40

3K 429 64
                                    

☬☬☬

.

.

.


"Ya, kamu benar. Aku seorang perempuan, Gavin." Rekha tanpa ragu mendongak menatap lurus iris hitam Gavin. Bisa dilihatnya wajah terkejut pemuda itu. "Apa kamu kecewa karena aku bukan laki-laki?" Lirih Rekha.

Rekha berbalik dan berjalan meninggalkan Gavin yang masih membeku. Ia sangat takut jika Gavin tidak bisa menerimanya. Namun tak terlalu jauh ia melangkah, Rekha dikejutkan karena Gavin membalutnya dengan jaket lalu memeluk erat dirinya dari belakang. Rekha merasakan tangan gemetar Gavin dan deru napas berat pemuda itu disamping telinganya.

"Apa yang kamu katakan, Rave? Kenapa aku harus kecewa? Bukankah aku sudah mengatakan dengan jelas bahwa aku menyukaimu karena kamu adalah kamu. Aku tidak peduli gendermu, statusmu atau apapun itu. Yang aku tahu aku hanya menyukaimu!" Bisik Gavin dengan nada penekanan. "Sebaiknya kita pergi dari sini dulu." Lanjut Gavin yang kemudian melepaskan pelukannya lalu menarik tangan Rekha untuk ikut bersamanya.

-------------------

Rekha keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya. Ia melihat Gavin yang sudah duduk disisi ranjang dengan kotak obat ditangan pemuda itu. Menarik sudut bibir membentuk sebuah senyuman, Rekha berjalan mendekat dan duduk diatas ranjang berhadapan dengan Gavin.

Dengan tangan gemetaran, Gavin mengoleskan salep pada punggung tangan Rekha lalu memasang perban. "Ja- jangan salah paham, Rave. Aku gemetaran karena aku masih terkejut, bukan berarti aku sudah tidak mencintaimu." Ucap Gavin panik, takut jika Rekha salah paham.

"Padahal aku tidak mengatakan apapun." Rekha tertawa kecil melihat sikap canggung Gavin.

Setelah itu, Gavin beralih ke lebam di wajah Rekha. "Apa ini sakit, Rave? Ini terlihat bengkak."

"Ya, sedikit perih."

"Tahan ya. Aku akan mengoleskan obat."

"Mm.."

Gavin tersenyum. Pemuda itu tak percaya bahwa Rekha akan ada disini, di dalam kamarnya.

"Gavin..." Rekha memanggil Gavin tanpa menekan suaranya.

Gavin meneguk saliva kasar mendengar suara lembut itu. Ia menatap Rekha yang mendekatkan wajah padanya. Melihat penampilan Rekha yang saat ini mengenakan kaos miliknya, tampak kebesaran di tubuh Rekha, tulang selangka Rekha yang telihat, rambut Rekha yang masih basah, serta dua tonjolan dada yang tercetak jelas karena Rekha yang tidak memakai ikatan dada.

"Rave, kamu masih saja sangat tampan." Gavin tersenyum sendu. "Sial, ini benar-benar tidak baik. Rasanya jantungku akan meledak... Aku sangat ingin menciummu sekarang, Rave."

Rekha menakupkan kedua tangannya ke wajah Gavin. Lalu memberikan kecupan singkat di bibir pemuda itu. "Gavin, kamu masih ingat ucapanku kan?"

Gavin mengangguk, "Kamu tidak ingin mengubah role-mu kan? Aku tidak peduli selama kamu bersamaku, Rave. Tapi karena kamu pe- pe- pe- rempuan..-" Gavin terdiam sejenak. Pemuda itu lalu melepaskan tangan Rekha dari wajahnya dan mengusap kasar rambut gelapnya. Dengan nada frustasi ia berteriak. "AHHH..!! SIAL, AKU BENAR-BENAR MALU..!! Bunuh saja aku, Rave..!!"

Rekha hanya tertawa terbahak-bahak.

Bibir Gavin berkedut, ia mencengkeram bagian depan kaos Rekha dan menariknya mendekat. "Kamu benar-benar bajingan, Rave. Kamu pasti selama ini sangat puas menertawaiku saat aku bersikap seperti uke yang sangat menggelikan dihadapanmu, kan?!"

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟWhere stories live. Discover now