Page 6

2.3K 309 10
                                    

Hinata menghembuskan napasnya berat, sumpah ini sangat memalukan. Rasanya ia ingin mengubur dirinya sekarang juga. Bagaimana ia tak malu? Pria bajingan itu melihatnya terjatuh di lantai dengan posisi ah.... Hinata ingin menghilang detik itu juga.

Oke biar ia jelaskan bagaimana kronologinya, jangan tertawa karena itu sangat menyebalkan.

"Kau gila, aku sudah cukup bersabar menunggumu selama dua jam, ingat dua jam dan sekarang aku harus menemanimu bermain game? Yang benar saja." Ujar Hinata berdecak kesal ia melipat kedua tangannya di dada. Entah keberanian darimana ia berani berkata demikian. Yang jelas hari ini cukup membuat kepalanya mendidih.

Hinata melangkahkan kakinya pergi, ia sudah muak dengan semua ini. Harusnya ia tak menerima perjanjian sialan itu. Ya, harusnya tapi pada kenyataannya tidak.

Sebelum kaki mungil itu melangkah menjauh, stik game sialan yang dilempar pria itu justru membuatnya terjatuh. Dengan posisi yang sangat memalukan.

"Uhh, I like you're Red underwear."

Hinata membulatkan matanya lebar, ia melirik bagian tubuh bawahnya, sialan gaun selutut yang ia kenakan tersingkap hingga mempertontonkan pakaian dalamnya. Ah, Hinata mengutuk segala kesialannya.

Levanter

Hinata menggelengkan kepalanya pelan, kejadian itu sungguh membuat dirinya ingin tenggelam dalam lautan terdalam. Hinata mengerucutkan bibirnya ketika sedotan itu melayang ke arahnya. Ia mencebik kesal, siapa pelakunya? Tentu pria sialan yang sedang tersenyum miring ke arahnya.

"Kau tau bagaimana posisimu saat terjatuh? Haruskah aku pratekan disini?" Bualan pria itu memang tidak pernah ada yang bermanfaat, dan Hinata membenci bualan pria itu kali ini.

"Diamlah."

Hinata bisa melihat senyum mengejek yang pria itu berikan padanya. Sialan pria itu memang menyebalkan.

"Pesankan aku makanan, aku lapar!!" Ujar pria itu seenak jidat. Siapa yang menyeretnya ada di sini? Siapa yang mengurungnya ada ditempat ini? Ah, Hinata berdecak lagi. Harusnya ia pulang saja setelah kejadian memalukan itu, harusnya ia pergi saja, tidak menuruti ucapan pria itu agar mau menemaninya ke restoran cepat saji.

Hinata menghentakan langkah kakinya, ia berjalan dengan malas ke arah kasir. Sepanjang jalan ia tak lupa menyumpah serapahi pria sialan itu.

Setelah mengambil makanan, ia berjalan kembali ke kursi yang mereka duduki tadi. Ia menyerahkan nampan berisi ayam dan minuman itu dihadapan pria itu.

"Ah, Sasuke-san?" Hinata mengedarkan pandangannya ketika suara sialan itu yang terdengar di telinganya. Ia tentu hapal suara yang dibuat imut itu, siapa lagi pemiliknya kalau bukan manusia menjijikan yang ia hindari seperti bakteri.

"Eh, Ada Hinata disini?" Ia tau ucapan gadis itu seperti ingin memuntakan sarapan paginya.

Ia tidak peduli, ia tidak akan peduli jika bukan pria yang berada disamping gadis itu yang membuat hatinya memanas. Ia berada di dalam ruangan tetapi kenapa ia merasa terbakar?

"Hinata-chan, kau ada disini juga?" Sudah sejak tadi sebelum kalian berada disini catat!!

Gadis bersurai pendek itu mengalungkan lengannya di lengan kokoh prianya, ia tersenyum mengejek kearahnya. Fuck Demi meteor yang jatuh ke kebun gandum ia membenci wanita itu.

"Ah, bisa kita bergabung. Aku dan Naruto-kun ingin makan juga. Iya kan sayang?" Hinata meremas jemari lentiknya dengan gemas, ia sudah biasa melihat pemandangan ini tapi bagaimanapun ia tetap sakit hati.

Levanter [[End]] ✓Where stories live. Discover now