Page 10

1.8K 272 16
                                    

Hinata menghembuskan napasnya panjang, harusnya ia tau sejak awal jika pulang bersama Sasuke adalah sebuah kesalahan. Lihat dimana ia sekarang berada? Ya, tentu saja di rumah pria itu. Apa ia harus mengganti kk miliknya menjadi adik pria sialan itu? Jika pada akhirnya ia selalu berakhir dirumah mewahnya.

"Senpai, aku harus pulang. Pasti Neji-nii mencariku." Ujar Hinata beralibi, tentu saja tidak mungkin kakak seksinya itu peduli apakah ia sudah berada di rumah atau tidak, ia justru yakin jika kakak satu-satunya itu sedang menikmati kencan dengan pacarnya.

Hinata kembali menghembuskan napasnya lagi, ketika bualannya hanya dianggap angin lalu. Sabar Hinata, kau harus ingat jika pria yang ada didekatmu ini bukanlah manusia melainkan iblis penuh pesona.

Hinata hanya diam ketika pria bersurai hitam itu hilang dibalik pintu kamar mandi miliknya, ia tau pasti pria itu sedang bergelut dengan air dan sabun. Hinata mencebikan bibirnya kesal, harusnya ia sudah berada di rumahnya di dalam kamarnya dan rebahan di ranjang empuknya. Jika saja bukan karena pria iblis itu yang justru membawanya ke rumahnya pasti ia sudah terlelap dengan damai.

Hinata merebahkan tubuhnya di ranjang king size milik Sasuke, ia tidak peduli jika perbuatannya dikatakan tidak sopan, salah siapa ia harus terlantar di rumah megah ini?
                       
Iris lavander itu mengerling, menjelajahi ruangan bernuansa Kingdom itu ia bisa melihat pernak-pernik bernilai ribuan bahkan jutaan Yen itu tertatah rapi di setiap sudut. Hinata kembali memikirkan tentang seberapa kayanya pria itu. Tunggu, bukan Hinata gila harta hanya saja ia tidak menyangka jika ada rumah semegah dan semewah ini. Lupakan pikiran gadis itu yang sudah entah berlarian kemana.

                         
Cklek

                         
Hinata mengalihkan pandangannya ketika suara derit pintu berbunyi, detik berikutnya Hinata menyesali keputusannya ketika surai raven dengan tubuh half naked juga perut eight pack yang jutru ia dapatkan. Gadis cantik itu mengalikan pandangan indah itu sesegera mungkin, ia tidak ingin otak sucinya itu terkontiminasi hal-hal yang iya-iya.

Ia menyentuh dadanya yang berdetak keras, ini gila hanya dengan melihat tubuh sialan itu mampu membuat jantungnya mati rasa. Hinata mengatur napasnya yang memburu ia tidak ingin pria itu mengira jika dirinya begitu menyukai apa yang baru saja ia lihat, tidak bisa dipungkiri juga jika Hinata menyukai pemandangan yang dengan murah hatinya Tuhan berikan padanya itu, namun tentu saja gengsi jika ia ketahuan menatap tubuh roti sobek dan lengan penuh otot itu dengan liur yang menetes.
                 
"Puas dengan apa yang kau lihat, hm?" Hinata membuka iris matanya yang sempat ia tutup, ia mencebikan bibirnya kesal. Kenapa pria itu sungguh percaya diri sekali?begitu pikran yang ada di otak kecil miliknya.                       
"Bisa turun dari ranjang mahalku, Nona?" Ujar pria itu melipat kedua tangan berototnya di depan dada.

Hinata menghela napasnya untuk keseribu kali, ia dengan kesal menuruni ranjang empuk itu dengan perlan tak lupa mata indah itu senantiasa menutup.
                       
Hingga tanpa ia sadari jika tubuhnya sudah berada dekat sekali dengan pria itu. Hinata membuka iris indahnya ketika terpaan napas hangat menyentuh wajah cantiknya. Ia bisa melihat wajah rupawan itu hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya.
                       
Dengan gerak reflek Hinata berjalan mundur memberikan bentangan jarak diantara mereka. Hingga hal yang tak terduga justru gadis itu dapatkan. Hinata harusnya bertanya kemana hilangnya akal waras pria itu ketika dengan santainya pria sialan itu justru membuka lilitan handuk miliknya.

Uchiha sialan Sasuke memang pantas mati!!

                         
Apa kabar mata suci?

Levanter [[End]] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang