Bab 17 : Alam Kefanaan

4 2 0
                                    

Dua hari telah berlalu, Mao Lan berhasil menjalankan tugas yang diberikan oleh Li Hua dengan menukar batu spiritual dan menyamar sebagai seorang kultivator pria. Kali ini, Li Hua bisa memakan makanan yang ia inginkan dengan mudah. Bahkan, ia mengajak kedua pelayannya itu untuk makan bersama.

"Besok, aku ingin kalian membeli makanan di kedai lain. Pastikan yang paling enak," gumam Li Hua sembari menelan pelan-pelan makanannya.

Keduanya mengangguk dengan mulut penuh makanan. Terlihat sekali keduanya senang karena Li Hua memperlakukan mereka seperti ini.

"Tapi, jangan sampai ketahuan wanita itu," lanjut Li Hua.

"Tenanglah nona kedua, kami lewat jalan samping yang jauh dari paviliun utama. Bahkan tidak ada penjaga di sana, pagarnya dibiarkan rusak, hanya ada anjing penjaga yang akan menggonggong kalau ada orang asing masuk. Sementara, saya selama ini memberinya daging," kata Mao Lan sambil tertawa, keduanya pun ikut tertawa.

Li Hua tiba-tiba melempar sebuah kertas dan Mao Lan serta Xiao Yu melihatnya. "Kami tidak bisa membaca nona," seru Xiao Yu yang sangat ingin sekali tahu isi kertas tersebut.

Li Hua pun menghela napas. Ia baru menyadari, pelayan di sini tidak sama dengan pelayan di tempatnya tinggal yang setidaknya bisa membaca dan menulis. Bahkan, beberapa waktu lalu Li Hua harus mengecek apa tulisan di tempat ini dan di alam ilahi memiliki kesamaan? Ternyata memang sama.

"Kalian hanya perlu membawanya ke serikat dagang Mo Shen dan memberikan imbalan jika mereka telah mendapatkan semua bahan untuk membuat pil," terang Li Hua yang membuat keduanya terkejut.

"Anda bisa membuat pil?" tanya Xiao Yu, memandang Li Hua penuh minat. Mata bulatnya itu, terlihat berkedip beberapa kali dan Li Hua merasa gemas dibuatnya.

"Alkimia adalah sesuatu yang mulia di kekaisaran nona, anda akan menjadi pusat perhatian jika bisa sampai membuat pil," seru Mao Lan yang membuat Li Hua jadi berpikir jika sepertinya alkimia di tempat ini juga jarang.

Hal ini membuat Li Hua menjadi penasaran. "Seberapa tinggi ranah alkimia yang paling terkenal di sini?"

Xiao Yu menggeleng dan Mao Lan nampak berpikir. "Beberapa waktu lalu, saya mendengar percakapan antara nyonya Fu dengan beberapa tamu yang datang tentang akademi Shen Lo yang tidak memiliki banyak murid di jurusan alkimia. Mereka hanya akan menerima sepuluh murid pertahun karena semua yang ikut ujian selalu gagal. Setidaknya murid yang masuk harus berada diranah tahap awal alkimia," terang Mao Lan yang membuat Li Hua menganga, kali ini dirinya yang terkejut.

Di alam ilahi, setidaknya diranah spirit alkimia baru bisa masuk akademi kerajaan. Jika tidak, mereka masih harus belajar dengan membuat ribuan pil dan memprosesnya berulang dalam tungku. "Sungguh sangat rendah," gumam Li Hua yang dapat didengar oleh kedua pelayannya.

Keduanya pun mulai memiliki pemikiran. Xiao Yu pun meraih tangan Li Hua. "Kalau nona ingin menjadi seorang alkimia, itu akan membuat jenderal Fu bangga," katanya dan Li Hua tentu menanggapinya dengan senyum masam. Bahkan, pria yang disebut sebagai ayah Fu Rong itu tidak tahu kalau putrinya telah mati. Jadi, untuk apa membanggakan ayah brengsek sepertinya.

"Aku tidak peduli tua bangka itu," balas Li Hua yang membuat Xiao Yu mayun dan Mao Lan tertawa, jelas sekali nonanya yang sekarang itu tidak akan peduli siapa pun.

"Setidaknya anda akan mendapatkan kehormatan dan nyonya Fu tidak akan berani menindas anda lagi." Ini baru pemikiran yang lebih baik, Mao Lan memang cerdik, sayang sekali ia seorang pelayan, tapi Li Hua ingin menjadikannya kaki tangan Li Hua nantinya.

"Sebaiknya kau cepat pergi," tunjuknya kepada Mao Lan. "Kau harus segera mengumpulkan bahan itu. Bahkan jika efeknya hanya untuk membuat badan ini kuat dalam beberapa hari," tuturnya.

