You Are My Glory [Bagian 4]

332 61 18
                                    

Taehyung memandang ke arah cakrawala yang mulai menggelap, pertanda malam hari akan segera datang. Otaknya mengulang kembali kejadian lima tahun lalu yang memisahkannya dengan Yoongi.

Taehyung membuka mata dan mengenali tempat itu sebagai kamar tidurnya. Ia langsung turun dan mencabut invus, mengabaikan sakit di kepalanya. Pintu terbuka dan masuklah Sang Ayah dengan sorot penuh kemarahan diikuti ibunya.

"Mau ke mana kau?"

"Aku harus menolong Yoongi Hyung. Dia jatuh ke laut. Aku harus segera menyelamatkannya."

"Dia sudah mati."

"Aku tidak percaya sampai melihatnya sendiri."

Bugh!

Taehyung tersungkur setelah Sang Ayah memukul tulang pipinya. Tak sampai di situ, pria itu menendang perutnya berulang kali.

"Kau dilarang keluar mulai detik ini. Kau hanya boleh kuliah online. Tidak ada satu hal pun yang bisa membuatmu keluar dari rumah. Mengerti?"

Taehyung mengubur wajah di telapak tangannya mengingat siksaan ayahnya. Ayahnya bahkan memecat pengasuh yang sudah menemani Taehyung sejak kecil agar tak ada seorangpun yang bisa membantunya dan menggantinya dengan pengawal yang berada di dekatnya hampir 24 jam.

Pada hari ia menerima ijazah virtual kelulusannya, ia memberi obat pencahar di minuman pengawalnya lalu kabur dengan semua uang tabungan yang ia ambil tanpa menyisakan sepeserpun untuk bekerja di dunia hiburan. Jenis pekerjaan yang lumayan hina di mata ayahnya.

Ia memutuskan hubungan dengan orang tuanya, termasuk Sang Ibu yang sama sekali tak pernah sekalipun membantunya keluar dari siksaan Sang Ayah. Mereka pernah mencoba menemuinya, namun Taehyung meminta manajernya menerima semua tawaran dan tak mengizinkan hari libur agar tak seorangpun bisa mendekatinya.

Kini ia memiliki semua dari jerih payahnya sendiri selama tiga tahun belakangan. Tetapi apa artinya tanpa Yoongi di sisinya? Tidak ada.

"Sekarang kau bahkan tidak mengingatku, Hyung. Apa gunanya aku hidup?"

---

"Hyung, aku sangsi mereka mau menemui kita," ujar Beomgyu yang disetujui Kihyun.

"Coba saja. Bilang saja kalian berdua mau menjadi idol dan tanya tentang audisi atau apapun sekalian minta alamat rumah Kim Taehyung." Yoongi berkata sambil menatap gedung HYBE, agensi yang menaungi Taehyung.

"Mana mungkin dikasih! Mereka pasti mengira kita sasaeng," bantah Kihyun.

"Coba dulu. Ayo masuk!"

Beomgyu dan Kihyun mengalah. Mereka mendorong kursi roda Yoongi dan mengatakan maksud kedatangan mereka pada resepsionis.

"Sebenarnya tidak ada audisi sekarang. Baru ada lagi akhir tahun. Bagaimana kalau kalian kembali kira-kira awal Desember?"

"Tidak bisa audisi sekarang saja, Noona? Hasilnya diumumkan nanti, tidak masalah."

"Benar, Noona Cantik. Katanya Kim Taehyung juga begitu. Dia audisi di luar jadwal terus diterima. Kami ingin begitu juga."

Resepsionis itu menggaruk kepalanya. Ia melirik pemuda ketiga yang duduk di kursi roda dan selalu menatap ke arah lift yang terbuka.

"Teman kalian ini juga mau menjadi idol?"

"Saya? Tidak mungkin bisa kalaupun saya mau. Tapi saya suka membuat lagu."

"Kebetulan sekali ada lowongan menjadi karyawan magang di sini. Salah satunya asisten komposer. Tertarik?"

Beomgyu dan Kihyun menatap Yoongi yang terlihat bingung.

All About TaeGiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang