Bab 19 : Hutan Mistik

5 3 0
                                    

Satu hari berlalu dengan banyak hal yang terjadi, salah satunya Li Hua berhasil membuat kedua pelayan suruhan nyonya Fu tak menaruh curiga kepadanya. Kemudian, ia berhasil membuat pil penguat jiwa. Karena jiwanya yang telah rusak, kali ini jiwanya lebih kuat dari sebelumnya dan bisa menghilangkan ketidak cocokan antara jiwa dan tubuh Fu Rong.

Sebelum itu, terkadang Li Hua merasa kesakitan atau tidak bisa menggerakkan tubuh Fu Rong. Kali ini ia bisa dengan mudah melakukannya. Hanya saja, ia juga harus mengeluarkan racun yang tersisa, serta mengisi tubuh rengkih ini dengan energi yang melimpah, agar ia bisa berkultuvasi. Meskipun dirinya harus memulai dari awal, itu tidak masalah.

"Apa rencana anda selanjutnya?" Mao Lan bertanya karena melihat perubahan pada diri Li Hua. Nonanya ini terlihat tidak kerepotan dengan banyak bergerak, hanya saja masih terlihat lemah.

"Kalian tahu, dimana tempat untuk berburu binatang mistik?" tanyanya yang membuat kedua pelayan itu melotot karena merasa jika nonanya mungkin saja gila. Beberapa tindakan selalu tak terduga, apa lagi yang ini.

"Itu bahaya nona kedua, apa anda ingin mati?" Xiao Yu yang terlalu polos untuk mengatakan semuanya.

Li Hua tertawa. "Bukan ingin mati, tentu saja aku ingin hidup dan untuk itu aku perlu berburu beberapa binatang mistik serta rumput hitam untuk mengeluarkan racun yang ada di tubuh ini," terang Li Hua dan keduanya mulai mengerti.

"Tapi, di sana sangat berbahaya dan kita tidak memiliki pengawal," kata Mao Lan dan Li Hua juga pasti tahu tentang fakta ini.

Mereka mungkin bisa menyelinap keluar dengan lancar, tapi untuk memiliki pengawal itu adalah hal lain. Mungkin saja nanti di jalan bisa menyewa sejenis prajurit bayaran atau pengawal bayaran, tapi itu akan membuat semakin heboh. Li Hua yang ingin pergi secara diam-diam tentunya tak ingin ada yang tahu kecuali dirinya dengan kedua pelayan, lalu mungkin saja kusir kuda.

Namun, ia memiliki Phoenix ilahi yang dapat melindunginya. Jadi, ia tidak memerlukannya dan hal ini juga akan menghindari kecurigaan akibat mencolok di pandangan banyak orang yang akan bertemu dengan mereka. Bahkan, ia akan memilih kereta kuda biasa saja untuk membawanya pergi.

"Tidak perlu pengawal, kalau bisa kita pergi malam ini. Jadi, pagi kita siang sudah sampai hutan. Bukankah katamu perjalanan lumayan jauh?" tanya Li Hua pada Mao Lan dan gadis pelayan ini mengangguk.

"Benar, hampir setengah hari dan kalau kita pergi malam, maka kita bisa sampai siang di sana," jawabnya yang terlihat cukup cemas.

"Nona, kata pelayan laki-laki di sana banyak perampok," seru Xiao Yu yang benar-benar ketakutan.

Li Hua menghela napas menatap kedua orang pelayannya ini. "Apa kalian lupa dengan api yang membakar kertas waktu itu?" Entah ini akan terdengar seperti ancaman bagi mereka atau tidak, Li Hua tidak ambil pusing. Ia hanya perlu mereka berhenti berbicara dan menuruti perkataannya tanpa ada keraguan.

Terlihat keduanya terdiam dan itu tandanya mereka mengingat ancaman Li Hua waktu itu. Meskipun nonanya ini sangat lemah, mereka harus tetap ingat jika Li Hua masih memiliki sesuatu yang bisa diandalkan. Namun, sejauh ini selalu ada keberuntungan diatas rencana yang telah Li Hua lakukan. Mungkin, mulai dari sekarang mereka harus menepis segala kekhawatiran dan selalu mengingat jika nonanya sekarang bukanlah nonanya yang lemah, serta tidak berdaya.

"Kami masih ingat," jawab mereka serempak.