"Baik nona, saya akan pergi,' pamit Mao Lan yang kini pergi meninggalkan keduanya.

Hanya tinggal Xiao Yu yang membantu Li Hua untuk berbaring kembali. "Xiao Yu …," panggil Li Hua.

"Ya, nona kedua," balasnya.

"Sebenarnya ini dimana?" Pertanyaan yang ingin ia tanyakan semenjak lama, tapi ia ragu jika bertanya kepada Mao Lan yang lebih cerdik dari Xiao Yu.

Xiao Yu memandang Li Hua heran. "Banyak hal yang tidak ku ingat semenjak aku sakit, sama seperti waktu itu." Hanya dengan memberikan alasan seperti ini saja, Xiao Yu tidak akan mencurigainya.

"Ini kota Chun yang memiliki puluhan ribu pasukan dan itu dikendalikan oleh keluarga anda nona, jenderal adalah orang yang berwibawa dan ditakuti oleh kerajaan lain." Selalu Xiao Yu membanggakan ayah Fu Rong yang tampangnya saja tidak pernah muncul dalam ingatan yang Fu Rong berikan. Sepertinya pria yang disebut ayah itu telah membuangnya lama.

"Lalu apa nama kekaisaran di sini?" tanya Li Hua

"Kekaisaran Taiyang dan kita berada dibenua Tianlun. Benua yang terbesar dan maju," kata Xiao Yu yang merasa bersyukur telah dilahirkan di tempat ini.

"Lalu, berapa tingkat kultivasi tertinggi di tempat ini?" Li Hua tidak berharap banyak untuk Xiao Yu bisa menjawab semua pertanyaannya, apa lagi untuk pertanyaan terakhir yang ia berikan ini.

Xiao Yu terdiam, matanya menatap langit-langit kamar yang usang. Nampak berpikir keras tapi cukup menjadi tontonan yang lucu untuk Li Hua. "Em … kalau tidak salah beberapa pelayan pria mengatakan tingkat tertinggi itu ranah spirit atau surga ya?" Xiao Yu nampak ragu dan Li Hua tidak terlalu membutuhkan jawaban yang pasti. Dari sini saja ia sudah melihat gambaran jelas.

"Jadi, ini alam yang lebih rendah?" gumam Li Hua.

"Ya, apanya yang rendah?" Xiao Yu tidak mengerti perkataan Li Hua barusan.

Li Hua menggeleng. "Bukan apa-apa," balasnya agar Xiao Yu tidak kebingungan lagi.

"Aku akan tidur, kau bisa pergi," perintah Li Hua dan Xiao Yu pun pamit.

"Baik, nona … semoga tidur nona nyenyak," ucapnya dengan tulus dan kemudian pergi menyusahkan Li Hua sendiri.

Gadis ini duduk kembali dan mulai berpikir. Ia mengambil sesuatu yang tersimpan di gelang giok Phoenixnya dan itu adalah sebuah buku yang pernah diberikan oleh ayahnya tentang misteri alam semesta.

Sebuah teori tentang alam semesta dengan kemungkinan-kemungkinannya. Sama seperti tingkat kultuvasi, alam semesta memiliki beberapa alam di dalamnya dan salah satunya adalah alam ilahi yang pernah ia tinggali dan jika Li Hua mengingat tingkat kultivasi tertinggi yang Xiao Yu katakan, Li Hua yakin tempat ini adalah alam yang paling rendah.

Li Hua pun membuka lembar yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan adanya alam lain sesuai tingkatan kultuvasi orang di dalamnya. Nama dari alam terendah yang berada tepat di bawah alam ilahi tertulis nama alam kefanaan. Lalu di atasnya ada tulisan alam keabadian dan pencipta.

"Ah, ternyata di langit masih ada langit," gumam Li Hua yang menyimpulkan masih ada alam dimana orang-orang kuat berada dan ia jauh tertinggal. Bahkan sekarang, ia tidak bisa berkultuvasi, ia harus segera menemukan bahan yang ia butuhkan.

"Buku terlarang ini, seharusnya sudah ayah bakar agar tidak menjadi kegaduhan. Namun, ayah memberikan kepadaku sebagai dasar dari pengetahuan. Apa ayah sudah mendapatkan ramalan sebelumnya?"

Li Hua lupa jika ayahnya bisa meramal masa depan meskipun samar, tapi hal ini juga tidak bisa dijadikan patokan. Hanya Li Hua perlu untuk segera bangkit agar bisa menyelesaikan semua urusannya.


Flowers Blooming In FireDonde viven las historias. Descúbrelo ahora