10

5K 711 25
                                    

☬☬☬


FLASHBACK ON

'prang!'

"Siapa yang memberimu ijin untuk membantahku, Aiden?!!" Suara tegas yang terdengar dingin menggelegar memenuhi ruangan dalam sebuah mansion besar itu.

'buak'

"Cepat minta maaf!"

'buk'

'bruak'

'prang'

"Ugh! Apa yang mau kakek dengar? Rave itu temanku! Temanku yang berharga! Jika kakek berani melukainya lagi, aku akan membalasmu!"

"KURANG AJAR SEKALI KAU...!!" Pria berusia sekitar 63 tahun itu berteriak seraya membanting dan melemparkan apa yang ada di depannya ke arah sang cucu. Urat-urat di dahinya muncul menandakan bahwa dia sudah dikuasai amarahnya.

Pria itu, Damian Zacharael, pemimpin dari keluarga Zacharael yang berarti kakek Aiden.

Damian kemudian meminta pesuruhnya untuk membuat Aiden berlutut dihadapannya.

'plak'

'plak'

Tamparan demi tamparan dilayangkan Damian pada Aiden, "Jaga sikapmu sebagai Zacharael atau aku akan menggunakan caraku, camkan itu!" Ucap Damian dingin.

Setelah itu Damian pergi keluar dari ruangan itu bersama para pesuruhnya.

Aiden yang ditinggalkan sontak langsung tergeletak. Dia merubah posisinya telentang menatap kosong langit-langit ruangan itu,
"Sial!" Aiden menggertakkan giginya.

FLASHBACK OFF

☬☬☬


Suara ponsel membuyarkan atensi Aiden, merogoh saku untuk menemukan benda pipih itu, lalu melihat pesan yang ada disana.

Senyum tipis muncul di bibir Aiden saat dia membaca sebuah alamat dalam pesan itu. Dia dengan segera berlari meninggalkan danau.

Saat melewati jalan di hutan kecil itu, pandangan Aiden tertuju pada Sean yang berlari ke arahnya dengan panik.

Sean berlari lalu berhenti di depan Aiden dengan terengah-engah, "Hah.. hah.. Ra- hah..."

"Tenanglah, ambillah napas dulu baru bicara." Aiden menepuk pundak Sean.

Setelah cukup tenang, Sean mulai berbicara, "Rave... Pesuruh kakekmu membawa Rave pergi!"

Aiden membeku dengan tubuh mulai gemetar. Inikah yang dikatakan kakeknya tentang cara lain itu?

Sean yang melihat Aiden membeku dengan wajah yang perlahan memucat sontak mengguncang bahu Aiden, "Sekarang bukan waktunya untuk melamun, Aiden!"

Perkataan Sean seketika menyadarkan Aiden. Aiden kemudian menyerahkan tas-nya pada Sean, "Aku pergi dulu."

"Hati-hati..."

Aiden segera berlari menuju jalan utama dan segera menemukan taksi.

------------------------------------------

Di lain tempat,


"APA-APAAN INI?!" Justin menyipit menatap layar ponselnya. Di dalam ponsel itu berisi pesan dari orang yang dia pekerjakan untuk mengikuti Rekha. Sejak kejadian malam itu, Justin memerintahkan beberapa bawahannya untuk mengikuti putrinya diam-diam, karena dia tahu Rekha pasti akan menolak jika dia katakan yang sesungguhnya.

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟWhere stories live. Discover now