Page 18

1.3K 215 14
                                    

Gadis mungil itu melepaskan helem yang ia pakai dan mengembalikannya pada sang pemilik, tak lupa ia berikan senyum manis untuk pria jakung itu.
                         
"Terima kasih, Senpai." Ujar Hinata menundukan kepalanya pelan.
                         
Pria bernama lengkap Akashi Seijuro itu terkekeh pelan, ia usap surai lembut itu dengan gemas. "Tak masalah, kau bisa menghubungiku jika butuh tumpangan?" Ujar Akashi menampilkan senyum lebarnya.
                         
Hinata menarik sudut bibirnya tipis, ia tidak tau harus menjawab apa. Suasana hatinya akhir-akhir ini tidak dalam kondisi baik.                 
"Sekali lagi terima kasih, Senpai." Ujar Hinata sebelum masuk kedalam kediamanya.
                         
Akashi menatap punggung kecil itu yang mulai menjauh. Ia tidak akan memaafkan pria bajingan itu, ia tidak akan berdiam diri melihat orang yang ia cintai terluka.
     
Ia sadar jika cinta gadis itu sampai saat ini tak terbalas, namun ia pastikan jika gadis itu akan menjadi miliknya dan akan ia buat pria itu menyesali segala perbuatannya. Pria berklan Seijuro itu akan pastikan jika pria itu merasakan hal yang sama.

.

.

       

Hinata menjatuhkan tubuhnya diranjang empuk miliknya, akhir-akhir ini pikirannya sedang kacau. Ia tidak sedang galau karena putus cintakan? Tentu saja tidak, karena diantara mereka tidak ada hubungan yang mereka sebut kisah romansa.
 

                       
Hinata menghembuskan napasnya panjang, ia sudah bebas dari pria itu namun kenapa hatinya masih saja terasa sesak? Harusnya ia bahagia, tidak akan ada lagi yang mempermainkan hati dan pikirannya. Ya, harusnya Yerim bahagia, namun apa yang ia rasakan sekarang? Hampa? Kosong? Bimbang?
           
Memuakan!! Ini pasti akibat terlalu lama merasakan rasa sakit dari hubungan gila itu hingga memberikan efek seperti ini dalam dirinya. Ia tidak jatuh cinta pada pria itu terlalu dalam kan?

Hinata kembali menghembuskan napasnya yang begitu menyesakan dada. Kenapa ini jauh lebih merepotkan ketimbang rasa yang ia pernah rasakan saat Naruto memutuskan untuk mengencani gadis sialan itu? Kenapa perasaanya jauh lebih menyakitkan ketika ia sadar tak ada lagi hubungan apapun baik itu perjanjian atau lebih dari itu diantara mereka?
                         
Hinata melirik benda pipih yang sejak tadi terus bergetar, ia lihat kontak nama yang tertara di layar ponselnya. Gadis manis itu mencebikan bibirnya kasar, ia tidak habis pikir bagaimana bisa pria itu terus menghubunginya?
                         
Menghiraukan panggilan itu Hinata jutru menutup matanya mencoba menyilami mimpinya. Namun sebelum gadis itu terbang bersama mimpinya pria yang berstatus sebagai kakaknya dengan seenak pantat masuk kedalam kamarnya.
       
"Hei, Cerewet!! Ada pacarmu didepan!" Ujar Neji sambil memegang ponselnya, ia masih asik dengan geme di ponselnya sebelum pria yang mengaku sebagai kekasih adiknya itu datang.
                         
"Temui dia." Ujar Neji menutup pintu kamar adiknya dan berlalu.
                         
Hinata meremas surai panjangnya frustasi, untuk apa pria itu datang kerumahnya? Tidak cukupkah perkataannya waktu itu, jika hubungan diantara mereka sudah berakhir.
                         
Gadis berklan Hyuga itu berdecak kesal, ia belum siap melihat wajah sialan itu. Haruskah ia turun dan menemui pria itu? Ah, tidak ia belum bisa berbicara dengannya.
         
Hinata menggerang frustasi dengan keadaan ini, apa yang harus ia lakukan? Ah, pria itu memang pintar membuat kepalanya berdenyut.
   
Hinata mengatur napasnya, ia tidak boleh terlihat lemah. Ia tidak boleh terlihat jika ia begitu sengsara karena pria itu. Hinata menyisir rambut panjangnya, menghembuskan napasnya dengan teratur. Ia bisa melewati ini!
                         
Dengan langkah penuh tekad ia berjalan turun ke bawah, dari tangga ia bisa melihat pria yang selama ini mengisi hari-harinya duduk di sofa keluarga. Ah, harusnya Hinata melarang kakaknya untuk memasukan orang asing kelingkup rumahnya.
   
"Ada apa kau datang kesini, Uchiha-san?" Tanpa berbasa basi Hinata langsung menayakan alasan apa pria itu hingga menyambangi kediamannya.
   
"Tentu menemui pacarku." Jawab pria itu tanpa beban, dan sukses membuat Hinata mendengus kesal. Apa pria itu amesia atau pura-pura lupa?
   
Hinata kembali mendekati tubuh jangkung itu dan memberikan tatapan tak bersahabat. "Siapa yang kau maksud? Neji-nii?" Ujar Hinata dengan nada mencibir.
                         
Ia sudah malas meladeni pria yang ada dihadapannya ini. Tidakkah pria itu tau betapa susanya menghilangkan rasa yang mulai bermekaran di hatinya?
                         
Sasuke tersenyum manis ia bangkit dari tempat duduknya, mempersempit jarak diantara keduanya. "Ayo." Ajak pria itu menggengam jemari lentik itu dengan lembut.
 
Hinata menarik genggaman tangan pria itu memberikan delikan tajam untuk pria itu.
                         
"Apa maksudmu?" Hinata tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria itu, ia tidak bisa menebak apa yang ada di otak pemuda Uchiha itu.
     
"Sudah lama kau terlalu jauh dariku, malam ini akan aku ajak kau kencan. Jadi, ayo!"
     
Hinata melebarkan matanya cepat ketika rentetan kata itu begitu mulus keluar dari bibir tebal pria itu. Apa pria itu gila?
                         
"Kita tidak dalam hubungan yang bisa pergi bersama, jadi maaf saja aku tidak bisa." Jawab Hinata melipat kedua tangannya di depan dada.
   
Sasuke memperlihatkan senyum tipisnya, ia raih kembali jemari lentik itu untuk ia genggam. "Kau tau aku tidak pernah menerima penolakan." Ujar Sasuke sebelum menarik tubuh sintal itu untuk ikut bersamanya.

Levanter [[End]] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora