41

3K 401 36
                                    

☬☬☬

.

.

.

Flashback On

Malam itu, Rekha menceritakan semuanya pada Gavin. Tentang pembantaian yang terjadi di Mansion Abellard, 9 tahun lalu. Tentang bagaimana dirinya mengambil nama Rave demi membalas musuh keluarganya dan tentang semua yang ingin diketahui Gavin.

Gavin yang berbaring dipangkuan Rekha menangis saat mendengar cerita Rekha, seolah bisa membayangkan posisi Rekha saat kejadian itu. Bagaimana nama orang yang masih hidup terkubur bersama jasad orang lain.

Rekha dengan lembut mengusap lelehan air mata di wajah Gavin. "Kenapa kamu menangis? Jika tahu ini akan membuatmu sedih, aku tidak akan menceritakannya."

Gavin menggeleng pelan. Pemuda itu membenamkan wajahnya ke perut Rekha. "Rave, saat itu kamu pasti sangat ketakutan kan? Pasti sangat menyakitkan bagimu bertindak seperti laki-laki?"

"Ya, aku takut sekali.. dan aku kesulitan." Rekha tertawa kecil saat Gavin menggenggam tangannya seolah sedang menenangkannya. Melihat wajah menangis Gavin membuat Rekha gemas. "Gavin, maaf karena tidak memberitahumu lebih awal."

Gavin menoleh lalu menatap lurus iris hazel Rekha. "Sekarang jika mengingat lagi aku merasa sangat marah. Selama ini aku selalu menganggapmu seme-ku. AAHH..!! AKU MALU SEKALI..!!" Gavin beranjak duduk lalu menakupkan kedua tangannya ke wajah Rekha. Menatap wajah teduh Rekha membuat Gavin menggertakkan giginya. "Sial, ini membuatku gila! Rave, aku benar-benar tidak bisa berhenti bersikap manja padamu."

"Kalau begitu jangan berhenti. Bergantunglah padaku sebanyak yang kamu mau. Aku akan melindungimu."

"Apa kamu mampu mengatasinya, Rave?"

"Tentu saja. Aku akan menjadi lebih kuat agar bisa jadi sandaranmu, Gavin." Rekha menatap iris gelap Gavin. Tatapan itu sangat lembut membuat Gavin yang melihatnya jadi salah tingkah.

"Lagi pula kamu selalu terlihat menggemaskan di mataku. Aku suka saat kamu bersikap kekanak-kanakan dihadapanku."

"Ja- jangan sampai kamu menyesal, Rave!" Gavin mendorong Rekha untuk berbaring, lalu membelai wajah Rekha. "Rave, bagaimana bisa kamu setampan ini padahal kamu perempuan?"

"Apa kamu suka?"

"Tentu saja!"

Rekha menarik kaos yang dikenakan Gavin lalu membuat posisi mereka berubah. Rekha melihat wajah Gavin yang kini berada dibawahnya perlahan merona dan deru napas pemuda itu yang mulai berat.

"Rave..."

Iris hazel Rekha membulat merasakan Gavin yang memasukkan tangan ke kaosnya dan memegang pinggangnya. Menarik sudut bibir membentuk sebuah senyuman, Rekha membungkuk, mendekatkan wajahnya dengan wajah Gavin.

"Cium ak--"

Rekha mengarahkan ciuman sebelum Gavin menyelesaikan kata-katanya. Sedangkan Gavin melingkarkan lengannya ke punggung Rekha, menarik Rekha lebih mendekat agar bisa memperdalam ciumannya.

Satu menit... Lima menit... Sepuluh menit... Lima belas menit... Ciuman mereka semakin intens. Benang saliva bertaut dan terputus saat Rekha melepaskan ciumannya.

Rekha mengusap lelehan air liur di sudut bibir Gavin. Ia tersenyum melihat Gavin yang masih terengah-engah.

"Rave..." panggil Gavin dengan nada memohon.

"Hm? Ingin lanjut?" Ucap Rekha yang hanya dibalas anggukan Gavin.

Rekha mengecup pucuk kepala Gavin kemudian membaringkan diri ke samping pemuda itu. Ia lalu menarik Gavin dalam dekapannya. "Hahh.. Ini membuatku gila!" dengus Rekha. "Aku juga ingin melakukannya denganmu dan menjadikanmu sepenuhnya milikku, Gavin. Tapi saat ini aku..--" Rekha tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya pada Gavin jika saat ini dirinya harus fokus pada tujuannya terlebih dahulu.

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟWhere stories live. Discover now