Page 21

1.4K 227 14
                                    

Sasuke mengusap wajahnya frustasi, ia tidak tau harus melakukan apa. Setelah memberikan pukulan pada pria sialan itu, ia jutru merasa risau. Ya, ia khawatir jika Hinata justru semakin membencinya. Tolong jangan salahkan Sasuke atas kejadian ini, salahkan saja tangan dan hatinya yang melukai pria berengsek itu.
Ia tak akan berbuat itu jika pria itu tidak memeluk gadisnya sembarangan.
 
Sasuke menghela napasnya panjang, haruskah ia menyambangi rumah gadis itu? Meminta maaf secara langsung. Ia tidak yakin Hinata mau menemuinya, ia juga sangat yakin Hinata tak akan memaafkannya. Lalu ia harus apa?
         
"Aniki, berikan aku solusi. Aku harus apa?" Tanya Sasuke mengusap surai ravennya kasar, ia tatap wajah kakak satu-satunya itu dengan pandangan kacau.
       
Itachi sendiri justru asik menyesap wine sembari membalas pesan dari kekasihnya. Ia tidak merasa terganggu dengan kedatangan pria itu di apartemennya. Ia tentu tau apa yang membuat pria bersurai raven itu uring-uringan.

"Tenggelam di laut." Jawab Itachi santai, ia kembali menyesap minuman miliknya dengan hati berbunga sebab sebentar lagi ia akan berkencan dengan kekasihnya

Sasuke sendiri hanya mampu mencebikan bibirnya kesal, tentu ia tak akan berani memarahi pria sialan itu. Dengan perasaan kalut Sasuke mendudukan tubuhnya di sofa samping Itachi, ia menyandarkan tubuhnya dan menatap wajah Itachi dengan tampang memelas.

"Aniki, tolong carikan solusi." Ia tidak pernah memohon untuk hal apapun, dan lihat sekarang betapa menjijikannya ia melakukan hal itu demi gadis yang baru ia sadar mencuri hatinya.
 
Itachi merubah posisi duduknya menjadi tegap, ia taruh gelas berisi wine itu dimeja. Ia tatap wajah menyedihkan adiknya itu datar. "Kau sudah yakin jika kau benar-benar mencintanya?"
                         
"Tentu saja." Jawab Sasuke mantap, ia yakin jika perasaannya selama ini benar.

Pria berkulit putih seputih susu itu menganggukan kepalanya pelan, lalu kembali bersandar. "Kejar sampai gadis itu luluh. Hanya butuh keyakinan dan lalukan apapun untuk membuat dia menjadi milikmu." Ujar pria itu pelan, terdengar seperti gumaman.
 
Sasuke yang berada di sebelahnya bisa mendengar perkataan pelan pria itu, ia hanya butuh lebih banyak keyakinan jika gadis itu akan menjadi miliknya.

..

Hinata memapah tubuh tegap pria yang diketahui bernama  Utakata tersebut dengan pelan menuju ranjang milik pria itu. Ia tidak habis pikir apa yang ada diotak pria sialan itu hingga membuat sepupunya menjadi seperti ini.
 
"Kau yakin tidak apa-apa?" Tanya Hinata untuk kesekian kalinya. Ia sangat khawatir dengan keadaan pria itu, dilihat dari cara pria Uchiha itu memukulnya Hinata yakin jika luka di tubuh Utakata tak akan hilang dengan cepat.
 
"Aku baik-baik saja, Hina-chan." Jawab Utakata tersenyum tipis sebelum menyeringit sakit akibat luka robek di ujung bibirnya.

Hinata meremas jari jemarinya, ia tatap wajah tampan itu dengan gurat rasa bersalah yang besar. "Maafkan aku, karenaku kau jadi begini." Cicit Hinata kembali meneteskan air matanya. Ia tidak bisa melihat orang lain terluka karenanya.
                         

Utakata mengisyaratkan agar gadis itu mendekat, Hinata dengan langkah pelan hanya menurut. Pria tampan itu mengusap kepala Hibata pelan ia tatap wajah cantik itu dengan senyum tipisnya.
                         
"Jangan menyalahkanmu, ini bukan salahmu." Ujar Utakata mengusap pipi tembam Hinata. Jika bukan sepupu sudah sejak dulu pria itu akan menjadikan gadis cantik itu sebagai kekasihnya. Lihat bagaimana menggemaskannya Hinata ketika wajah cantik itu memerah sebab tangis yang tak kunjung henti.
 
"Kau sangat jelek jika seperti itu, Hina-chan." Ejek Utakata kemudian tertawa renyah.
   
Hinata mencubit perut Utakata kesal, Utakata sendiri hanya bisa memekik sakit ketika cubitan itu terasa panas di perut bispeknya. Dan mereka berdua tertawa bersama. 
       

...
       

Sasuke menahan tangan gadis yang beberapa hari ini terus menghindar darinya. Pria bersurai raven itu sudah tak bisa lagi menahan rasa kesal setiap berpapasan dengan gadis itu dan diacuhkan begitu saja.
 
"Hinata dengarkan aku dulu, oke?" Ujar pria itu kembali menahan lengan Hinata ketika gadis itu terus mencoba melepaskan.

Hinata tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun, ia hanya memberikan delikan tajam atas tingkah pria itu terhadapnya.
Sasuke membalikan tubuh mungil itu secara paksa agar berhadapan dengan dirinya. Ia sentuh kedua pundak gadis itu dan menatapnya dalam.

"Apapun yang membuatmu semakin membenciku, aku minta maaf. Kau boleh meneriakiku bajingan apapun yang yang kau katakan aku terima. Tapi jangan menghindariku, jangan bersembunyi, dan jangan menjauh dariku. Aku tidak bisa." Ujar Sasuke penuh keputusasaan.

Hinata menatap wajah syarat akan rasa frustasi itu dalam diam. Ia tidak tau harus berkata apa, namun perbuatan pria itu sungguh melampai batas.

Sasuke raih kedua tangan gadisnya, ia kembali memohon agar sang bidadari untuk memaafkannya. "Kau boleh membenciku semaumu, tapi jangan mendiamiku seperti ini. Sayang, tolong katakan apapun jika kau ingin memukulku pukul saja." Mohon Sasuke menaruh tangan halus itu dipipinya mengisyaratkan agar Hinata memukul atau menamparnya.

Hinata menghembuskan napasnya panjang, ia benar-benar tidak bisa menebak apa yang ada di isi pikiran pria satu ini. Ia tidak habis pikir dengan segala tingkah sang pangeran sekolah ini.
   
Tanpa kata, tanpa suara Hinata justru melangkah pergi. Ia tidak ingin lagi berurusan dengan pria itu, sudah cukup ia kecewa, sudah cukup merasa tersakiti.

Sasuke menata kedua tangannya yang hampa. Beginikah rasanya tertolak? Beginikah rasanya sakit hati?
Apa sebegitu menyedihkan mengetahui perasaan yang datang terlambat.

Sasuke menatap kepergian gadis itu dengan pandangan sulit diartikan. Ia egois dan selamanya Sasuke akan menjadi pria egois. Ia tak akan pernah melepaskan apa yang sudah membuanya nyaman. Ia tak akan membiarkan apa yang seharusnya menjadi miliknya pergi begitu saja.
                         
Benar kata Kakaknya itu, jika ia hanya butuh rasa yakin maka ia akan mendapatkannya. Ia yakin Hinata akan menjadi miliknya, ia yakin Hinata akan berada di pelukannya kembali dan dia yakin hanya Hinaya yang pantas memilikinya.

Dengan langkah lebar Sasuke berlari mengejar Hinata yang sudah berjalan semakin jauh. Hentakan kaki pria itu menggema di sepanjang koridor sekolah, ia tidak peduli suara langkah kakinya akan menggangu orang karena yang ada di pikirannya hanya gadis itu. Gadis yang dengan beraninya merebut semua hatinya dan pergi begitu saja.
   
Sasuke semakin melajuhkan langkah kakinya ketika surai indigo panjang itu memenuhi retinanya. Dengan gerakan cepat ia mencekal lengan Hinata hingga membuat tubuh seksi itu berbarik arah, sebelum bibir cantik itu melontarkan kata umpatan untuknya, Sasuke lebih dulu menyudutkannya kedinding dan mengurungnya.
                         
"Bagaimana bisa kau seberani ini, huh? Merebut semua hatiku lalu pergi begitu saja?" Ujar Sasuke mendekatkan wajah tampannya, ia bahkan bisa merasakan hembusan napas gadis itu menerpa wajahnya.
                         
Sebelum Hinata memprotes perlakuan sialan pria itu, Sasuke lebih dulu membungkan bibir merah itu dengan ciumannya. Ia egois dan selamanya ia akan menjadi egois. Ia tidak peduli gadis ini suka atau tidak, yang pasti Hinata hanya miliknya.

Sasuke memcekal kedua tangan Hinata dalam satu kepalan di atas kepala gadis cantik itu, sedangkan bibir Sasuke masih asik mengecap rasa manis dari bibir seksi milik gadisnya.

Sasuke semakin memperdalam ciumannya melumat bibir atas dan bawah Hinata bergantian tak lupa ia mengigit kecil bibir yang terasa sangat manis itu. Setelah puas dengan ciuman itu, Sasuke melepaskan tautan bibir diantara keduanya, menciptakan benang saliva diantara kedua bibir itu.

Sasuke melepas cekalan tangan Hinata berganti memeluk pinggang gadis itu dengan erat, jarak keduanya masih sama dekatnya bahkan keduanya mampu mendengar detak jantung masing-masing yang berdegup dengan kencang.
 
Sasuke mengusap sudut bibir Hinata yang basah akibat aksinya tadi lalu menempelkan keningnya pada kening Hinata, membisikan sesuatu yang mampu membuat jantung gadis bersurai indigo itu berdesir cepat.
                         
"Aku mencintaimu, Hyuga Hinata."

                         
Tbc

Levanter [[End]] ✓Where stories live. Discover now