Page 16

1.3K 234 18
                                    

"Menikmati peranmu, huh?"

Langkah kecil itu terhenti ketika hembusan suara itu menyapa indra pendengarnya, tak perluh menengok Hinata tentu tau siapa orang yang berbicara itu.

Hinata kembali melanjutkan langkah kakinya, ia tak akan sudi membuang waktu berharganya hanya untuk melayani wanita itu.               
"Sungguh ironi sekali melihatmu begitu menghayati peran yang kau mainkan." Ujar gadis itu lagi sambil terkekeh geli, entah apa yang membuat gadis bersurai pendek itu tertawa.
         
Hinata menghentikan lagi langkah kakinya ketika hembusan suara itu terus mengganggunya, bagaikan nyamuk yang berdengung di telinganya, sangat memuakan.
                         
"Apa maksudmu?" Tanya Hinata melipat kedua tangannya di depan dada, jujur ia malas untuk meladeni setiap bualan yang tercipta dari mulut kotor seorang Sakura Haruno, namun rasa penasaran menggrogoti hatinya ketika setiap omong kosong itu terdengar begitu menggelitik di telinganya.
                         
Gadis bersurai pendek itu tertawa lebih keras, ia bahkan memengang perutnya untuk menahan rasa geli. Tak lama ia menghentikan aksi tawanya itu menatap lawan bicara dengan pandangan merehmekan.
   
"Jangan bersikap seolah kau dan Sasuke memang sepasang kekasih." Deretan kalimat itu meluncur dengan mulus dari bibir tipis gadis bersurai pendek itu, membokar fakta yang coba disembunyikan oleh gadis bersurai indigo itu.
                         
Hinata membulatkan iris matanya cepat, ia tidak menyangka jika gadis itu tau akan semua kepura-puraan ini.
                         
"Aku kasihan padamu, sebegitu tak lakunya hingga mau menjadi boneka untuknya? Menggelikan." Cibir Sakura menarik sudut bibirnya keatas, akhirnya ia tau semua yang telah terjadi diantara kedua manusia itu. Ya, ia tidak terkejut akan fakta ini tentu saja ia tau bagaimana cintanya pria berklan Uchiha itu pada gadis manis bernama Konan.
                         
Hinata menarik napasnya dalam-dalam, jika sudah seperti ini ia harus apa? Menutupi bangkai yang sudah tercium? Tentu tidak, ia tidak akan melakukan hal konyol itu.
                         
"Benar, aku dan Sasuke tidak pernah ada hubungan khusus." Ujar Hinata menekankan kata tidak ada, karena pada kenyataannya memang diantara keduanya tidak ada dan tidak akan pernah ada hubungan lebih dari sebetas perjanjian.
     
Itu cukup menyakitkan ketika rasa nyaman sudah ia rasakan di hatinya. Tapi ia harus apa jika memang fakta mengatakan ia bukanlah gadis yang pria itu inginkan. Benar, posisinya hanya sebatas pacar pura-pura dan hubungannya hanya sebatas perjanjian mutualisme yang terjalin.

Sakura melipat kedua tangannya didepan dada, ia tatap wajah itu dengan tampang merendah. Ia senang bisa melihat gadis itu selalu tertinggal darinya.
                         
"Kau mau tau alasan kenapa pria itu mau menjadikan dirimu pacar pura-pura?" Bisik Sakura mendekatkan tubuhnya.

Hinata menggeserkan tubuhnya, menciptkan jarak diantara keduanya. Ia tatap wajah itu tak kalah datar, tolong jangan katakan kenapa Sakura membenci gadis itu hingga sedalam ini, karena semua jawabannya bisa kalian lihat dari sikap gadis berklan Haruno itu padanya.
                         
"Kau hanya mainan untuknya, pria itu hanya menjadikanmu mainan yang dengan mudah ia bodohi."
                         
Hinata tau itu, ia tau ia hanya mainan untuk pria itu, bisakah gadis itu menghentikan bualan menyebalkan itu? Sudah cukup, ia paham dimana posisinya.
                         
"Kau hanya alat untuk pria itu balas dendam. Kau tau kenapa Sasuke-kun dan  Akashi-san, berkelahi? Ya, itu karenamu." Ujar Sakura memainkan rambut panjang milik musuh bebuyutannya itu. Ia senang bisa melihat wajah menyedihkan yang gadis itu tunjukan.
                         
"Sasuke-kun hanya ingin membuat Akashi-san merasa hancur ketika gadis yang ia cintai sudah menjadi milik orang lain."
                         
Dari mana gadis itu tau semua hal itu? Tentu saja ia adalah Sakura Haruno, apa yang ia inginkan akan ia dapatkan. Ia tau semua fakta itu dari bibir kedua pria itu yang ia dengar tanpa sepengetahuan dari mereka tentunya.
                         