"Kalau begitu … kalian hanya perlu mengikutiku, bisakah kalian melakukan itu?" tanyanya yang ingin mendapatkan seluruh kepercayaan kedua pelayannya.

Keduanya mengangguk dengan serempak. "Kalau begitu kemasi barang yang diperlukan. Nanti malam kita pergi dan jangan sampai ketahuan oleh siapa pun!" tekan Li Hua dan keduanya pun mengangguk paham.

---***---

Tengah malam yang sunyi, saat bangunan paling belakang yang terbengkalai dengan pintu gerbang yang rusak, tidak ada satu pun penjaga yang melintas. Bayangan ketiga orang berpakaian serba hitam menyelinap keluar. Meskipun terlihat pelan berjalan, mereka melakukannya dengan hati-hati.

"Dimana kereta kudanya?" bisik Li Hua, ia tidak memakai cadar, tapi pakaian pria berwarna hitam melekat di tubuhnya. Begitu halnya dengan Xiao Yu dan Mao Lan.

"Di luar, kami menyuruhnya menunggu di semak-semak yang tinggi, sehingga tidak terlihat," jawab Mao Lan yang membuat Li Hua sedikit lega.

Dengan dibantu kedua pelayannya itu, Li Hua berjalan sedikit cepat. Sungguh, racun yang belum dikeluarkan sepenuhnya membuat pergerakkannya masih tidak normal, tapi, pil penahan sudah ia minum dan ia sudah menyediakan beberapa botol untuk perjalanan ini.

Mereka terus berjalan hati-hati hingga benar-benar keluar dari paviliun dan beberapa meter untuk menuju semak. Di sana sudah ada kereta kuda yang terlihat sederhana lengkap dengan kusir kuda yang juga sederhana.

"Itu nona," tunjuk Xiao Yu dan Li Hua terlihat senang.

"Apakah nona yang memesan kereta kuda?" tanya sang kusir dan Li Hua mengangguk tersenyum.

"Aku harap kau merahasiakannya. Aku hanya butuh perjalanan yang tenang," kata Li Hua dan kusir tua itu pun mengangguk dan menerima upah yang Mao Lan ulurkan kepadanya.

Perjalanan ke hutan mistik pun dimulai. Di tengah malam yang tenang dan damai, kereta kuda melaju dengan kecepatan sedang untuk melintasi pinggiran kota yang gelap. Xiao Yu yang terlihat terkantuk-kantuk, Mao Lan berusaha untuk tetap waspada meskipun matanya telah memerah dan hanya Li Hua yang masih terlihat tidak mengantuk.

"Kau tidur saja, aku yang akan berjaga," pintanya dan Mao Lan bersikeras dengan menggeleng cepat.

"Tidak akan ada yang terjadi, lebih baik kau tidur," desak Li Hua yang malah merasa terganggu dengan ketidak nyamanan Mao Lan.

Mao Lan pun menyerah, ia akhirnya memejamkan matanya. Hanya tersisa Li Hua dan pikirannya yang merangkak keluar. Ia mengingat masa-masa saat berada di alam ilahi. Semua hal yang tersedia untuknya tanpa ia minta. Kini, hanya untuk sekedar mencari hewan mistik penambah energi dan rumput hitam yang mungkin saja, ia harus mencarinya sendiri sampai datang kemari.

"Aku tidak akan pernah melupakan semua perjuangan ini," lirihnya yang air matanya tiba-tiba jatuh tak terkendali. Sungguh, ia harus menghadapi semua kesulitan yang tak pernah ia hadapi dalam hidupnya.

Menjadi rapuh adalah hal wajar, tapi Li Hua tidak ingin terus berlarut dalam kesedihan. Ia harus segera bangkit dan keinginan ini harus lebih besar dari pada kerapuhannya.

"Berhenti!"

Ngiik

Kereta kuda berhenti secara mendadak dan Xiao Yu terjatuh dari tempat duduknya, Mao Lan yang terkejut pun mencoba berpegang pada dinding kayu, sementara Li Hua terlihat menatap kedepan dengan serius. Meskipun tatapan itu terhalang oleh tirai, ia sudah menyiapkan Phoenix ilahi untuk segala kemungkinan yang terjadi.

"Keluar! Jika kalian tidak ingin mati sia-sia!" teriaknya dan Xiao Yu ketakutan memegang tangan Li Hua.

Flowers Blooming In FireOù les histoires vivent. Découvrez maintenant