Bab 24 : Menjadi Bawahan Li Hua

1 0 0
                                    

"Apa kita akan menetap di sini nona kedua?" tanya Mao Lan yang mencoba memastikan karena ia juga berpikir ketika mereka berada dikediaman keluarga Fu, nonanya ini tidak akan bisa melakukan pengobatan dengan tenang karena setiap saat nyonya Fu akan menyuruh bawahannya untuk mengecek keadaannya.

Jika Li Hua membaik, kadar racun yang diberikan semakin bertambah. Hal itu terjadi berulang-ulang sampai-sampai Mao Lan kesal karena tidak ada perlawanan apa pun dari Fu Rong. Namun, ketika melihat nonanya sekarang berbeda, Mao Lan merasa perlu membantu dan menyemangatinya.

Saat ini mereka telah sampai di markas bandit dan mereka telah memasuki kamar yang telah disediakan. Meskipun sempit dengan peralatan seadanya, Li Hua menjadi tenang. Setidaknya mereka menunjukkan wajah mereka yang sebenarnya. Dari pada kediaman keluarga Fu yang megah, tapi di dalamnya lebih keji dari kehidupan rakyat biasa atau bandit sekali pun.

Li Hua terlihat meramu beberapa herbal untuk ia jadikan bahan yang akan ia masukkan dalam tungku penempaan pil. Tangannya tak berhenti bergerak dan terlihat begitu cekatan.

Li Hua menoleh, memandangi Mao Lan yang terlihat khawatir. Sementara, Xiao Yu karena terlalu lelah ia menjadi tertidur di bawah begitu saja. Li Hua pun berjalan, mencoba mengambil satu selimut dan menyelimutkannya pada tubuh Xiao Yu.

Kemudian, Li Hua duduk dan memandang Mao Lan. "Aku tahu apa yang kau khawatirkan. Karena itu, kita harus menempa semua bahan yang diperlukan. Jadi, ketika pilnya sudah selesai dibuat, kita akan kembali. Tidak perlu menempa lagi ketika di rumah, hanya perlu meminumnya setiap hari sampai semua tubuhku kembali normal," kata Li Hua yang membuat Mao Lan pun lega.

"Kalau begitu, saya sangat lega mendengarnya," ungkap Mao Lan dan Li Hua pun tersenyum.

"Semua bahan telah selesai di siapkan, jadi aku hanya perlu mengubah lingling menjadi tungku dan menempa pilnya. Kau, bisa tidur sekarang," saran Li Hua yang sudah melihat Mao Lan kelelahan, hanya saja karena ia orang yang bertanggung jawab dan cekatan, membuatnya tidak bisa tidur jika ia belum menyelesaikan semua tanggung jawabnya.

Mao Lan menggeleng, tapi Li Hua segera menarik selimut untuk Mao Lan. "Tidurlah," perintahnya dan Mao Lan pun mau tidak mau menuruti semua perkataan Li Hua.

Kini, hanya tinggal dirinya. "Lingling bisakah kau berubah menjadi tungku?" tanyanya dan sosok Phoenix muncul di hadapannya dan berubah menjadi tungku penempaan pil.

"Jika aku menambahkan batu spiritual dalam tungkumu, apa ada kemungkinan pil ini sampai pada tingkat spirit?" tanya Li Hua dan tungkunya bergerak seolah menggode, mencoba mengiyakan perkataan tuannya.

Li Hua merasa senang, ia bisa mendapatkan pil tingkat spirit untuk memperbaiki tubuhnya. Lalu, ia memasukkan semua bahan yang dibutuhkan. Satu resep bisa membuat lebih dari lima pil. "Aku rasa, ini akan cukup untuk satu bulan," gumam Li Hua.

---***---

Perjalan menuju rumah begitu sulit, karena hutan yang di tempati oleh binatang mistik selalu menunjuka perubahan. Terutama, ketika pertarungan untuk menguasai sebuah wilayah antara bintang mistik.

Untungnya, mereka di antar sampai melewati perbatasan hutan oleh para bandit. Sehingga mereka bisa melintasi jalan pintas agar cepat keluar dari hutan terlarang.

Kereta tiba-tiba saja berhenti. "Ada apa?" tanya Li Hua.

"Sudah sampai diperbatasan nona," seru sang ketua bandit.

Li Hua berusaha berdiri dengan bantuan Xiao Yu dan juga Mao Lan. Ia keluar dengan disambut sebuah benda yang diserahkan oleh ketua bandit.

"Apa ini?" Li Hua bingung ketika melihat token tak biasa.

