Page 13

1.7K 240 21
                                    

Gadis bersurai indigo itu menghela napasnya panjang, setelah kejadian memalukan yang baru saja terjadi rasanya ia ingin tenggelam saja di palung terdalam.

Hinata mencebikan bibirnya kesal, ia tidak habis pikir dengan tingkah menyebalkan pria itu padanya. Sudah satu jam mereka berakhir di ruangan ini tapi sampai detik ini pria bersurai hitam kebiruan itu masih enggan melepaskannya dari ruangan sialan ini.
                         
"Sasuje, jam perlajaran pertama sudah habis apa aku harus membolos di jam kedua?" Ujar gadis itu jengah, sejak ia menjadi kekasih pura-pura ingatkan dan tekankan pada kata pura-pura, ia sudah membolos untuk kedua kali. Berengsek memang, benar kata pepatah teman bisa mempengaruimu.
       
"Apa? kau tidak akan dikeluarkan hanya karena membolos dua jam pelajaran." Jawab pria enteng ia bahkan masih memeluk tubuhnya.
 
"Ck, mau sampai kapan aku melihat pemandangan menggelikan seperti ini." Cibir satu sosok yang ternyata masih berada di sana, duduk di salah satu brangkar dengan ponsel di jari-jemarinya.
   
Pria bersurai raven itu melepaskan pelukannya, ia beralih menghadap tubuh pria yang memunggunginya itu lalu mengarahkan kakinya untuk menendang pantat pria yang asik bermain game itu.

"Sialan!! Pergi saja jika tidak suka lagi pula siapa suruh kau ada disini badebah Shikamaru!!" Maki Sasuke tidak terima atas ucapan pria itu dan satu lagi karena keberadaan pria itu ia harus mengakhiri sesi pembuatan tato untuk gadisnya. Menjengkelkan bukan? Harusnya Sasuke mengunci pintu sialan itu lebih dulu.
       
"Hei, jika tidak ada aku ditengah-tengah kalian, aku yakin tidak lama lagi ruangan ini akan penuh dengan desahan." Ujar pria malas itu asal, ia bahkan menghiraukan tatapan tajam sahabatnya itu, dan masih melanjutkan gamenya.
     
Perkataan Shikamaru yang frontal itu membuat pipi gembil Hinata memanas, ia tidak menyangka jika pria itu akan mengatakan hal memalukan itu tanpa beban.
                         
"Tidakkah kau sadar jika kau itu mengganggu?" Cibir Sasuke balik, ia bahkan kembali menendang tubuh pria itu hingga terjatuh. Memang sahabat kurang ajar!
     
Shikanaru menggeram pelan, apa benar jika pria sialan itu adalah sahabatnya, ia lebih terlihat seperti ibu tiri baginya. Shikamaru bangkit sambil menepuk pantatnya yang terasa berdenyut, ia menyesal telah sudih menyempatkan waktu berharganya untuk mengetahui bagaimana keadaan pria itu.

Hey look hell, he's not like a dying person he looks very blazing now.
                         
Serigala bongsor itu memang menyebalkan. Ia kira pria itu akan sekarat, tapi apa yang ia lihat sekarang? Opera sabun yang sedang pria itu coba lakoni? Menggelikan.
                 
Tubuh tegap itu berjalan menjauh, pergi dari tempat sialan yang baru saja ia tapaki. Lebih baik ia mengganggu musuh tercintanya daripada harus berada diantara pasangan yang kelebihan hormon itu, pemandangan yang mereka tampilkan itu tidak baik untuk mata dan adiknya.
                         
Sasuke tersenyum miring melihat pria bajingan itu pergi, bagus tidak akan ada lagi yang akan menggangu mereka sekarang. Sebelum rasa suka cita itu bertahan lama di lubuk hatinya, gadis cantik itu sudah menghancurkannya dengan berjalan pergi menjauh.
   
Lihat siapa yang membutuhkan sekarang? Karena pria bersurai raven itu langsung berlari mengejar gadisnya tanpa peduli rasa nyeri di sekujur tubuhnya.
       
"Hin tungguh!! Mau kemana?" Tanya pria itu ketika tubuhnya sudah berada di depan gadisnya.
                 
Gadis cantik itu hanya menghela napasnya lagi meladeni pria itu sungguh membuat perutnya melilit.
   
"Aku harus masuk. Aku tidak mau ketinggalan pelajaran." Jawab Hinata jengah, sebenarnya ia hanya beralibih karena pada kenyataanya ia hanya ingin menjauh dari pria itu.
                         
"Tidak!! Akan aku berikan guru privat untuk mengajarimu pelajaran yang terlewat. Jadi tetap bersamaku. Kau tega? Lihat!! Kepalaku kembali berdenyut kalau aku pingsan bagaimana?" Ujar pria itu mendesak ia bahkan menyeret tubuh yang lebih kecil itu untuk ikut bersamanya.
 
"Ada guru piket di sana, Sas. Jangan bertingkah seperti anak kecil." Sepertinya ucapan yang keluar dari bibir Hinata hanyalah sebuah debu yang tak kasat mata karena pria itu tidak peduli apapun yang keluar dari bibir tipisnya.
                         
"SASUKE." Panggil Hinata ketika tubuhnya sudah berada di atas brangkar dan kembali barada dalam dekapan pria itu.
                         
"Diamlah, suaramu membuat semua lukaku berdenyut." Ucap Sasuke mengeratkan pelukannya. Hinata menyeringit bingung, apa katanya? Suaranya membuat luka pria itu semakin terasa? Hell dia pikir suara Hinata seperti jarum yang menusuk? Menyebalkan.

Levanter [[End]] ✓Where stories live. Discover now