Bab 1 : Ribuan Tahun

27 8 0
                                    

Alam Ilahi adalah salah satu dari ribuan alam yang terdapat di galaksi semesta semenjak jutaan tahun. Ribuan kultivator ranah dewa telah terlahir di sini berkat bantuan dari alam dengan Qi dunia yang memungkinkan bagi mereka untuk sampai ke tahap ini.

Dengan kekuatan besar yang mereka miliki, tidak sulit untuk membentuk peradaban untuk keberlangsungan hidup mereka yang damai. Sebuah kekaisaran pun tercipta dengan peradaban yang maju yang seolah mengantarkan alam ilahi pada titik dimana mereka bisa melakukan apa pun dan memunculkan sebuah anggapan jika mereka bisa menguasai semua alam yang ada di semesta. Hingga sebuah peristiwa terjadi dan memporak-porandakan seluruh kekaisaran.

Saat itu, di bawah bangunan istana yang porak poranda oleh serangan bola api yang berkobar. Beberapa sosok kultivator yang bergabung untuk menghadapi kultivator lain yang mencoba untuk menyerang mereka sang pembuat onar yang mengatasnamakan sebagai penguasa alam semesta.

"Sebaiknya kalian menyerah, aku akan menaburi abu kalian dengan bunga neraka yang indah." Sesosok pria botak dengan pandangan tajamnya menyeringai. Jubah warna merah berkobar dengan panasnya udara yang tercipta karena api yang mengganas di bawah mereka. Diikuti dengan para pengikutnya yang semuanya memakai jubah yang senada, ekspresi kemenangan tercipta, meskipun peperangan yang sesungguhnya belum di mulai.

Sementara para kultivator berjubah putih memandang mereka dengan hati-hati. Mereka adalah gabungan kultivator dari seluruh akademi di alam ilahi yang telah mendeklarasikan sumpahnya untuk melindungi tempat dimana para leluhur mereka dilahirkan hingga mereka bisa mewarisi kemasyuran.

"Kenapa kau sangat yakin kita akan kalah? Cepatlah pergi! kami tidak akan membiarkan kultivator sesat yang mengambil jalan pintas dengan menyerap jiwa kultivator lain untuk berada di alam ilahi," seru pria berambut putih dengan jenggot putih yang juga memanjang. Terlihat jika ia adalah pemimpin di antara para kultivator ini.

"Pergilah, kami tidak ingin tanah leluhur kami dikotori orang-orang seperti kalian!" Para kultivator berjubah putih itu mulai menyerang dengan menggunakan pedang mereka.

Pertempuran yang sebenarnya telah di mulai, kali ini para kultivator sesat itu mulai melemparkan rantai-rantai untuk mengikat mereka dan menyerap jiwanya untuk memperoleh kultivasi mereka. Sebuah teknik sesat yang cukup menyeramkan berusaha untuk mereka praktekkan.

Itu adalah hal yang sudah pasti, tapi mereka kebanyakan dari mereka tidak berpikir jika para kultivator sesat itu akan melakukannya dengan membabi buta, menyerang dengan sesuka hati. Perbuatan ini begitu kejam, seperti para iblis.

Beberapa kultivator berhanfu putih terjerat oleh rantai-rantai itu, membuat mereka mengerang kesakitan karena jiwa dan kultuvasinya tersedot.

"Argghhh ...."

Jika itu terjadi, maka yang tersisa hanya tulang belulang, dengan kulit yang menempel. Seketika orang itu akan mati.

Melihat satu persatu kultivator tumbang, sang pria tua berambut putih dan berjenggot putih itu semakin khawatir.

"Tetua, bagaimana ini? Jika seperti ini kita akan kalah!" teriak salah satu pria yang dengan sekuat tenaga menghalau rantai itu dengan artefak kapak pembelah gunung. Alih-alih membelah gunung, kapak berkekuatan luar biasa ini ia pergunakan untuk mematahkan tiap rantai yang menjalar dari berbagai penjuru. Mencoba untuk melindungi kultivator wanita yang meminta perlindungannya.

Semua itu juga memiliki alasan karena pertarungan kali ini tentang hidup dan mati. Maka mereka wajib melindungi para wanita untuk kelangsungan hidup para keturunan rakyat alam ilahi, jika pada akhirnya mereka harus kalah.

"Kami akan membinasakan kalian semua!"

Terdengar tawa menggelegar yang membuat siapa pun akan merinding saat mendengarkannya. Langit semakin bergemuruh dengan petir menyambar-nyambar membuat keadaan semakin mencekam.

"Tidak ada pilihan lain, panggil Yang Mulia. Kita butuh bantuan sekarang!" perintah sang tetua.

Seluruh kultivator dewa telah dikerahkan dari berbagai penjuru alam ilahi pun telah tumbang akibat tersedot oleh rantai-rantai penyedot jiwa yang telah mereka siapkan. Jika semua berlanjut maka, sekte jiwa darah akan menang dan semua kultivator akan musnah.

Seorang pria memakai hanfu berlambangkan matahari yang telah dapat dipastikan jika itu adalah kaisar bersama dengan permaisuri dan diikuti beberapa pengawal istana. "Yu-er, kau yakin ingin melakukannya denganku?" tanya sang kaisar dengan wajah seriusnya.

"Hamba akan mengikuti kemana pun Yang Mulia pergi. Bahkan jika harus mengorbankan diri untuk menjaga keutuhan alam ilahi," tutur sang wanita dan terlihat penuh tekat.

Keduanya pun mencoba menggerakkan kedua artefak pedang matahari dan bulan sabit, menyatukannya dalam sebuah kekuatan dan meledakan semuanya.

Bleddar

Berakhirnya masa dimana kejayaan alam ilahi dengan kekuatan para dewa yang kini hanya menjadikannya sebuah kisah yang tertulis dalam literasi perpustakaan kekaisaran, bahkan menjadi salah satu taktik perang bersejarah.

---*---

Angin sepoi berhembus membuat seseorang memejamkan matanya, menikmati sentuhan yang menggelitik. Di atas pohon dengan bunga persik berguguran, seorang gadis memandang bahagia kumpulan burung terbang dengan mata jingga yang mengkilau. Rambut jingganya seolah menyatu dengan langit senja. Susana alam ilahi setelah seribu tahun berlalu nampak tenang dan damai.

"Li Hua ...." Terdengar seseorang mencarinya dan gadis itu bukannya ingin muncul. Ia malah semakin menutup mulutnya agar sosok yang mencarinya itu tidak mendengarkan pergerakannya.

Gadis ini terus memperhatikan sosok pemuda dengan rambut kemerahan, di telinga kanannya terdapat tindikan berbentuk bulan sabit yang merupakan hadiah yang pernah Li Hua berikan kepadanya saat usia pemuda itu lima belas tahun.

"Li Hua, Yang Mulia mencarimu," seru pemuda tersebut membuat Li Hua tertawa, ia senang melihat wajah kebingungan pria itu. Membuat pemuda itu sebal seperti sebuah permainan yang menyenangkan.

"Li Hua, aku tahu kau di sini! Cepat keluar atau aku akan mengambil Baobao dan membakarnya bersama Li Mei," ancamnya yang membuat Li Hua kesal.

Baobao adalah kelinci berwarna kelabu kesayangan Li Hua, ia mendapatkannya dari ayahnya kaisar alam ilahi dan merawatnya seperti bayinya yang imut. Ia akan sangat marah jika seseorang berkata akan memakannya dengan perjuangannya yang sulit selama ini.

Gadis itu berdiri dan kehilangan keseimbangan. "Akk ...," teriaknya yang jatuh, dengan cepat sosok pria yang mencarinya itu menangkapnya.

"Sangat ceroboh," omelnya dengan mengarahkan jarinya untuk mengetuk dahi Li Hua dengan gemas. Entah mengapa, semua yang Li Hua lakukan selalu menggemaskan baginya.

Li Hua yang kesal mempoutkan bibirnya. "Wu Yitian, kau seharusnya bersikap seperti lautan yang luas dan damai dengan banyak kebijaksanaan. Menyebalkan sekali, setiap kali kau mengancamku dengan memakan Baobao," omelnya yang membuat Yitian itu tertawa, lagi-lagi ia mengetukkan jarinya pada dahi Li Hua.

"Lalu, dimana sopan santunmu? Aku adalah kakak seperguruan ketiga dan seharusnya memanggilku kakak ketiga dan sekarang apa? Dasar pembrontak kecil!" ejek Yitian yang seketika membawa tubuh Li Hua terbang dengan cepat.

"Yitian, aku tidak akan memaafkanmu!" maki Li Hua yang tidak suka terbang dengan kecepatan tinggi.

-Tbc-

Flowers Blooming In FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang