Bab 4 : Misteri Kematian Cheng Gong dan Guan He

7 4 0
                                    

Li Hua masih mencari beberapa tanaman untuk ditempa menjadi bentuk pil. Sesungguhnya, ia lebih suka menjadi alkimia dari pada seorang kultivator. Hanya saja, karena ia adalah putri yang nantinya akan mengelolah akademi untuk memperkokoh kekuatan sang putra mahkota sebagai pemimpin alam ilahi selanjutnya, Li Hua mau tidak mau harus melakukannya.

Blendum

"Suara apa itu?" Li Hua hampir terjungkal karena terkejut dengan suara ledakan yang tiba-tiba saja muncul. Hatinya semakin tak tenang saja, ia merasa sesuatu yang menakutkan akan terjadi dan tentunya ia tidak ingin hal semacam itu akan terjadi. Li Hua berusaha untuk menepis segala pikiran buruk yang terlintas dalam benaknya dan memutuskan untuk memeriksanya saja.

"Lingling, kau mendengarnya? Aku harap kau bisa membantuku untuk terbang lebih cepat!" gumamnya dan jelmaan Phoenix pun muncul dari gelang giok yang dimiliki Li Hua.

Gadis ini pun bergegas menaiki Phoenix ilahi yang menjadi salah satu binatang mistik legendaris dari lima binatang legendaris yang ada dulunya.

Kiak

Suara Phoenix menggema di langit dan mencoba untuk mencari dimana suara ledakan itu berasal. "Kau menemukannya?" Li Hua bertanya saat merasa Phoenix itu tiba-tiba tidak bergerak. Hanya melayang di tempat itu saja.

"Mari kita turun!" perintah Li Hua dan Phoenix ini pun melesat ke bawah. Di lihatnya beberapa lubang yang tersisa dari ledakan. Li Hua terus meneliti, sembari Lingling melayang ke bawah untuk mencapai batas tanah.

"Kakak pertama!" teriak Li Hua saat melihat Cheng Gong tergeletak. Gadis ini berlari dan mencoba untuk mengecek keadaan Cheng Gong. Saat ia mencoba untuk meraba nadi dan mengecek jejak napas pada hidung Cheng Gong, Li Hua tak menemukannya.

"Kakak pertama, bangunlah!" Ia mencoba untuk mencoba untuk memberi napas buatan dan ia tidak peduli dengan ciuman pertama yang terenggut. Li Hua hanya peduli tentang nyawa Cheng Gong yang selama ini telah menjaganya seperti adik kandungnya sendiri.

Seberapa pun keras ia berusaha, Cheng Gong tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan meskipun ia telah memberikan pil pengembali energi tingkat dewa. Hal ini pun membuat Li Hua sangat frustasi.

"Guan He!" Suara teriakan lainnya muncul dan itu ada Dong Lian. Ia mencoba untuk menggerakkan tubuh Guan He yang telah membiru.

Li Hua yang awalnya tidak melihat Guan He juga berada di sini, ia pun bergegas menghampiri. Ini mencoba untuk menolongnya. "Aku akan memeriksanya," kata Li Hua dengan separuh menangis. Dong Lian pun mencoba memberikan ruang bagi Li Hua untuk melakukan pertolongan pertama, tapi berakhir sama dengan Cheng Gong.

Seketika ia terduduk lemas dengan air mata yang menggenang. "Kenapa? Kenapa seperti ini? Siapa yang berani melakukan ini?" Li Hua menangis sejadi-jadinya.

Dong Lian terlihat marah. "Apa kau tahu yang terjadi?" bentaknya dan Li Hua menggeleng.

Li Hua masih saja menangis. "Aku hanya mendengarkan sebuah ledakan dan aku mencoba untuk memeriksanya. Lalu, aku melihat Cheng Gong," lirihnya.

Keduanya pun bertanya-tanya, bagaimana Cheng Gong dan Guan He bisa berada di sini? Bukankah awalnya mereka tidak mau ikut? Lalu, hal yang paling terpenting dari semua ini adalah apa yang terjadi sebenarnya? Lalu, siapa yang telah membunuh kedua kakak seperguruan mereka ini.

"Hanya orang keji yang mampu melakukannya!" Dong Lian sangat marah.

Li Hua diam, ia menyetujui perkataan Dong Lian. "Aku akan mencarinya dan menemukan kakak ketiga agar ia membantuku untuk membunuh mereka!" Terlihat tekat di mata Dong Lian.

Dong Lian pun berdiri. "Kau tunggu aku di sini saja, jaga tubuh mereka!" perintahnya yang membuat Li Hua tidak bisa berkata-kata. Tentunya, ia sangat marah tapi dirinya tidak bisa bertarung dalam kondisi seperti ini.

"Kau harus menemukan mereka, tapi sebelum itu kau harus menemukan kakak keempat. Berhati-hatilah," pesan Li Hua dan Dong Lian pun mengangguk sebelum akhirnya ia berlari dengan cepat.

Li Hua pun terduduk lemas. Mengingat semua kenangan yang pernah ia lalu bersama kakak seperguruannya ini. "Padahal kita murid terbaik, bagaimana bisa kalian dikalahkan dengan mudah? Siapa mereka yang melakukan ini?" Li Hua sangat ingin tahu siapa yang telah membunuh kedua kakak seperguruannya ini.

---*---

Dong Lian terus masuk semakin dalam ke hutan. Ia mengeluarkan binatang mistik serigala salju yang bisa menyerang dengan membekukan lawan, serta membuat senjata dari es tersebut.

"Kakak ketiga!" Dong Lian berteriak, sembari terus menunggangi serigala salju besar itu. Ia sudah tidak sanggup lagi untuk berlari karena hutan ini begitu luas. Namun, yang terpenting saat ini bukanlah itu, ia harus menjadi lebih cepat.

Blendum

Dong Lian terkejut saat mendengarkan sebuah ledakan dan ia yakin suara ledakan itu hampir sama dengan ledakan dimana kedua kakak seperguruannya meninggal. Dengan segera Dong Lian mengarahkan serigala saljunya untuk mencari lokasi ledakan barusan.

"Feng Lao, kau harus menemukan lokasi ledakan itu!" perintahnya dan serigala besar ini segera berbelok arah, menuju ledakan tersebut.

Dengan segala prasangka yang membekas di benak Dong Lian, ia berhasil menemukan dimana lokasi ledakan terjadi. Ia tidak melihat komplotan yang telah membunuh kedua kakak seperguruannya, melainkan ia hanya melihat Wu Yitian yang tergeletak tak berdaya.

"Kakak ketiga!" Dong Lian turun dari serigala salju dan berlari ke arah Wu Yitian yang tergeletak. Ia tidak sadar jika air matanya sudah turun.

Bayangan buruk terus berkecambuk dalam benaknya, terutama tentang kekhawatiran jika Wu Yitian akan berakhir sama seperti kedua kakak seperguruannya yang lain.

Dengan hati-hati Dong Lian meraih tubuh Wu Yitian, ia mencoba untuk mengecek detak jantung, nadi dan napasnya. Dong Lian pun menghela napas lega saat bisa merasakan detak jantung dan hembusan napas Wu Yitian.

"Lian-er, aku baik-baik saja," bisiknya yang mencoba untuk duduk, tapi begitu kesusahan. Dong Lian mencoba untuk membantunya.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa yang membuatmu menjadi seperti ini?" tanya Dong Lian.

Wu Yitian diam dan kemudian menghela napas. "Aku tidak tahu, seseorang tiba-tiba menyerangku dari belakang dan semua ini adalah imbas dari ledakan yang ia berikan. Aku tidak bisa dengan cepat menghindar," terang Wu Yitian.

"Bedebah itu, aku akan membunuhnya!" Dong Lian sangat marah karena ketiga kakak seperguruannya dikalahkan begitu saja.

Wu Yitian menggeleng. "Tidak, ia sangat kuat. Aku saja tidak bisa mengatasinya, apa lagi kau."

Dong Lian tambah marah. "Tapi, orang itu telah membunuh kakak pertama dan kakak kedua. Bagaimana bisa aku melepaskannya begitu saja!" pekik Dong Lian.

"Apa katamu?" Wu Yitian nampak terkejut. "Siapa yang terbunuh?" desaknya kemudian, saat Dong Lian nampak enggan mengatakannya. Sebab, ia takut Wu Yitian akan histeris sama seperti Li Hua.

"Lian-er, katakan siapa yang terbunuh?" Wu Yitian terlihat begitu tegang.

"Itu ... kakak pertama dan kakak kedua," jawabnya dengan lirih. Air matanya jatuh kembali. Ia tidak pernah menyangka akan ada hari mengerikan seperti ini.

Wu Yitian terdiam, sebelum akhirnya ia menjerit marah. "Argghhh!" Bahkan tangan Wu Yitian mencoba untuk memukul-mukul tanah untuk melampiaskan kemarahannya.

Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now