Bab 11 : Dikehidupan Selanjutnya, Hanya Ada Kebencian

10 5 0
                                    

Phoenix ilahi masih membawa Li Hua terbang mengikuti Li Mei yang terus mengarah ke istana utama dimana kaisar dan permaisuri tinggali, aula dimana kaisar mendisukusikan beberapa hal dengan seluruh Menteri. Sepanjang jalan Li Hua melihat mayat dan darah yang mengalir, nampak sangat mengerikan.

"Apa yang terjadi?" lirihnya yang membuat dirinya schok dan terkejut.

Bagaimana bisa istana yang penuh dengan kenangan indah dalam benaknnya kini berakhir menjadi lautan mayat?

Siapa yang melakukan hal semacam ini sebenarnya?

Li Hua tidak mengerti apa yang tengah terjadi dan Li Hua mulai mengkhawatirkan orang-orang yang berada di istana pusat.

"Kau sepertinya tidak benar-benar mengetahuinya," seru Li Mei yang masih berlari, ia tidak terlihat takut lagi saat dirinya semakin dekat dengan istana utama.

Saat melihat semuanya Li Hua merasa seolah berada dalam puncak, dimana ia tidak bisa mengontrol amarah dan kesedihannya. Air matanya mengalir tak terhenti, amarah yang terus menerus mendorongnya untuk meledak, sepertinya itu adalah sesuatu yang tidak akan bisa ia tahan. Keanggunan dan kepolosan yang selama ini selalu ia jaga dengan nama baik seumur hidup sebagai putri Li Hua yang begitu disanjung, Li Hua tidak mempedulikannya lagi.

Dalam pikirannya, ia terus memaki dirinya karena begitu bodohnya memberikan keparcayaan kepada siapa pun tanpa berpikir, bahkan ia sampai tidak sadar jika dirinya telah mengandung dan sekarang istana telah diserang. Pertama bayi dalam kandungannya harus pergi dan sekarang semua prajurit yang setia kepada kekaisaran. Harus menunggu berapa lama lagi kebodohannya ini akan menghancurkan semuanya.

"Siapa yang melakukannya?" Li terus menangis, ia tidak tahan dan merasa kasihan pada dirinya sendiri dan pasukan yang telah mengorbankan dirinya untuk kekaisaran.

"Kau akan tahu nanti, seharusnya kau bersiap agar kau tidak lebih terkejut dari ini. Jika tidak, mungkin kau akan mati tanpa bisa melakukan apa pun!" ejek Li Mei yang membuat Li Hua bertambah geram.

Setelah mengatakan hal ini, Li Mei semakin mempercepat berpindah dan melayang. "Sampai kapan kau akan berlari seperti pengecut, Li Mei!" Segala amarah membuat Li Hua tidak mempedulikan apa pun, kecuali hanya untuk menghabisi Li Mei dengan segera.

Li Mei terus terbang dan menoleh untuk memeriksa jarak di antara mereka berdua. Hanya ketika ia telah dekat dengan istana utama, Li Mei menghilang seolah tertarik oleh seseorang dan berpindah ke tempat lain.

"Kau tidak bisa pergi!" Li Hua berteriak, mencoba meraih tubuh Li Mei dengan cemeti yang ia miliki, tapi tidak berhasil.

Dibenak Li Hua muncul segala bentuk dugaan yang memaksanya harus segera masuk ke dalam dan ia terkejut bukan main saat melihat ketiga mayat ayah, ibu dan kakaknya tergantung di depan aula utama.

"Tidak!" Li Hua menjerit dan terjatuh. Ia menangis sejadi-jadinya dan tidak peduli dengan beberapa orang yang berusaha untuk menyerangnya. Namun, anehnya mereka berhenti menyerang saat seseorang tiba-tiba hadir di hadapannya.

Wu Yitian, suaminya yang terlihat baik-baik saja sementara semua orang di istana ini telah mati. Hanya tersisa pengawal ayahnya yang sudah tergeletak tak berdaya. "Putri, pergilah dari sini, hamba akan berusaha untuk mengalihkannya," teriak pengawal yang tersisa itu dan ia mengatakan itu dengan memandangi Wu Yitian dan mencoba untuk merangkak dan memegangi kaki Wu Yitian.

Li Hua terdiam, pandangannya dengan Wu Yitian bertemu. "Itu bukan dirimu, kan?" Berat untuk mengatakannya, tapi Li Hua berjuang untuk menemukan suaranya ditengah kehancurannya.