Hinata menelan ludahnya kasar, ia tidak menyangka jika pria itu menggunakannya sebagai alat balas dendam. Ini jauh lebih menyakitkan ketika pria itu memintanya untuk tidak jatuh cinta padanya.
                         
Hinata mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Jadi ini alasan sebenarnya pria itu menawarkan perjanjian badebah itu? Bukan untuk menjauhkan para fans gilanya dan bukan pula untuk melindungi dirinya dari wanita bar-bar itu tapi untuk balas dendam? Oh sungguh indah sekali rencanamu Uchiha.
     
"Kau hanya alat untuknya, kau tidak lebih dari seongok sampah yang coba pria itu pungut untuk membuang kotoran yang menempel di sepatu mahalnya."
                         
Hinata tertawa getir, beginikah rasanya sakit saat rasa yang baru tumbuh dicabut dengan paksa? Beginikah rasanya perih ketika hati yang perlahan kita berikan di iris dengan kejamnya.      
Lalu untuk apa ia bertahan dengan segala kepura-puraan ini jika hanya dia yang harus berjuang, untuk apa ia tetap tinggal jika hanya dia yang terus mengecap rasa sakit setiap detiknya.
                 
Hinata berlari, ia tidak peduli gadis itu akan menganggapnya pecundang, ia hanya butuh ruang untuk rasa sakit yang tiba-tiba menyerang. Hinata membawa langkah kakinya ke atas rooftop berdiri di pinggir pagar besi yang menahanya agar tak jatuh ke bawah.
                         
Ia tidak ingin menangis, sungguh ia tidak akan menangisi pria sialan itu. Sudah cukup, ia tidak bisa lagi bertahan jika semua hal membuatnya tenggelam. Sebelum rasa itu semakin kuat dan dalam ia rasakan ia harus menghentikannya.       
 
"Aku ingin mengakhirnya."
     
Pria yang masih duduk di kursi dengan tenang itu menengokan wajahnya cepat, menghadap kearah gadis yang semenit lalu duduk disampingnya itu.
                         
"Mengakhiri apa?" Tanya Sasuke basa-basi, ia tidak bodoh untuk tidak mengetahui maksud dari gadis cantik itu, hanya saja ia tidak ingin hal ini terjadi secepat ini.
   
"Kau tentu tau apa yang ku maksud, Uchiha-san."
             
Pria bersurai hitam itu melipat kaki kanannya ke atas menatap taman bunga itu dengan pandangan datar. Ia tidak menyangka akan mendengar ucupan itu keluar dari gadis itu. Apa yang salah? Kenapa gadis itu meminta untuk menghakhiri semuanya?
                         
"Kenapa? Apa aku berbuat salah?" Tanya Sasuke tanpa menatap lawan bicaranya.

Hinata menghembuskan napasnya panjang, rasa sesak yang menghimpit hatinya kian menjadi-jadi. Namun semua ini harus ia akhiri secepatnya.
     
"Kau sudah berhasil membuat Akashi-san marah, lalu untuk apa aku tetap bertahan menjadi pacar pura-pura untukmu?"                     
Ya, untuk apa Sasuke masih mempertahankan dan menjarat gadis itu untuk tetap disisinya, jika pada kenyataanya semua rencananya sudah berjalan dengan mulus.
     
Pria bersurai raven itu tertawa renyah, ia arahkan tangan lebarnya untuk mengusap surai lembut itu. "Jangan mengada-ada, kau masih membutuhkanku." Ujar pria itu tersenyum menyeringai.
               
Hinata menghempaskan tangan kekar itu dari pucuk kepalanya ia tatap wajah itu tajam. Kenapa sulit sekali untuk mengakhiri hal yang sepatutnya memang sudah harus berakhir.
                         
"Kita sudah selesai, aku sudah tidak membutuhkanmu dan kau sudah tidak membutuhkanku. Jadi mari kita akhiri semua ini?" Ujar Hinata mendirikan tubuhnya menghadap wajah tampan itu.
                         
Itu benar sewajarnya hubungan aneh ini berakhir, sampai kapan Sasuke akan menjerat gadis itu, bukankah hubungan ini justru menghambat rencananya yang lain?
           
Sasuke menghela napasnya panjang ia tatap iris indah itu dalam diam, ia dekatkan tubuhnya hingga berjarak dekat dengan gadisnya. Ia bisa melihat raut kecewa yang coba gadis itu tutupi.
                         
"Mari kita akhiri." Ujar pria itu sebelum mempertemukan kedua bela bibir itu dalam ciuman lembut.
                         
Ya, ia akan mengakhirinya namun tidak untuk saat ini. Karena pria itu nyatanya masih membutuhkan gadisnya.

                         
Tbc

Levanter [[End]] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang