Page 19

1.3K 227 25
                                    

Hinata menghentikan langkah kakinya, tubuh mungil itu bergetar dan tangisan yang sedari tadi ia tahan akhirnya pecah juga. Ia baru sadar jika rasa kecewa membuat hatinya terluka, bahwa rasa sakit mampu membuatnya sengsara.
 
Hinata menghembuskan napasnya pelan, ia usap air mata yang membasahi pipinya. Ini hanya rasa cinta dunia belum berakhir karenanya, hidupnya tidak berantakan hanya karena pria itu menyakiti hatinya. Ia tidak boleh cengeng karena masalah romansa.
   
Hinata memghembuskan napasnya kasar, tenang semua belum berakhir karena pria itu. Semua masih sama, kehidupannya, mimpinya dan masa depannya. Ia tidak merubah dan merusak semuanya, jadi untuk apa gadis cantik itu menangisi pria bajingan itu? Untuk apa air matanya menetes hanya karena tingkah sialan pria itu?

Hinata menyunggingkan senyum tipis, ia bisa melewati ini dengan mudah. Sekarang sudah terlihat dengan jelas, semua sudah terjawab dengan pasti. Ya, keputusanya untuk mengakhiri segala hubungan yang terjalin dengan pria itu tepat. Sasuke memang tidak pantas untuk diperjuangkan.
   
Hinata kembali melangkahkan kakinya menuju halte bus, ia dudukan tubuhnya di kursi itu. Walau sudah menyakinkan dirinya agar tetap baik-baik saja dan melupakan segala yang terjadi bersama pria itu namun semua terasa sia-sia ketika hatinya kembali teriris mengingat segala hal yang berhubungan dengan pria itu.
 
Apa Hinata sudah begitu jatuh cinta pada pria itu? Hingga begitu sulit melupakan segala banyangan pria Uchiha itu dari pikirannya.
 
Hinata mengarahkan tangannya untuk memeluk tubuhnya sendiri ketika rasa dingin menusuk hingga ke tulang. Entah kenapa seolah semesta mendukung suasana hatinya sekarang, lihatlah bagaimana langit meneteskan liquid bening itu ketanah dan bagaimana angin bertiup menerpah tubuhnya.

Hinata menggeratkan pelukannya, tampilannya kali ini sangat menyedihkan. Lihat saja bagaimana baju tidur tipis itu tidak bisa melindunginya dari hawa dingin yang mampu membuatnya hipotermia mendadak?
   
Belum selesai gadis itu mengumpati dan mengutuk keadaan yang seperti sedang tidak berpihak padanya. Hingga ia tidak sadar sebuah jaket hangat menyelimuti tubuh mungilnya. Ia mendongakan wajahnya menatap siapa orang yang sudi memberikannya kehangatan.
 
Ia bisa melihat pria itu dengan tampilan menyedikan, lihat kaos putih yang ia pakai sudah basah karena hujan menyetak dengan jelas bentuk tubuhnya yang proporsional. Hinata menelan ludahnya ketika tonjolan kotak diperut Sasuke terlihat jelas.

Hinata menggelengkan kepalanya pelan, mencoba menghilangkan pikiran kotornya yang datang disaat tidak tepat. Kemudian Hinata menghela napasnya panjang, ia lepas jaket kulit yang berada di pundaknya namun sebelum jaket itu lepas sebuah tangan kekar lebih dulu menahannya.

"Kau kedinginan." Ujar  Sasuke kembali memasangkan letak jaketnya dengan benar.
 
"Ayo, pulang!" Ajak pria itu setelah beberapa detik hening.
 
Hinata mendengus setelahnya, apa seperti ini sifat pria itu. Mudah melupakan sesuatu yang baru saja terjadi. Apa pria itu lupa bagaimana kalimat sialan yang keluar dari bibirnya beberapa menit lalu?

Hinata menatap wajah tampan itu tajam, tidak kah pria itu merasa menyesal? Tidak kah pria itu merasa sedikit malu? Oh, lupakan saja jika yang ia hadapi adalah sang pangeran sekolah dengan sifat bipolarnya.

Sasuke mengarahkan tubuhnya untuk mendekat, memeluk tubuh gadis itu dari samping, namun belum beberapa detik berlalu Hinata sudah mendorong tubuhnya agar menjauh. Sasuke tentu sadar gadis itu marah padanya. Namun siapa peduli? Ia seorang Sasuke Uchiha apapun akan ia dapatkan.

"Tidak perlu bertingkah baik, dan berhenti bersikap jika kau mengenaliku." Ujar Hinata dingin, ia tidak peduli dengan siapa ia berbicara walau yang ia ajak bicara adalah sang pengeran sekolah dengan segala otoritasnya yang mampu membuat siapapun bertekuk lutut padanya.

Sasuke menganggukan kepalanya pelan, ia berdehem setelahnya. "Baiklah, kau boleh marah padaku saat ini. Tapi ayo pulang kau bisa membeku jika lebih lama disini." Ujar Sasuke menarik tangan Hinata kasar mendorong tubuh mungil itu agar masuk kedalam mobilnya.

Levanter [[End]] ✓Where stories live. Discover now