Page 11

1.6K 244 15
                                    

Hinata tertawa lirih, bukan karena rasa bahagia hinggap dihatinya atau rasa kelaka menggelitik perutnya, tapi karena rasa kecewa dan tidak percaya menamparnya begitu dalam.

Rasanya seperti mainan bekas yang dipumut kembali, ia merasa seperti boneka yang tidak diinginkan namun tetap dibutuhkan. Bukankah itu terasa sangat menyakitkan?
                   
Perkataan Sasuke seolah menunjukan pada Hinata dimana ia harusnya berada, dimana batas mereka dan apa gunanya dirinya sebenarnya untuk pria itu. Lalu Hinata harus apa dengan permainan gila yang ia buat sendiri? Ia harus apa ketika pria yang menjadi target mainannya justru mempermainkannya balik?

Hinata mengusap lembut pipi gembilnya ia tidak ingin menangis sungguh, sungguh ia tidak ingin meneteskan air mata lagi hanya untuk pria bajingan sepertinya. Namun ia itu siapa? Hanya gadis yang baru mengenal cinta dan dunia.
                         
"Hai?"

Hinata terlonjak kaget ketika suara bariton itu masuk kedalam gendang telingahnya secara tiba-tiba. Dengan gerakan reflek ia menolehkan kepalanya guna mencari sumber suara tersebut.
           
"Tumben ada disini?" Ujar pria bertubuh tinggi itu lalu mendudukan pantat seksinya di sebelah gadis cantik itu.

Hinata tersenyum tipis, jujur saja ia sedikit terkejut dengan keberadaan kakak kelasnya itu di sini. Ia tidak menyangka pria populer sepertinya berada di taman yang sepi seperti ini.
 
"Ah, Senpai juga tumben ada disini?" Ujar Hinata basa-basi ia tidak ingin dicap sombong jika tidak membual untuk sekedar omong kosong.
       
Pria bername tag Akashi seijuro itu menampilkan senyum lebarnya dengan tanpa permisi ia merangkul pundak Hinata dengan santai tanpa melihat respons yang diberikan oleh gadis itu. Ya, siapa yang tidak tau Akashi Seijuro pria populer musuh bebuyutan sang pangeran sekolah Uchiha Sasuke

Seantero sekolah pasti mengetahui pria satu ini dengan segala sifat bobroknya. Tak terkecuali Hinata.
         
"Marahan sama si pantat Ayam?" Hinata tentu tau siapa yang dimaksud oleh pria itu namun bibirnya seolah lengket hanya untuk mengelak fakta tersebut.

Akashi tertawa renyah ketika hanya hembusan napas yang menjawab semua pertanyaan yang ia ajukan, pria itu mengarahkan tangan kekarnya untuk mengusap surai halus itu dengan lembut.
                         
Hinata? Tentu saja terkejut dengan tindakan tak terduga yang pria itu lakukan padanya, ia butuh beberapa detik untuk mencerna semua ini hingga otaknya berjalan kembali. Hinata memajuhkan tubuhnya untuk menghindari usapan lembut itu, jujur saja siapa yang tidak risih diperlakukan seperti itu oleh orang asing?                  
"A-ku rasa aku harus pergi." Ujar Hinata beralibi, ya tentu saja ia ingin keluar dari situasi aneh ini. Siapa yang akan nyaman dengan tingkah sialan pria itu padanya.
                         
Dengan gugup ia berjalan menjauh, ia harus membuang semua niatan awalnya untuk menjernihkan pikiran setelah pria bertubuh tinggi itu mengganggunya. Sebelum langkah kaki itu semakin menjauh sebuah tangan kekar lebih dulu menyekalnya.

                         
"Kata siapa kau boleh berbicara dengan pria lain?" Tanpa menolehkan wajahnya, Hinata tentu tau siapa pemilik suara rendah itu berasal. Siapa lagi kalau bukan pria bajingan yang sering sekali mengaduk-aduk perasaanya seperti adonan kue. Hinata tertawa sinis ia tatap wajah tampan itu dengan dingin, ia lepas tautan tangan keduanya dengan kasar.

"Tapi maaf saja Tuan Uchiha anda tidak punya hak atas hal itu." 

Hinata tau ia terlalu kekanakan, tapi rasa kesal atas ucapan pria itu masih membekas di relung hatinya. Toh buat apa dia berusaha menahan segala makian jika pada akhirnya pria itu memang pantas mendapatkannya.             
Sasuke tersenyum tipis, tipis sekali mungkin tidak ada yang sadar akan senyuman itu lalu ia berjalan mendekat mengukung tubuh mungil itu dalam pelukan posesifnya.
           
"Selama semua orang tau kau milikku, maka tak ada satupun orang lain boleh menyentuhmu, ingat?" Bisik Sasuke tepat di telinga Hinata sebelum ia mengeratkan pelukannya.        
Lihat? Semua hanya perputar pada keuntungan dari pria itu semua hanya berputar pada hasil yang akan pria itu dapatkan dari perjanjian ini, dia bahkan tidak peduli jika ada hati yang tersakiti atas segala tindakan dan tutur katanya.

Levanter [[End]] ✓Where stories live. Discover now