengseknya pria Uchiha itu menggesekan hidung besarnya dengan hidung mancungnya.
                         
Hinata mengarahkan kedua tangannya untuk bertumbuh di samping tubuh Sasuke, mencoba melepaskan jeratan yang pria itu buat untuknya. Namun semua itu terasa percuma ketika tenaga yang ia miliki tak sebanding dengan pria  dengan otot kekarnya.
   
"Uchiha-san!!" Geram Hinata ketika pria itu enggan melepaskan dirinya dari posisi sialan ini. Dan kenapa harus pria ini ada di rumahnya sekarang.

"Bagaimana bisa kau begitu menggemaskan, huh?" Ujar Sasuke menggesekan kembali hidung besarnya dengan hidung mungil milik Hinata.

Hinata kembali memprotes kelakuan pria itu yang selalu bersikap seenaknya. Sebelum suara protesan terdengar kembali dari bibir ranum milik gadis bersurai indigo itu, Sasuke lebih dulu merubah posisinya menjadi ialah yang berada di atas.
 
Sasuke bisa merasakan debaran gila dari jantung keduanya. Ia bisa melihat wajah cantik yang selama ini ia inginkan, ia bisa menatap iris lavender indah itu dari dekat, ia juga bisa melihat bagaimana Tuhan memahat wajah sesempurna ini. Ia gila jika tidak bisa memiliki makhluk sesempurna ini, dan ia bodoh karena pernah menyia-nyiakan gadis seperti ini.

Sasuke mengusap dengan lembut bibir ranum yang selalu merenggut kewarasannya, beralih mengusap pipi yang sekarang merona indah ini dengan lembut. Sasuke menyentuhnya seperti benda mahal yang mudah hancur jika ia salah menyentu.
                         
"Aku tidak tau, bagaimana bisa aku sebodoh itu hingga terus menyakitimu." Bisik Sasuke masih menatap jauh kedalam iris indah milik gadisnya.

Hinata sendiri hanya mampu membisu, jantungnya berdegup kencang. Pria satu ini memang sumber bahagia dan rasa sakitnya. Bagaimana bisa ia membolak-balikan perasaanya tanpa permisi? Bagaimana bisa pria itu membuat tekadnya berubah secepat ini.

Sasuke mengarahkan jari jemarinya untuk menyusuri lekuk wajah cantik Hinata, menatap gadis itu dengan pandangan memujah. Ia tidak pernah melakukan hal menggelikan semacam ini sebelumnya. Ia juga tidak tau jika melakukan hal romansa membuat perutnya terasa melilit namun sangat menyenangkan.
           
"Bisakah aku mendapatkan kesempatan kedua?"

Hinata masih menatap bola mata indah itu. Hatinya bergetar, rasa yang ingin ia buang kembali lagi, rasa yang ingin ia hancurkan terbentuk lagi, rasa yang coba ia kubur bangkit kembali.

Bagaimana bisa pria itu dengan mudahnya membuat hatinya dan perasaannya kembali lagi untuk pria itu? Bagaimana bisa dengan mudahnya ia menghapus segala bentuk rasa sakit yang pria itu torehkan untuknya.
 
"Aku tidak pernah berniat untuk mempermainkanmu. Kau tau jika aku tidak mengerti hal romansa. Itachi-nii, bilang jika itu rasa ketertarikan antara pria dan wanita, aku tidak merasa begitu." Ujar Sasuke panjang lebar, sebelum melanjutkan perkataannya ia menghela napasnya terlebih dahulu.
 
"Aku hanya merasa jika kau bisa memenuhi semua ambisiku, tanpa kusadari jika aku melewati batasku. Aku tidak pernah merasa nyaman selain denganmu, aku tidak pernah merasa ingin bertingkah manja selain denganmu. Kau tau memiliki sesorang yang disebut pacar adalah hal untuk dibanggakan kepada semua temanmu. Dan rasa bangga memiliki hal yang sempurna menjadi milikmu, maka dari itu aku berusaha mendapatkan sosok seperti Konan dan Matsuri."

Sasuke sadar jika selama ini ia tidak benar-benar merasakan apa itu yang disebut cinta, ia juga tidak merasakan debaran hebat ketika seseorang berada dekat dengannya. Dan kali ini ia terus merasakannya dengan gadis ini dan dengan bodohnya ia selalu menolak rasa itu hadir. Ia pikir sebuah rasa romansa adalah hal tabu baginya, maka mendapatkan apa yang membuat semua orang iri adalah ambisinya. Ia bisa mendapatkan gadis seperti Matsuri karena ia sempurna dan ia juga pasti bisa mendapatkan Konan dengan apapun caranya. Karena mendapatkan hal yang orang lain ingin dan idam-idamkan adalah rasa kepuasan tersendiri. Hingga gadis itu datang padanya, gadis yang ia kira bisa memenuhi segala bentuk ambisinya nyatanya justru menghancurkan ambisi yang ia punya.
 
"Aku tau aku berengsek, aku tau aku bajingan. Namun kau harus tau jika pria bajingan inilah yang mencintaimu." Bisik Sasuke sebelum mempertemukan kedua bibirnya dalam ciuman lembut.
                         
"Ehem, bisakah kalian berhenti?"

                         
Tbc

Levanter [[End]] ✓Where stories live. Discover now