Page 5

2.6K 341 14
                                    

"Hei, sudah tidak apa-apa. Aku ada disini." Hinata membuka iris matanya pelan, air matanya masih asik terjatuh. Dan apa yang lebih buruk lagi dari ini? Ya, pria itulah yang menyelamatkannya.

Sasuke melepas blezer miliknya memakaikan blezer itu ke tubuh mungil Hinata. Menghapus air mata yang masih menetes itu lembut.

Gadis cantik itu masih membisu entah apa yang harus ia lakukan, kejadian ini begitu mengguncang mentalnya. Ia takut, tidak ia sangat takut, andai pria itu tidak datang apa yang akan terjadi selanjutnya? Hinata memekik frustasi dalam pikirannya, ia akan hancur jika saja pria itu tidak datang menyelamatkannya.                     
Tangan kekar itu mengangkat tubuh mungil itu dalam sekali sentak, ia menaruh tubuh lemas itu dalam gendongannya berjalan menujuh ruang kesehatan. Sepanjang perjalanan tak ada yang mengeluarkan kata apapun, baik Hinata dan Sasuke memilih berdiam diri menikmati kesunyian yang mereka ciptakan sendiri.
Hingga langkah terakhir membawa mereka ke tempat itu.

Sasuke menaruh tubuh mungil itu pelan ke atas ranjang, membaringkan tubuh itu disana. Hinata masih asik bergelut dengan pikirannya, rasa takut itu tak kunjung hilang membuat relung hatinya resah. Ia tatap wajah sialan itu dalam diam, segala kemungkinan buruk menerjang otaknya lagi. Mungkin saja penggemar pria itu akan lebih menggila, melakukan lebih dari ini. Lalu ia harus bagaimana? Keluar dari sekolah ini? Apa yang akan ia katakan pada keluarganya jika ia tiba-tiba ingin keluar? Ini gila!! Ya, Hinata mulai gila dengan situasi ini.

"Tidak perlu berpikir terlalu jauh." Hinata menghentikan lamunannya ia mengerjapkan matanya pelan.                   
"Apa maksudmu?" Tanyanya heran.

Sasuke menampilkan smirk andalannya. "Kau tidak perlu pergi, tidak perlu bersembunyi. Kau tidak akan tersakiti lagi."

Hinata mendengus pelan, apa katanya tidak perlu pergi, tidak perlu bersembunyi dan tidak akan tersakiti lagi? Hell sebab apa hidup damainya menjadi semengerikan ini jika bukan karena dia!!

"Mungkin hari ini kau selamat, aku tidak bisa menjamin besok, dan besoknya lagi." Ujar pria itu tenang ia menyenderkan tubuhnya di dinding UKS.

Hinata tersenyum kecut, apa yang di katakan pria itu memang benar. Mungkin kali ini ia beruntung tapi apa keberuntungan datang lebih dari dua kali?

"Kau yang memulainya bagaimana jika aku yang akan mengakhirinya?" Hinata mengalikan pandangannya menatap pria itu lagi. Ia menyeringit heran, sebenarnya apa yang pria bajingan itu mau darinya? Tidak mungkinkan pria itu jatuh cinta padanya? Oke itu terlalu mustahil. Ia bukan gadis dengan popularitas yang tinggi seperti Sakura atau mantan pacar pria itu Matsuri. Ia juga bukan gadis cantik seperti Konan Senpai. Lalu apa yang pria itu inginkan dari gadis biasa sepertinya?

"Jadi milikku maka aku akan melindungimu dari mereka. Kau tentu tau seberapa besar pengaruhku di sini." Ujarnya tersenyum miring. Ia melipat kedua tangannya di dada menatap wajah cantik itu lekat.

"Ini penawaran terakhir, jika kau berubah pikiran telpon aku." Setelah mengatakan itu Sasuke menegakkan tubuhnya melangkahkan kakinya menjauh sebelum langkah itu pergi sebuah tangan menahannya.

"Beri aku alasan kenapa aku harus menjadi pacarmu? Aku tau maksudmu bukan menjadi pacar seperti kebayakan orang diluar sana." Ujar Hinata memgeluarkan apa yang ada dipikirannya. Rasa penasaran yang mengrogotinya dari tadi.

Sasuke tersenyum tipis, gadis itu memang pintar tidak salah ia memilihnya. Ia membalikkan tubuhnya menghadap gadis cantik itu memberikan senyum manisnya.                      
"Bisa kita buat perjanjian?"

                         

Levanter

                         
Hinata menghembuskan napasnya panjang, sudah dua jam yang lalu ia melakukan hal itu, ia menggeram kesal ketika apa yang ia tunggu sungguh tidak pantas untuk ia tunggu. Sialan pria Uchiha itu membuatnya menunggu selama ini. Ia mencebikan bibirnya kesal ia sudah seperti seonggok bangkai yang dikerubungi lalat, sialan!!

Levanter [[End]] ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon