Bab 16 : Token Serikat Dagang Mo Shan

9 3 0
                                    

"Kakak …." Terdengar suara pria yang memanggil Li Hua yang terdengar manja.

Li Hua pun membuka matanya dan memandang sosok di hadapannya ini dari atas hingga bawah. Beberapa kata untuk menggambarkan pria di hadapannya ini, bocah tengil.

"Kenapa kakak memanggilku?" tanyanya bersemangat, ia bahkan duduk di samping Li Hua tanpa gadis itu suruh.

Li Hua merasa heran, kenapa bocah ini begitu bersemangat. Seharusnya, bukan respon ini yang ia tunjukkan. Bahkan tanpa perlu ia turun tangan sendiri untuk membujuk, bocah ini datang dengan mudahnya.

Li Hua pun memandang Xiao Yu dengan tatapan bertanya. Gadis pelayan ini pun mulai bersuara. "Aku memberitahu Tuan muda kelima jika nona kedua ingin memberikan sesuatu sebelum nona pergi," terangnya yang membuat Mao Lan melototinya, sementara Xiao Yu merasa ini alasan yang benar, jadi ia terus bersikap seperti biasa.

Hanya Li Hua yang diam-diam tersenyum. Ia merasa tidak salah menyuruh Xiao Yu untuk membawa bocah ini kemari dan ia berhasil menjalankan tugasnya, sementara Mao Lan, ia harus menjalankan aksinya sekarang untuk membuktikan kesungguhannya dalam berpihak padanya.

"Begini tuan muda kelima, nona akan memberikan anda puluhan koin emas jika tuan muda kelima mau memberikan sesuatu," terang Mao Lan dan bocah itu terlihat tertarik, memandangi Mao Lan dan Li Hua bergantian.

"Benarkah kakak? Jika begitu, bukankah aku bisa berjudi lagi!" pekiknya tanpa sadar, tangannya ia tarik ke atas penuh semangat.

Tatapan mata Li Hua dan kedua pelayannya seolah mengatainya dasar sampah!

"Berapa yang kakak bisa berikan?" Bocah tengil ini memegangi tangan Li Hua dan Li Hua yang tidak suka disentuh sembarang segera menariknya.

Mao Lan dan Xiao Yu tertawa diam-diam, nonanya telah berubah dan tindakan ini membuktikannya. Biasanya Fu Rong begitu penuh kasih, meskipun tuan muda kelima datang kepadanya hanya jika terdesak dan memainkan peran adik yang manja untuk mendapat keuntungan dan semua itu tentang uang untuk berjudi secara diam-diam dan ia adalah salah satu sampah di kediaman jendral Fu.

"Bagaimana jika sepuluh ribu koin emas?" tawar Li Hua yang membuat bocah ini menganga, tapi tidak dengan kedua pelayan itu. Mereka bahkan bisa membayangkan sesuatu yang besar, lebih dari bocah itu.

Nonanya yang sekarang bahkan mereka tidak bisa menebak seberapa kayanya dan misteriusnya. Jadi, mereka berdua merasa semakin akan keterpihakannya kepada nonanya yang sekarang.

"Se-se-pu-luh ribu koin emas?" ulangnya dengan terbata dengan air liur yang keluar.

Li Hua tersenyum sembari mengangguk. "Jadi … bagaimana? Kau akan memberikannya?" Sebenarnya Li Hua malas untuk melakukan negosiasi seperti ini, tapi ia tidak punya pilihan karena tubuhnya yang lemah tidak bisa pergi begitu saja. Bahkan ia tidak bisa duduk dengan benar, apa lagi berdiri dan berjalan.

"Tentu saja! Apa yang kakak minta?" Pada akhirnya bocah tengil ini menyetujuinya dan Li Hua nampak menyeringai diam-diam.

"Token untuk masuk serikat dagang Mo Shan," kata Li Hua yang beberapa waktu lalu diberitahu oleh Mao Lan tentang nama serikat dagang tersebut.

Bocah tengil ini terlihat keheranan menatap Li Hua. "Hanya untuk token kakak rela memberiku sepuluh ribu koin emas?" tanyanya tak percaya dan ia pun dengan cepat meraih dari dalam kantong tangannya.

Sebuah benda segi lima terbuat dari giok warna hitam dengan lambang yang menunjukkan jika itu adalah serikat dagang Mo Shan.

"Ini, aku masih memiliki token yang lain. Aku membeli lebih dari dua, tapi kenapa kakak menginginkannya?" tanya bocah tengil ini yang baru menyadari hal ini.

Melihat bocah ini tak hanya memiliki satu token membuat Li Hua merasa menyesal harus menyerahkan sepuluh ribu koin emas yang setara hanya dengan sepuluh batu spiritual tingkat tiga, tapi itu bukan seberapa dibandingkan dengan ribuan batu spiritual yang ada di dalamnya. Jika saja ia bisa berjalan, Li Hua pasti bisa membeli puluhan ribu token seperti itu.

"Keadaanku semakin buruk dan kau tahu sendiri nyonya Fu tidak menyukaiku, setidaknya aku ingin membeli sesuatu untuk menunjang hidupku meskipun hanya sebentar," kata Li Hua dengan memelas. Ia pun meraih tangan adiknya ini. "Aku hanya anak dari selir, begitu juga denganmu. Akan lebih baik jika kita saling membantu," mohonnya dan bocah tengil ini terlihat memikirkan sesuatu.

"Benar, dia terus menindasku dan ibuku. Aku tidak diijinkan untuk belajar dan ia malah memberikanku uang untuk berjudi, tapi saat ayah datang ia selalu berkata jika aku memaksanya memberikan uang untuk berjudi. Dia sangat licik!" gerutunya yang membuat Li Hua terkejut. Ia memandang Mao Lan dan gadis pelayan itu menggeleng tidak tahu.

Li Hua diam sesaat, ia merasa tidak bisa mempercayai ucapan adik Fu Rong ini. Namun, Li Hua akan menyuruh Mao Lan menyelidikinya.

"Baiklah, sepuluh ribu koin emas akan Xiao Yu antarkan ke tempatmu. Kau tunggu saja," kata Li Hua dan bocah ini pun mengangguk.

"Baiklah, tapi jika kakak berbohong, aku akan datang kemari setiap waktu untuk menagihnya!" ancamnya dengan ekspresi yang menggemaskan menurut Li Hua. Sangat disayangkan, bocah seimut ini sudah pandai berjudi.

Tuan muda kelima pun pergi, hanya menyisakan mereka bertiga. Li Hua pun memikirkan beberapa perkataan adik kelima Fu Rong itu. "Kalian pernah mendengar jika ia sengaja dibuat ketagihan berjudi? Sebenarnya apa tujuan membuatnya seperti itu?" Li Hua tak mengerti kenapa seolah nyonya Fu ini begitu ikut campur urusan anak selir, padahal tidak ada yang mengancam kedudukan anak-anaknya.

"Saya tidak tahu." Xiao Yu menggeleng, ia tidak mengerti tentang ini. Xiao Yu yang polos memang selalu tidak mengerti.

Sementara, Mao Lan terlihat berpikir. "Saya hanya mendengar jika nyonya Fu tidak suka melihat tuan muda dan nona lain lebih menonjol. Dulunya tuan muda kelima Fu Bai ahli dalam menghitung, tapi sekarang ia suka berjudi dan tuan muda kedua Fu Yang pandai berkaligrafi dan berpuisi, tapi ia malah menjadi pemabuk sekarang. Hanya tuan muda pertama Fu Xian yang menunjukkan bakatnya yang sekarang menjadi murid inti di akademi Sheng Lo bersama tuan muda ketiga Fu Chen dan nona ketiga Fu Ling yang selalu mendapatkan pujian. Sementara, Nona kedua Fu Jiayi menjadi salah satu tetua di akademi Lang Xuan tidak pernah dibicarakan, bahkan ia tidak pernah pulang setelah selir Zhao meninggal," tutur Mao Lan yang jika diingat-ingat dengan ingatan yang Fu Rong berikan kepada Li Hua, tidak ada cerita seperti ini. Mungkin, selama ini karena Fu Rong selalu dalam kondisi lemah, ia jelas tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarganya.

"Baiklah, kita akan membahas ini lebih lanjut. Tapi, sekarang Mao Lan harus menukar batu spiritual itu secukupnya. Jangan lupa untuk melakukan penyamaran, Xiao Yu yang bertugas mendadanimu seperti seorang pria. Jika tugas semudah ini gagal, aku pastikan kalian akan tidur di atas rumput di luar," ancam Li Hua yang membuat keduanya manyun, tapi mereka lebih cepat bergegas.

Phoenix ilahi muncul kembali dan memandangi Li Hua yang tersenyum. "Kita masih belum tahu dimana ini, tapi nanti aku akan mencari tahu. Yang terpenting adalah membuat tubuh ini lebih baik. Kau mengerti, Lingling?" Phoenix itu mengangguk lagi dan Li Hua merasa lega. Untuk sekarang semua berjalan dengan lancar dan ia harap rencana berikutnya ia bisa melakukannya.

"Sebentar lagi, aku akan bermain-main dengan nyonya Fu itu … Fu Rong kau tunggulah," gumamnya yang kini memilih untuk kembali tidur.

Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now