Page 27

1.1K 158 4
                                    

Setelah tiga hari merasakan liburan, semua siswa Tokyo High School kecuali kelas tingkat akhir kembali menjalani rutinitas seperti biasanya tak terkecuali bagi gadis cantik dengan surai indigo panjangnya. Lihat bagaimana Tuhan menciptakannya, kulit putih nan halus hidung ramping nan mancung, bibir ranum nan merah, tak lupa senyuman manisnya mampu membuat para pria dibuat terpesona olehnya.

Dengan langkah riangnya sang bidadari menabur senyum indahnya, membuat setiap pasang mata yang melihat akan larut dalam senyum manis itu. Cuaca mulai dingin namun tak mampu mendinginkan semangat dari gadis itu. Hinata terlihat sangat bahagia hari ini entah apa yang ia dapatkan sebelum melangkah di gedung bertingkat ini.

"Hinata!" Panggil seseorang menghentikan langkah kakinya. Hinata menatap seseorang yang memanggilnya. Ia cukup terkejut dengan fakta jika gadis itulah yang memanggil namanya. Dengan langkah penuh keraguan Hinata menghampiri gadis cantik itu. Dalam otak mininya memutar kemungkinan-kemungkinan alasan apa yang membuat gadis itu itu menyapanya dipagi hari seindah ini.

"Ehm, ada apa Senpai?"

Hinata tau suaranya bagaikan kucing yang terjepit, ia tidak bisa bersikap tenang jika yang ada di hadapannya adalah orang yang pernah dan mungkin masih mengisi hati pria yang ia cintai.

Bagaimana bisa ia beraksi pada gadis yang menjadi satu satunya alasan untuk ia menyerah pada perasaannya. Hinata menghembuskan napasnya pelan, semua ini bukan salah gadis itu, ya bukan salahnya jika pria yang ia cintai justru mencintai gadis itu.

"Bisa kita bicara?" Tanya Konan terdengar sedikit ragu

Hinata mengganggukan kepalanya tanda setuju, walau jauh dalam hatinya ia enggan berbicara pada gadis itu. Bukan, bukan Hinata membenci kakak kelasnya itu, namun semua pasti merasakan rasa canggung jika hanya mereka berdua saja.

Kedua gadis cantik itu menghentikan langkah kakinya ketika sudah berada di lorong sekolah yang sepi, koridor ini menghubungkan dengan ruang laboratorium yang memang hanya dipakai saat pratek kimia dan fisika saja.

Hinata menengguk ludahnya sedikit gugup ketika hanya mereka berdua yang berada disini. Ini agak membuatnya risih. Banyak hal yang gadis Hyuga itu pertanyakan dalam otaknya tentang apa yang akan gadis itu katakan padanya, ini tidak biasanya gadis cantik itu mau berbicara dengannya terakhir kali ia berbicara dengan Konan saat gadis itu bertanya perihal hubungannya dengan Sasuke. Ia yakin pembicaraan kali ini tak akan jauh dengan pria itu.

Hinaya sadar jika diluar sana banyak sekali hati yang siap menunggu pria Uchiha itu untuk melabuhkan perasaannya. Hinata kembali menghela napas ketika untaian kata tak kunjung keluar dari bibir tipis Konan.

Hinata bisa melihat gerak gerik Konan yang gelisa, sesekali ia menggigit bibir bawahnya. Apa sebegitu gugupnya gadis itu untuk mengatakan sesuatu padanya.

"Bisakah kau menjauh dari, Sasuke?"

Hanya satu kalimat yang gadis itu ucapkan, namun begitu membekas. Apa katanya,jauhi Sasuke? Sejak kapan gadis Hyuga itu mengejar pria itu? Sejak kapan gadis bersurai indigo itu mengemis cinta pada pria Uchiha itu? Kenapa gadis itu menyuruhnya untuk menjauhi pria itu disaat ia tak melakukan apapun.

"Aku berkata seperti ini bukan untuk membuatmu sakit hati, Hinata. Namun kau akan tersakiti jika terus bersama Sasuke." Untaian kata kembali terdengar di telinganya.

Hinata hanya membisu, mendengarkan setiap kata yang coba gadis itu sampaikan padanya.

"Aku sudah tau hubungan kalian yang sebenarnya. Aku tidak habis pikir dengan isi pikirannya hingga menjadikanmu sebagai alat untuk membuat Akashi marah. Aku juga tidak menyangka jika pria itu juga mencintaiku." Jelas Konan dengan tatapan yang sulit diartikan ada rasa sedih juga lega dimata itu.

Levanter [[End]] ✓Where stories live. Discover now