"Itu token untuk komunikasi. Jika nona membutuhkan bantuan kami ... Kamu akan segera datang," katanya dengan serius.

Seketika, Li Hua juga memikirkan sebuah kekuatan yang harus ia miliki jika dirinya ingin melawan ibu tirinya itu. Apa lagi saat ini dirinya juga tidak bisa bergerak dengan bebas karena kelemahannya.

"Apa kau ingin mendengarkan keinginanku?" tanya Li Hua dan kedua dayangnya ini memandang Li Hua dengan tatapan penuh tanya. Seolah mereka berusaha menebak apa lagi yang akan direncakan nonanya ini.

Sang ketua bandit menganggu. "Berhentilah merampok, aku akan membiayai hidup kalian. Hanya perlu berlatih dan mengumpulkan banyak orang. Jika aku butuh bantuan, aku akan meminta kalian datang untuk membantuku," kata Li Hua tanpa bisa di duga oleh siapa pun.

"Nona, yakin bisa membiayai mereka?" Mao Lan yang paling jeli soal hitung-menghitung pun memprotes keputusan Li Hua.

Li Hua menanggapinya dengan tersenyum. "Menurutmu, apa seorang alkemis begitu di puja di sini? Bahkan dianggap seperti dewa?" tanyanya.

"Ya," jawab Mao Lan dan Xiao Yu dalam bersamaan. Memang, seorang alkemis adalah segalanya di kekaisaran ini.

Siapa pun yang memiliki keahlian membuat ramuan atau pil begitu dihargai. Mereka lebih terhormat melebih kultivator yang berada di tingkat tinggi sekali pun.

"Aku akan menghidupi kalian semua dengan menjadi alkemis," kata Li Hua yang jika tidak pernah melihat dirinya mengobati luka seseorang dengan cermat, mereka pasti akan berpikir jika Li Hua hanya membual dan sombong dalam omong kosongnya.

"Namun, itu tergantung kalian mau atau tidak. Aku tidak akan memaksa kalian, tapi jika kalian memilih untuk menjadi bawahanku kalian tidak akan ku biarkan untuk merampok lagi," lanjut Li Hua dan terlihat ekspresi bingung dari sang ketua bandit.

"Kurasa penjelasanku telah cukup. Aku akan kembali ke keluarga Fu dan jika kau telah memutuskan pilihanmu, kau bisa pergi ke sari kedai teh yang akan aku bangun beberapa hari lagi. Kode untuk bisa menemuiku adalah inti sari," terang Li Hua yang kini membalikkan badannya dan masuk kembali ke dalam kereta kudanya.

Diikuti Mao Lan dan juga Xiao Yu yang duduk di samping Li Hua dan menatap nonanya ini dengan bingung. "Nona, kenapa tiba-tiba ingin membuat kedai teh?" Mao Lan bertambah bingung.

"Kalau membuat sebuah biro penjual informasi akan begitu merepotkan, tapi jika kedai teh dan bisa membaca semua kitab atau cerita yang sebagian tidak bisa dibaca oleh rakyat biasa, mungkin saja itu akan lebih sederhana tapi dengan manfaat yang lebih banyak," jawab Li Hua yang membuat Mao Lan semakin bingung.

"Tapi, nona seharusnya anda beristirahat. Kenapa jadi harus membuat kedai?" protes Xiao Yu yang tidak mengerti dengan jalan pikiran majikannya. Mengurangi kegiatan untuk menjadi sehat, seharusnya Li Hua memulai istirahat yang lama sebelum akhirnya bisa berkegiatan lagi.

"Aku tidak bisa berdiam diri. Selain hati-hati dengan ibu tiriku itu, kita juga harus menyusun sebuah serangan. Aku sudah lelah dengan semua tindakannya yang merepotkan itu." Li Hua juga tidak bisa tinggal diam dengan semua perlakuan tidak adil kepada Fu Rong, terutama kekejaman yang membuat tubuhnya menjadi rusak seperti ini.

Kejadian keji yang pernah ia alami sebelumnya itu sangat menyakitkan hingga mati pun rasanya tidak cukup. Perasaan hancurnya masih mencabik-cabik dirinya, karena itulah ia tidak akan memberikan kesempatan lebih atau membiarkan mereka benar walau sesaat.

"Baiklah nona, kami akan melakukan semua yang anda inginkan," seru Xiao Yu yang tentunya akan menjadi pengikut nomer satu Li Hua setelah lingling dan Mao Lan yang masuk akal itu akan menjadi pengikut Li Hua yang kedua.

"Ya, aku senang nona telah memiliki semangat yang lebih besar dari sebelumnya," puji Mao Lan.

Flowers Blooming In FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang