32

3.1K 431 50
                                    

☬☬☬
.

.

.

.

Dua minggu kemudian.

Neptunus High School

Rekha mengerutkan keningnya saat gadis-gadis sekelasnya mulai mengerubutinya. Menghela napas kasar. Dengan nada rendah, Rekha bertanya. "Ada apa ini?"

"Rave, bagimana menurutmu soal gosip tentang Gavin?"

"Pasti kamu tahu kan? Kamu temannya!"

"Gosip?" Rekha memiringkan kepalanya bingung. Karena memang dirinya tidak mendengar gosip apapun.

"Kamu tidak tahu? Sejak beberapa hari yang lalu, gosip di kalangan kelas 2 mengatakan bahwa Gavin sudah mempunyai pacar dan pacarnya itu laki-laki. Gavin memang tidak mengakui, tapi dia juga tidak membantahnya."

"Aku tidak percaya dia menyimpang. Padahal dia sekeren itu."

"Ya, apapun asal dia tampan itu sah-sah saja!"

"Benar!!!"

"Apa kamu tahu siapa pacarnya Gavin, Rave?"

Rekha menopang dagu dengan satu tangannya tanpa menjawab.

"Ah, aku sangat penasaran. Setampan apa pacarnya?"

"Aku lebih penasaran siapa kira-kira yang jadi seme-nya. Gavin atau pacarnya?! Kyaa!! Otakku akan membusuk jika memikirkannya!!"

"Jangan dibayangkan, dasar bodoh! Aku kan jadi ikut-ikutan!!"

"Kyaa!!!"

"Kyaa!!!"

Rekha hanya melongo tak bisa berkata-kata karena terlalu shock dengan kata-kata frontal teman-temannya.

"Omong-omong, Rave. Apa kamu sudah punya pacar?"

☬☬☬


Di ruang kesehatan, Gavin tengah berbaring memejamkan mata di atas brankar. Wajah pemuda itu sedikit pucat dan beberapa titik keringat. Sejak pagi dirinya memang merasakan tubuhnya demam. Tadinya Gavin ingin bolos. Tapi ia mengurungkan niatnya karena ada seseorang yang ingin dia temui di sekolah. Jadi Gavin memilih tidur di UKS. Namun siapa sangka jika dirinya akan bertemu dengan gadis yang sejak dulu selalu mengejarnya.

"Gavin..." Terdengar suara panggilan lirih dari seseorang. Seorang gadis dengan hati-hati mengintip Gavin dari balik tirai. Namun Gavin tidak bergeming dengan panggilan tersebut, seolah pemuda itu memang sedang tidur.

Gadis bersurai coklat gelap itu perlahan membuka tirai dan berdiri disamping brankar. Tangan kanan gadis itu terulur untuk menyentuh dahi Gavin.

Dalam hitungan detik, tangan gadis itu terhempas ke atas. Gavin perlahan membuka matanya memperlihatkan manik segelap malam milik pemuda itu.

"Apa kau tidak pernah diajari sopan santun? Kau pikir siapa dirimu beraninya menyentuh wajahku?"

"A- aku hanya menghawatirkanmu, Gavin. Badanmu panas. Aku akan merawatmu."

"Tidak butuh! Pergi sana!" Gavin memiringkan tubuhnya memunggungi gadis itu.

"Kenapa kamu selalu kasar padaku, Gavin?! Aku sudah menyukaimu sejak SMP. Tidak bisakah kamu memberiku kesempatan?!" Teriak gadis itu marah.

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟWo Geschichten leben. Entdecke jetzt