Wu Yitian masih diam, tatapannya tak sama. Ia terlihat lebih dingin. Seolah yang sedang berada di hadapan Li Hua ini adalah fisik Wu Yitian, tapi kepribadiannya berbeda jauh.

"Coba jelaskan kepadaku!" teriak Li Hua.

"Putri, ia yang telah membunuh kaisar, permaisuri dan putra mahkota, bahkan semua pasukan," lirih pengawal itu membuat Li Hua tak sanggup lagi menerima serangan informasi yang mengerikan ini.

Tangan Wu Yitian bergerak, membuat tubuh pengawal itu melayang dan terhempas dengan keras.

"AKKK." Teriakan kesakitan menyatu dengan teriakan pilu lainnya.

Li Hua tersentak, ia tidak bisa mempercayai jika suaminya bisa melakukan hal seperti itu. "Wu Yitian, bagaimana bisa kau membunuhnya?" lirih Li Hua yang sangat terkejut bukan main.

Wu Yitian memandanginya, kemudian ia bergerak dan berjongkok tepat di hadapan Li Hua. Tangannya meraih dagu Li Hua, mencoba untuk melihat wajah wanita yang selama ini menjadi istrinya. "Jika kau diam, kau akan bisa bersamaku selamanya," tawarnya yang tentu menjelaskan jika memang Wu Yitian yang telah membunuh keluarganya.

Li Hua kali ini merasa hancur berkeping-keping. "Ke-na-pa?" Lidahnya keluh, seolah ia tidak bisa mengatakan sesuatu, batinnya terguncang.

Tidak ada perubahan pada tatapan Wu Yitian, ia masih menunjukkan kedinginan yang seolah seperti gunung es yang kokoh. "Aku akan menjadikan kau permaisuri, tapi jika kau tak mau. Aku bisa menjadikan Li Mei sebagai penggantimu."

Kejam, hanya satu kata itu yang bisa Li Hua tangkap dari sosok yang baru benar-benar Li Hua kenal. Li Hua dan Wu Yitian telah menghabiskan banyak waktu untuk bersama, dengan pengkhianatan dan pembantaian terhadap keluarga yang Wu Yitian lakukan saat ini membuat kebencian Li Hua tak terkendali.

"Aku akan membunuhmu!" Li Hua tidak bisa lagi membiarkan Wu Yitian yang terlihat seperti orang asing ini. Ia harus mengakhiri semuanya dengan segera.

Kekuatan pada diri Li Hua yang sudah terluka cukup parah, ia mencoba untuk menambahnya dengan kekuatan pil yang baru saja ia telan.

Wu Yitian pun mundur, menciptakan jarak di antara mereka. Pria itu terlihat memandang sesuatu pada bagian bawah tubuh Li Hua dan bertanya-tanya tentang luka yang diderita oleh istrinya itu. Iya memang merencanakan membunuhnya, tapi dirinya berubah pikiran karena merasa Li Hua masih bisa ia manfaatkan.

"Tidak ada gunanya kau melakukan perlawanan, kita tidak berada diranah yang sama. Kau hanya perlu menuruti perkataanku." Lagi, Wu Yitian mencoba untuk membujuknya.

Hal ini tentu hanya orang yang tak memiliki akal atau orang gila yang mau menyetujuinya. Coba kalian pikirkan, bagaimana bisa Li Hua menerima tawaran ini setelah apa yang Wu Yitian lakukan kepada keluarganya? Semuanya yang pria itu lakukan hanya untuk ambisi besarnya.

Cinta dan kasih sayang? Betapa bodohnya jika Li Hua masih berharap ada sisa rasa seperti itu dari Wu Yitian. Pria itu tidak memiliki perasaan apa pun, kecuali ambisi untuk menjadikan alam ilahi berada dalam kenalinya secara penuh.

Li Hua tertawa getir. "Semenjak awal kau tidak pernah mencintaiku, semuanya yang kau lakukan hanya untuk hari ini. Bahkan, aku berpikir jika kau pun berubah pikiran dan tak membunuhku juga karena alasan tertentu, kan? Jadi, berhenti pura-pura dan ayo kita bertarung sampai mati!" ucap Li Hua yang sudah bertekat akan mengorbankan dirinya untuk menghentikan kegilaan Wu Yitian.

Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now