Bab 15 : Batu Spiritual

6 4 0
                                    

Hampir setengah hari Li Hua mencoba untuk memulihkan tubuh Fu Rong dengan pil penawar racun seadanya yang ada di dalam gelang giok Phoenix miliknya. Hanya saja, ini tidak akan memberikan perbaikan yang signifikan. Untuk mendetoksifikasi racun yang dikonsumsi semenjak kecil, Li Hua membutuhkan sebuah pil penawar yang lebih dari ini.

"Racun ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan racun yang diberikan Li Mei, hanya saja karena diminum semenjak kecil. Akan mustahil baginya untuk bertahan lebih lama, apa lagi untuk berkultuvasi itu mustahil," gumamnya dan Phoenix ilahi yang di sampingnya pun seolah mengangguk paham.

"Bahkan aku sangat lapar dan haus, tapi tidak ada satu pun yang datang kemari. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana mereka memperlakukan Fu Rong … namun, jika aku menjadi diriku yang dulu pasti aku akan sangat baik kepada orang-orang seperti mereka." Li Hua menjeda, ia tersenyum sinis. 

"Hanya diriku yang sekarang … tidak akan pernah melakukan kebaikan seperti itu. Mereka harus membayarnya!" katanya bertekat.

Pandangan Li Hua pun teralih pada Phoenix ilahi. "Lingling, kau harus membantuku memberi pelajaran untuk mereka. Bersembunyi di belakangku jika mereka datang, aku akan meminjam kekuatanmu untuk menghukum mereka," pinta Li Hua dan Phoenix ilahi mengangguk setuju. Meskipun ia tidak bisa berbicara, tapi ia mengerti apa yang dibicarakan oleh tuannya ini.

Li Hua tersenyum, ia sudah menanti para pelayan yang seharusnya melayani Fu Rong dengan sangat baik, tapi bahkan diakhir dari hayatnya tidak ada seorang pun yang datang.

Suara derap langkah kaki pun mendekat dan terdengar beberapa percakapan.

"Apa dia sudah mati?"

"Entahlah, kalau pun tidak … itu tidak akan lama. Dengan memakan makanan ini, hal ini akan menjadi akhir dan kita tidak perlu repot-repot merawat gadis tidak berguna itu."

"Tapi, jika nona sialan itu mati … apa kita tidak akan dibunuh oleh jendral? Kita kan bertanggung jawab untuk merawatnya dan lagi, kita tahu nyonya meracuninya setiap hari."

"Shuut … jangan terlalu keras, meskipun ia akan mati, tidak baik kita memberitahunya seperti ini. Aku takut hati nona kita akan hancur."

Setelah itu terdengar gelak tawa dan Li Hua yang mendengarkannya pun begitu marah, tapi ia berpura-pura untuk terlihat lemas. Li Hua membaringkan tubuh milik Fu Rong ini, seolah berperan menjadi gadis yang sekarat.

Pintu pun terbuka dan nampak kedua pelayan yang telah mengejeknya tanpa rasa takut sedikit pun. 

"Nona, waktunya untuk makan," kata salah satu pelayan yang mencoba mendudukkan tubuhnya yang lemah dan mencoba untuk menyendok asal-asalan sup di tangannya dan mencoba memasukkan ke dalam mulut Fu Rong.

Hanya saja Li Hua menahannya membuat kedua pelayan itu mempertanyakan perubahan sikap Fu Rong yang tak biasa ini. Ditatapnya nonanya ini, terlihat tatapan tajam dan dingin yang membuat keduanya merinding. "Siapa namamu?" tanya Li Hua yang membuat kedua pelayan ini bertambah bingung, mungkin mereka berpikir jika orang yang akan mati pasti melupakan semuanya.

Kedua pelayan ini tersenyum. "Jadi nona kedua tidak mengingat kami?" tanya sang pelayan yang menyuapinya.

"Xiao Yu, bukankah ini baik. Ia tidak mengingat semuanya," seru pelayan yang memegang guci air minum, merasa senang.

Li Hua tersenyum. "Kau, siapa namamu?" tudingnya pada pelayan pembawa guci air, membuatnya terkejut bukan main. Ia merasakan perbedaan antara nona Fu Rong yang dulu dengan yang sekarang.

"Mao Lan, nona …," jawabnya dengan terlihat sedikit takut.

Li Hua terlihat mengangguk. "Kalian buang semua makanan dan minuman ini, buatkan aku yang lebih baik. Jika, di dalamnya masih ada racun, maka kalian akan lenyap seperti kertas itu," tunjuknya pada buku yang sudah terbakar di depan mereka. 

Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now