Bab 7 : Bersatunya Dua Insan

7 4 0
                                    

"Kau sudah mengetahuinya?"

Angin dengan membawa wangi semerbak beraneka ragam bunga, sedikit membuat perasaan lebih menyegarkan. Hanya ada Wu Yitian dan Li Hua sekarang, karena kaisar sudah pergi meninggalkan mereka karena ada pertemuan dengan para menteri. Kali ini mereka berdua memandang jauh pada corak bunga di hadapan mereka. Namun, Li Hua masih merasa bingung untuk memberikan jawaban untuk pertanyaan Wu Yitian yang secara tiba-tiba ini menurutnya.

"Mengetahui tentang apa?" Li Hua tak berani memandang Wu Yitian, ia sangat malu untuk berterus terang tentang pendapatnya dalam pernikahan ini. Memang, mereka telah tumbuh dan melalui banyak hal bersama. Meskipun sikap saling peduli dan saling menyayangi tumbuh dengan beriringnya waktu, itu tak lantas membuat mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang saling jatuh cinra. Hanya lebih ke mengikuti alur yang telah ditetapkan semenjak awal, jika mereka akan menjadi sepasang suami istri nantinya. Bukan pula, itu sebuah keterpaksaan, hanya sesuatu yang menjadi kebiasaan untuk saling peduli dan berbagi.

Angin membuat rambut Li Hua menutupi wajah bersemu merah itu dan tangan Wu Yitian datang untuk memperbaikinya. "Tentang tanggal pernikahan kita," kata Wu Yitian dengan pandangan yang membuat jantung Li Hua akan melompat keluar, hanya saja ia menahannya sebisa mungkin. Li Hua tidak ingin merusak momen seindah ini dengan sikap konyolnya.

"Jika kakak belum siap, kita bisa menundanya atau mungkin ... kakak memiliki pilihan lain?" Li Hua tidak mencurigai Wu Yitian hanya saja, ia tidak merasa senang jika Wu Yitian melakukannya dengan terpaksa. Bukankah dua hal ini sangat berbeda, yang menandakan jika Li Hua tidak peduli dengan apa pun kecuali perasaan Wu Yitian itu sendiri.

Dahi Wu Yitian mengerut, menunjukkan jika ia memiliki banyak pertanyaan dalam benaknya saat gadis di hadapannya ini melontarkan perkataan yang tak terduga olehnya. "Pilihan lain? apa menurutmu aku terpaksa memilih jalan ini?" Wu Yitian pun meraih kedua tangan Li Hua. "Jika kau berpikir aku melakukannya karena tidak memiliki pilihan lain ... maka kau salah. Aku bersungguh-sungguh sejak awal. Tidak ada yang ku pedulikan kecuali dirimu dan perasaan ini semakin lama semakin dalam, sampai kapan aku harus menunggumu?" lirihnya yang kali ini mencium tangan kanan Li Hua dan diikuti dengan menariknya dalam dekapan.

Li Hua tersenyum, merasa lega karena semua keraguan dan berakhir karena pengakuan yang tulus dari Wu Yitian. Ia tidak lagi memikirkan jika semua yang dilakukan oleh Wu Yitian karena balas budi untuk semua kebaikan ayahnya yang telah membesarkannya hingga kini.

"Aku senang kakak memilihku," kata Li Hua yang kini menangis haru.

Wu Yitian tersenyum. "Mulai dari sekarang kita adalah satu kesatuan. Aku akan selalu berada di sisimu," tuturnya yang kali ini melepaskan pelukannya, memandang Li Hua dengan seksama sebelum akhirnya mereka saling mendekat dan berciuman dengan hangat.

---***---

Hari yang dinanti semua orang, seperti pelibur disaat kenyataan pahit yang tak terhindarkan karena penyerang yang membuat kedua murid dari akademi kerajaan tidak ditemukan, yiatu pernikahan antara putri Li Hua dengan Wu Yitian. Keduanya menikah di istana dengan menjalani berbagai macam prosesi, tapi arak-arakan menuju ke akademi dan mereka akan menetap di sana.

Kereta kuda dengan semua ornamen merah telah melewati pusat kota dan kini telah berhenti di depan akademi. Pelayan mencoba menyiapkan tempat untuk Li Hua turun dan Wu Yitian sudah menyambutnya untuk menggapai tangan Li Hua. Keduanya pun berjalan beriringan masuk ke dalam akademi, suara petasan datang menyemarakkan pernikahan mereka berdua.

Senja telah berganti malam saat kendi keramik berisi arak telah berjajar dengan beraneka ragam makanan yang telah tersedia. Semua tamu undangan dan orang dalam akademi bersatu padu untuk merayakan pernikahan yang sangat jarang diadakan di akademi. Jika itu pernikahan orang lain, dengan adanya kematian yang terjadi mungkin akan menjadi larangan sampai masa berkabung telah usai, tapi ini adalah pernikahan seorang putri satu-satunya yang nantinya akan mewarisi tahta alam ilahi. Jadi, mereka menganggap ini adalah awal berkah yang diberikan oleh dewa, kedepannya mereka berharap akan muncul keberuntungan lain.

"Sebaiknya kau kembali lebih cepat, jangan biarkan Li Hua menunggu," bisik salah satu murid yang sepertinya mencoba untuk menggoda Wu Yitian.

Pria ini tersenyum. "Kakak seperguruan Song, jangan menggodaku seperti itu. Aku sudah meminta izin kepada Li Hua untuk menemani kalian sampai mabuk." Wu Yitian mengangkat secangkir arak dengan kedua tangannya dan menghadapkannya pada semua senior yang kini duduk bersamanya, kemudian mengangguk dan meminumnya sebagai tradisi beramah tamah yang telah dilestarian beribu tahun lamanya.

Malam semakin larut saat satu persatu orang telah pergi, Wu Yitian pun mencoba untuk berpamitan pada orang-orang yang tersisa. Ia percaya jika Li Hua sudah pasti terkantuk-kantuk karena menunggunya. Sebab, Li Hua memang mudah sekali untuk tidur dimana pun ia berada.

"Pangeran telah tiba," kata salah satu pengawal yang membuat Wu Yitian mengirutkan keningnya. Ia belum terbiasa dengan julukan baru ini karena menikahi putri Li Hua dan mendapatkan julukan baru ini.

Kedua dayang pribadi Li Hua pun membukakan pintu untuk Wu Yitian dan ia melihat wanita bergaun merah dengan tertutup tudung masih duduk, tanpa bergerak. Wu Yitian tersenyum saat dugaannya memenuhi pikiran jika Li Hua pasti tertidur. Bahkan saat Wu Yitian membuka tudung yang menutupi kepala Li Hua dengan tongkat, gadis ini tak beraksi. Mata Li Hua terpejam dan Wu Yitian datang untuk menidurkannya.

"Apa yang kau lakukan? Kita belum bertukar rambut dan meminum arah," ucap Li Hua terbata, wajahnya memerah saat mereka begitu dekat. Wu Yitian menindihinya dan bahkan Li Hua dapat merasakan napas hangat Wu Yitian menerpa wajahnya. Ini sangat berbeda dengan ciuman yang biasa Wu Yitian berikan kepadanya. Perasaan mendebarkan dan ketegangan yang berkali lipat dari biasanya. Belum lagi tatapan Wu Yitian yang membuat Li Hua semakin gugup karena sangat malu dengan keadaan seperti ini. "Kalau begitu mari kita melakukan prosesi akhir sebelum kita melakukan yang lain," bisiknya yang membuat semu meraih bertambah pada kedua pipi Li Hua.

"Ah benar," Li Hua mencoba untuk mendorong tubuh Wu Yitian. Mencoba segera bangkit untuk menetralisir kecanggungan ini.

Wu Yitian masih tak bergerak, malah sekarang ia memandang Li Hua lebih intens. "Tapi, sepertinya aku tidak bisa menunggu terlalu lama," gumamnya yang tentu membuat Li Hua bertambah malu.

"Kakak, kenapa kau menggodaku seperti ini," keluh Li Hua.

"Kakak?" Wu Yitian mencoba untuk mendekati Li Hua. "Sekarang aku adalah suamimu Li Hua, cobalah untuk memanggilku dengan itu, sekarang!" pintanya.

Wu Yitian masih menunggu Li Hua untuk menggunakan satu kata yang sungguh membuat Li Hua malu dari yang sebelumnya. "Suamiku ...." Meskipun berat pada akhirnya kata itu berhasil keluar dari mulut Li Hua. Wu Yitian terlihat senang dan ia pun menarik Li Hua dan menciumnya dengan mesra.


Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now