43

2.7K 388 16
                                    

☬☬☬

.

.

.

☬☬☬

Tiga hari kemudian.

Di ruang VVIP Rumah Sakit, Meredith duduk sembari menggenggam tangan kiri Rekha. Tatapan gadis itu sedari tadi tak beralih sedetikpun dari wajah pucat Rekha yang terpejam.

Sudah satu jam Meredith ada disana tanpa ada niat untuk pergi. Terdengar suara pintu dibuka membuat tatapan Meredith beralih pada dua orang gadis berpakaian pelayan yang memasuki ruangan lalu berdiri di sisi ranjang. Dua pelayan itu tak lain adalah Jasmine dan Gloria.

"Kalian pelayan Abellard?" Tanya Meredith.

Jasmine dan Gloria mengangguk sopan.

"Tuan dan Nyonya sedang berada di luar negeri, dan Tuan Muda tidak akan suka jika kami menghubungi mereka."

Meredith terkejut karena tak mengira Rekha adalah orang yang mandiri.

"Nona, sudah waktunya kita ke kantor polisi untuk memberi keterangan." Seorang pria berpakaian pelayan yang berdiri dibelakang kursi Meredith akhirnya berbicara.

Meredith mengangguk. Gadis itu lalu beranjak berdiri. Ia mengulurkan tangan mengusap lembut pipi Rekha. Meredith kemudian membungkuk dan memberikan kecupan ke dahi Rekha. "Rave, aku pergi dulu. Aku akan pastikan bajingan itu membusuk di penjara." Bisiknya tepat disamping telinga Rekha.

Setelah Meredith pergi, Rekha perlahan membuka mata memperlihatkan iris hazel miliknya. Menggeser bola matanya menatap Jasmine dan Gloria, Rekha berkata lirih, "Apa kalian sudah lakukan yang aku bilang?"

"Ya, Tuan Muda. Tuan Edmond sangat marah saat kami memberitahunya."

"Beliau bilang begini. Aku bersumpah akan membuat perusahaan Zacharael runtuh! Berani sekali keparat itu melukai penerusku!" Ucap Jasmine seraya berkacak pinggang dengan wajah penuh amarah. Gadis itu sedang memperagakan bagaimana Edmond, kakek Rekha bereaksi tentang masalah ini.

"Bagus. Tinggal tunggu kabar dari Gavin. Aku penasaran, apa dia melakukannya dengan baik?" Rekha menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"Tuan Gavin pasti bisa menyelesaikannya. Bagaimana keadaan anda, Tuan Muda?"

"Sudah lebih baik. Jangan khawatir."

☬☬☬

Flashback On

Malam sebelumnya, Gavin memasuki ruangan rawat Rekha dengan Jasmine mengikuti dibelakangnya. Wajah Gavin sudah pucat dan dipenuhi lelehan air mata. Iris gelap milik pemuda itu membola melihat Rekha yang duduk bersandar diatas ranjang.

"Rave..."

Rekha yang melihat wajah panik Gavin hanya tersenyum seraya merentangkan tangan kirinya. Hal itu sontak membuat tangis Gavin kembali pecah. Dengan langkah lebar, pemuda itu berjalan mendekat lalu memeluk Rekha dengan erat.

"Ughh.. tenanglah, Gavin. Punggungku masih sakit."

"Kenapa kamu selalu membuatku khawatir?! Meskipun aku akan menyusulmu jika kamu mati, tapi aku masih ingin hidup denganmu, Rave!"

Perkataan Gavin tentu saja membuat Rekha langsung luluh. Mengulurkan tangan kanannya yang terbalut perban, Rekha mengusap pelan rambut gelap Gavin. "Aku tidak akan mati sebelum aku menikahimu, Gavin."

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz