45

2.5K 377 40
                                    

☬☬☬

.

.

.


Tiga minggu kemudian.

Di dalam ruang belajarnya, Rekha duduk tertunduk memegangi keningnya. Matanya memerah dengan kantung mata yang nampak menghitam. Disebelah Rekha, ada Jasmine dan Gloria yang senantiasa menemani Rekha.

Sudah dua minggu sejak Rekha mengambil alih peran Edmond J. Abellard. Meskipun Justin sudah membantu Rekha, Rekha masih saja nampak kelelahan karena belum terbiasa.

Rekha menaruh kepalanya dengan posisi miring keatas tumpukan berkas. "Bisakah kubakar saja kertas-kertas sialan ini?" Dengusnya kesal.

Gloria tertawa kecil, gadis manis dengan dua lesung pipi itu mengelus lembut pundak Rekha, lalu berkata. "Tuan Muda, masih terlalu dini untuk anda menyerah. Pikirkan saja Tuan Gavin yang ingin anda nikahi itu."

"Benar, Tuan Muda. Anda harus semangat!" Sahut Jasmine.

Rekha menggertakkan gigi. Ia menggebrak meja seraya berdiri lalu terkekeh pelan. "Benar, pikirkan saja itu!" Rekha lalu mengulurkan tangannya ke arah Gloria, "Kembalikan ponselku. Aku ingin menelepon Gavin sebentar sebelum melanjutkan ini."

"Maaf, Tuan Muda. Tidak boleh."

"Haish, sudahlah. Kalian tidak seru sama sekali." Dengus Rekha seraya mengusap kasar rambut pendeknya lalu kembali duduk.

Jasmine dan Gloria tertawa bersamaan melihat tingkah Rekha.

"Saya akan buatkan anda kopi." Ucap Jasmine yang kemudian berjalan keluar dari ruangan itu.

Tepat setelah Jasmine keluar, Justin memasuki ruang belajar Rekha dan berjalan mendekat. Rekha yang melihat sang ayah masuk langsung beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati sang ayah.

"Daddy, apa yang membawamu kemari?" Rekha memberi isyarat pada Gloria agar gadis itu meninggalkan dirinya dan Justin berdua.

"Ini soal pengadilan yang akan diadakan besok."

"Besok? Bolehkah aku ikut datang, Daddy?"

"Tentu saja, itu alasanku memberitahumu." Justin mengulurkan tangan mengusap lembut wajah Rekha. "Bertahanlah sedikit lagi. Setelah semua masalah ini selesai, aku akan mengembalikan semuanya pada tempatnya. Maafkan aku yang membuatmu harus berjalan di jalan ini, Rekha."

Iris hazel Rekha bergetar, bibirnya terkatup rapat mendengar nada bicara menyedihkan pria dihadapannya. Sangat jelas bahwa sang ayah juga menanggung beban yang berat sama seperti dirinya. Sial, Rekha benar-benar terharu dan bersyukur. Entah itu ibunya, ayahnya, bahkan semua orang di kehidupannya kali ini begitu menyayanginya dan menjaganya. Rekha benar-benar ingin menjaga semua yang ia miliki sekarang.

"Daddy-" Rekha tercekat tidak bisa meneruskan kata-katanya. Air matanya meleleh tanpa sadar. Untuk pertama kalinya, Rekha menunjukkan air mata itu di depan pria ini.

Sudut bibir Justin terangkat ke atas. Pria itu mengulurkan tangannya mengusap air mata Rekha. "Kamu sekarang lebih terlihat seperti seorang gadis."

Air mata Rekha semakin deras keluar. Suara tangisnya semakin keras terdengar. "Apa yang Daddy katakan. Aku memang perempuan. Apa aku tidak terlihat seperti perempuan di matamu, Daddy?!"

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang