Bab 27 : Pergi Ke Akademi

4 0 0
                                    

Hari dimana seluruh tabib dari penjuru kota datang ke paviliun keluarga Fu pun tiba. Ketika hari ini pula petaka di keluarga Fu telah dimulai. Seharusnya jendral Fu ada di camp militer yang terletak di dekat benteng kota Chu. Tapi, tiba-tiba pria itu pulang hanya untuk mengecek keadaan Fu Rong.

Jadilah Fu Rong diungsikan ke paviliun yang lebih baik dari gubuk yang tak layak huni yang selama ini Li Hua tinggali. Semua itu demi menghindari kemarahan jendral Fu saat melihat tempat yang selama ini ditinggali Fu Rong seperti gubuk yang tak layak huni padahal paviliun utama rumah ini adalah yang paling kokoh dan terkenal di kota Chu.

"Ingat, kamu harus diam atau aku akan menghukum semua pelayanmu!" ancam nyonya Fu yang sebenarnya ia juga dalam keadaan genting, tapi masih ada waktu untuk mengancam Li Hua.

Sementara, Li Hua melihat Xiao Yu sudah menangis dan Mao Lan kakinya sakit sehabis dipukuli dengan kayu. Li Hua pun menghela napas. Sepertinya ia harus mengikuti rencananya, meskipun ia bisa saja menyuruh Lingling membuat keributan, tapi jika semua orang jadi tahu Lingling, itu akan merepotkan.

"Baik, tapi lepaskan mereka. Kita hanya perlu bersandiwara, kan?" tanya Li Hua dan wanita itu pun mengangguk.

Jebakannya sebenarnya bekerja, tapi wanita keji ini tentu tidak akan tinggal diam. Li Hua masih belum bisa menunjukkan kekuatannya, ia belum berkultivasi dan jika sudah berkultivasi, ia masih harus menyembunyikannya sampai berhasil naik ke ranah yang lebih tinggi. Nanti, ia akan meminta maaf kepada kedua pelayannya itu karena bersedia menggantikannya untuk dipukuli.

"Tuan Fu datang." Terdengar pelayan sedang menyampaikan kedatangan jendral Fu dan terlihat nyonya Fu tegang, ia tanpa ragu duduk di samping Li Hua dan menunjukkan ekspresi kasihannya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya sok perhatian, Li Hua sangat muak melihatnya tapi ia tidak punya pilihan lain selain bertahan.

"Kenapa tabibnya masih di luar?" Jendral Fu sudah masuk dan bingung kenapa pemeriksaanya belum dimulai, padahal semua tabib yang ia berikan undang telah sampai.

Nyonya Fu pun berdiri untuk menyambut suaminya. "Begini, Fu Rong kurang begitu suka dengan kebisingan. Jadi aku masih membujuknya agar ia mau melakukannya. Benar kan Fu Rong," kata nyonya Fu dengan nada suara lembut yang dibuat-buat.

Saat pandangan Li Hua dan jendral Fu bertemu, mau tidak mau ia mengangguk meskipun terlihat terpaksa. "Aku tahu kau marah pada ayah karena tidak pernah memperhatikanmu, tapi semua ini demi kebaikanmu. Ayah akan melakukan apa pun agar membuatmu sembuh dan bisa melakukan semua yang kamu mau," katanya yang terlihat kesungguhan di sana, hanya saja semua percuma. Fu Rong telah pergi dan sekarang tersisa dirinya yang bukan siapa-siapa bagi jendral Fu.

Melihat respon Fu Rong yang biasa saja, jendral Fu beranggapan jika anaknya itu masih marah. Namun, ini lebih baik karena ia masih mau diperiksa oleh para tabib.

"Mulailah memeriksanya," perintah jendral Fu pada tabib yang berada di urutan paling depan.

---***---

Li Hua tersenyum saat melihat isi seluruh lembar kertas tentang resep yang sama, yaitu resep yang sebenarnya adalah ramuan tapi akan menjadi beracun jika disatukan. Bahkan, diagnosis tabib yang satu dengan tabib yang lain sama. Mereka mengatakan jika tubuh Li Hua lemah karena cacat sejak lahir. Padahal, beberapa hari yang lalu Li Hua mengkonsumsi racun yang biasa diberika ibu tirinya itu, tapi kenapa bisa tidak terdeteksi sama sekali?

Seolah seluruh tabib itu sengaja di suap oleh ibu tirinya. Ia sama sekali tidak menyangka jika ibu tirinya itu bisa memiliki pengaruh yang cukup tinggi di sini.

"Apa nyonya menyuap semua tabib? Apa itu yang nona pikirkan?" Mao Lan mencoba untuk menebaknya dan Li Hua mau tidak mau mengangguk, paham ia membenarkan perkataan Mao Lan.

"Ternyata cukup susah untuk menjebaknya. Bahkan Fu Xian yang ku pikir akan menjadi kartu terakhirku pun tidak menunjukkan banyak pergerakan. Sepertinya ia memilih untuk melindungi ibunya."

Mao Lan mengangguk, ia merasa tidak puas dengan hasil ini. "Lalu, apa yang akan nona lakukan? Kita masih belum sebanding dengan nyonya Fu dalam urusan kelicikan," ucapnya yang membuat Li Hua tertawa. Untuk komentar yang sangat sial ini, Li Hua tidak bisa membantahnya, tapi ini tidak terlalu buruk untuk digunakan latihan selagi dia masih berusaha untuk mencapai alam ilahi Kemabli.

"Benar katamu, sepertinya aku harus memiliki rencana lain," ucapnya yang harus segera berkultivasi untuk bisa pergi ke alam ilahi.

Tidak ada cara lain lagi kecuali menggunakan kelebihannya dalam alkemis. Semua itu bukan tanpa sebab, ia sangat miris melihat tabib yang memeriksanya kemarin. Kualitas rendah dan dengan kebodohannya itu mereka bisa membunuh orang tanpa mereka sadari, jadi jika ia menjadi alkemis mungkin dirinya akan mudah untuk berkultivasi.

Apa lagi setelah Mao Lan mengatakan jika di kekaisaran seorang alkemis akan sangat dihargai dan dihormati.

"Rencana seperti apa? Nona tidak akan bermain jebakan lagi, kan?" Mao Lan tidak ingin nonanya mencoba melakukan hal ceroboh tanpa rencana lain seperti kemarin.

Li Hua menggeleng. "Tentunya tidak, aku hanya akan mencoba belajar di akademi secara sembunyi-sembunyi. Jadi, kau harus menjaga kedai teh dan juga membeli artefak yang bisa meniru wujud manusia. Jadi, jika aku pergi tidak akan ada yang menyadari jika itu bukan aku," kata Li Hua yang membuat Mao Lan menghela napas panjang.

"Bagaimana bisa aku harus menjaga kedai teh dan menemani artefaknya?" tanya Mao Lan yang merasa pekerjaan itu terlalu berat jika dilakukan bersama.

"Aku akan membuatmu pura-pura pulang ke keluargamu. Jadi kau bisa fokus mengurus kedai teh dan Xiao Yu yang akan fokus menjaga artefak yang berwujud diriku."

"Kenapa nona bertingkah semaunya begini, kalau aku hanya bekerja di kedai saja, aku tidak bisa mengirim uang kepada orang tuaku," protesnya.

Li Hua tertawa, ia lupa kalau Mao Lan itu hanya suka berbicara keuntungan. "Aku akan membayar dua kali lipat dari gajimu di keluarga Fu," tawar Li Hua yang membuat mata Mao Lan berbinar, tapi masih belum mengatakan apa pun.

"Belum lagi jatah dua puluh batu spiritual tingkat tiga dalam sebulan," tambah Li Hua yang masih mencoba untuk membujuk Mao Lan.

"Masih kurang?" tanya Li Hua yang belum mendapatkan respon dari Mao Lan.

"Batu spiritual tingkat dua dan satu?" Kali ini mata Mao Lan semakin melebar.

"Tentu saja aku mau nona," pekiknya tapi tiba-tiba saja terpikirkan sesuatu yang lain.

"Kalau nyonya Fu tidak mengizinkanku pulang, bagaimana nona? Kalau seandainya ia mengizinkannya, lalu di tengah jalan mereka membunuhku?"

Terkadang Li Hua benci mengakui jika Mao Lan ini sangat cerdas, bahkan ia bisa memiliki kemungkinan-kemungkinan seperti ini.

"Tentu saja aku bisa membuatmu dari artefak. Jadi, dapatkan dipelelangan segera!" desak Li Hua yang membuat Mao Lan jadi manyun.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Dec 31, 2022 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Flowers Blooming In FireDonde viven las historias. Descúbrelo ahora