Bab 20 : Bandit di Tengah Hutan

7 3 0
                                    

Perjalanan yang begitu panjang dengan melihat perubahan pada langit yang menunjukkan fajar telah menyingsing. Kedua pelayan Li Hua tertidur, tapi ia masih merenung dan air matanya jatuh begitu saja ia merasa semuanya terlalu berat untuk memulai dari awal kembali.

"Berhenti!"

Ngiik

Kereta kuda berhenti secara mendadak dan Xiao Yu terjatuh dari tempat duduknya, Mao Lan yang terkejut pun mencoba berpegang pada dinding kayu, sementara Li Hua terlihat menatap ke depan dengan serius. Meskipun tatapan itu terhalang oleh tirai, ia sudah menyiapkan Phoenix ilahi untuk segala kemungkinan yang terjadi.

"Keluar! jika kalian tidak ingin mati sia-sia!" teriaknya dan Xiao Yu ketakutan memegang tangan Li Hua.

"I-itu su-ara apa nona?" tanya Xiao Yu yang semakin memegang erat tangan Li Hua.

Li Hua diam, terlihat memikirkannya. "Jangan-jangan itu bandit?" Mao Lan  mencoba untuk menebaknya dan Li Hua pun nampak setuju dengan pendapat Mao Lan.

"Bagaimana ini? Apa mereka akan membunuh kita?" Xiao Yu sangat panik, bahkan ia mulai menangis.

"Kalian berdua tetap di dalam, jangan keluar," pinta Li Hua yang tentu membuat keduanya keheranan.

Mereka tidak memiliki pengawal dan tidak ada yang pandai bertarung di sini, jadi hanya ada satu jalan keluar dan itu adalah dengan melarikan diri. Namun, nonanya ini malah menyuruh mereka untuk tetap berada di dalam kereta. Apa nonanya ini ingin bunuh diri?

Li Hua tidak peduli dengan tatapan keduanya yang seolah mempertanyakan keputusannya. Gadis ini hanya fokus pada gelang giok phoenix miliknya. "Lingling, waktumu untuk bermain," katanya yang membuat seekor proyeksi seekor phoenix tiba-tiba muncul dan ini pertama kalinya bagi Xiao Yu dan Mao Lan melihat seekor jiwa phoenix yang keluar dari gelang giok milik nonanya.

Kiaak

Setelah keluar dari kereta, phoenix ilahi menjadi lebih besar dan gerombolan bandit itu menjadi cukup terkejut.

"Phoenix! Kalian semua berhati-hati!" seru sang pemimpin bandit tersebut.

"Nona mau kemana?" tanya Mao Lan yang ingin mencegah nonanya keluar dari kereta.

Li Hua menghela napas kemudian menoleh kepadanya. "Tentu saja memastikan seberapa serunya permainan Lingling dengan mereka," gumam Li Hua dengan senyum yang tergambar jelas di wajahnya.

Gadis ini pun keluar. "Kau tetap tenang, phoenix itu akan mengatasinya," ucap Li Hua pada sang kusir yang terlihat cukup tua itu. Pria itu mengangguk, mencoba untuk mempercayai perkataan Li Hua yang semenjak awal menunjukkan pribadi yang kuat meskipun tubuhnya itu terlihat lemah. Sesungguhnya, ia juga tahu resiko apa yang akan dirinya hadapi jika mengambil pekerjaan ini, tapi demi cucunya yang membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya, pria tua ini rela melakukan perjalanan yang berbahaya ini.

Li Hua bisa melihat pemandangan yang menyenangkan. Sepertinya ia merasa sudah terkurung setengah abad dalam gubuk reot itu dan kini saatnya melihat sebuah hiburan. Orang-orang yang tidak ingin berusaha memilih jalan kebajikan dan memilih jalan yang buruk untuk menanjak naik, mereka tidak pantas untuk dikasihani. Seperti apa pun alasannya, mereka telah gagal menjadi seseorang yang baik.

Kiak

Phoenix ilahi terus mengeluarkan apinya yang membuat beberapa bandit kesulitan, mereka tidak bisa melangkah terlalu jauh untuk mendekati kereta kuda tersebut.

"Bagaimana ini ketua? Ini tidak bisa dilakukan lagi!" teriak salah satu bandit. Bahkan, beberapa bandit sudah terbakar saat mereka mencoba untuk menerobos maju.

Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now