Bab 14 : Giok Phoenix dan Sang Pengikat

12 4 0
                                    

Alam penuh misteri yang terdapat di semesta yang tak terhitung jumlahnya. Terdapat peradaban yang tidak diketahui, kecuali mereka para kultivator yang berada di kekuatan puncak yang bisa pergi berkelana melintasi alam. Sama seperti yang dilakukan oleh phoenix ilahi, karena keistimewaan dan kekuatannya ia mencoba untuk membawa sisa jiwa Li Hua. Makhluk ini sangat setia, bahkan jika dirinya harus mengorbakan diri untuk menjaga jiwa Li Hua pun, burung ini akan melakukannya. Kesetiaan ini akan terus terjalin karena semenjak awal phoenix ilahi memiliki kontrak dengan Li Hua dan ia memilih sendiri siapa yang akan menjadi tuannya. Pada akhirnya, Li Hua beruntung karena dapat memiliki phoenix ilahi.

Kiak

Seberapa pun jauh jarak yang harus ditempuh, phoenix ilahi terus-menerus membawa sisa jiwa Li Hua yang masuk dalam giok phoenix pergi sejauh mungkin dari alam ilahi menuju alam dimana Li Hua akan merasa aman. Phoenix ilahi berharap sisa jiwa ini akan terselamatkan.

---***---

Sebuah kota kecil, tepatnya di kediaman keluarga Fu yang merupakan salah satu keluarga terpandang karena kepala keluarga Fu Tang adalah salah satu jenderal di kekaisaran Taiyang. Paviliun yang terlihat megah, berada tengah kota Chun yang merupakan kota terpenting dengan memiliki puluhan ribu pasukan militer dibawah pimpinan jenderal keluarga Fu.

Dari semua reputasi yang disegani, kemudian kemegahan pavilun ada sebuah bangunan yang nampak tak terawat, rerumputan yang tingginya sudah mencapai dengkul dan beberapa retakan pada pilar penyangga membuat nampak setiap saat akan roboh dengan mudah.

Di dalam rumah yang tak layak pakai ini terlihat seseorang berbaring tak berdaya, napasnya tersengal seolah nyawanya akan segera terangkat dari tubuh rengkih itu. Fu Rong adalah putri kedua dari jenderal Fu Tang yang lebih sering menghabiskan waktunya untuk berperang setelah kematian istri keduanya yaitu ibu Fu Rong. Membuat Fu Rong berada dalam pengawasan istri pertama yang selalu menyiksanya.

"uhuk ...." Ini sudah ketiga kalinya Fu Rong batuk dan darah yang keluar dari mulutnya begitu saja. Ia hanya sendiri dimana ia merasakan sakit yang luar biasa. Meskipun dirinya seorang nona kedua, tapi tidak ada seorang pelayan pun yang menemaninya. Bahkan di saat ia berada diambang batas seperti ini pun tidak ada seorang pun yang peduli.

Seluruh tubuhnya begitu sakit, tapi ia malah melihat bayang-bayang sang ibu. "Ibu ... apa kali ini kedatanganmu, untuk menjemputku?" tanyanya yang mencoba untuk mengangkat kedua tangannya, seolah ia benar-benar akan bertemu dengan ibunya.

Namun, bukan sosok ibu yang hadir di hadapannya, tapi sebuah cahaya kejinggahan mencoba untuk masuk, disertai sebuah kicauan yang tak biasa.

Kiak

Sebuah burung phoenix legendaris kini berada di hadapannya, tapi nyawanya yang sudah menipis membuat dirinya tidak bisa menikmati ketakjuban tentang phoenix yang tiba-tiba menemuinya ini. Kemudian, sebuah gelang giok berukir phoenix melayang tepat di atas tubuhnya dan dengan cepat sudah berada di tangannya.

Bersamaan dengan itu, ia merasa dirasuki sesuatu dan tiba-tiba dirinya menutupkan mata. Seolah berada dalam kondisi gelap gulita, ia menemukan sosok lain yang telah menunggunya.

"Siapa dirimu?" tanya Fu Rong pada sosok perempuan yang membelakanginya.

Sosok itu pun menoleh dan tersenyum kepadanya. Fu Rong terpana karena kecantikan wanita di hadapannya ini. Rambut jingga yang indah dengan warna mata yang senada, jika dirinya tidak sakit-sakitan, mungkin dirinya akan sama terlihat cantik seperti wanita ini.

"Aku Li Hua," jawabnya yang membuat Fu Rong tersentak dari lamunannya.

"Kenapa kita berada di sini?" Ada banyak ketidak mengertian dalam tatapan mata Fu Rong dan Li Hua pun menghela napas.

"Aku adalah sebuah jiwa yang bersemayam dalam tubuhmu. Kau sudah berada diambang batas, tapi karena tubuhmu adalah tubuh pengikat kontrak dengan phoenix, maka ... aku hanya bisa mengambil alih tubuhmu," akui Li Hua yang hanya ingin mengatakannya dengan jujur dan jelas, sebab kebohongan akan selalu berakhir dengan tragis, sama seperti kisahnya sebelum sampai di tempat ini.

Fu Rong pun terdiam sesaat, ia tahu betul jika waktunya telah habis. Lagi pula tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang, meskipun ia masih tidak ingin mati. Dirinya sudah tidak bisa bertahan lagi, saat Fu Rong mulai menyadari dirinya mulai menghilang.

"Aku mengizinkanmu mengambil alih tubuhku, tapi kau harus berjanji untuk mencaritahu tentang kematian ibuku," pintanya dan Li Hua menyanggupinya.

Dari semua hal yang pernah Fu Rong sesali di dunia ini, hal itu adalah karena dirinya tidak bisa mengungkap kebenaran tentang kematian ibunya. Semuanya terasa janggal dan ia pun menyadari jika semua itu berhubungan dengan istri pertama ayahnya. Bahkan, penyakit yang ia derita saat ini pun pasti ulah dari istri pertama ayahnya itu.

Tangan Fu Rong terulur untuk memegangi kepala Li Hua. "Aku akan memberikan semua ingatanku kepadamu agar kau mudah untuk menyesuaikan diri," ucapnya dan Li Hua mengangguk setuju.

Dengan segera, Li Hua melangkah mendekati Fu Rong dan tangan gadis itu sudah berada di kepala Li Hua. Kemudian, mulai muncul ingatan-ingatan mulai dari Fu Rong dimasa kecil sampai ia dewasa. Bagaimana gadis di hadapannya ini mengalami hari-hari sulit di bawah pengawasan ibu tirinya membuat Li Hua tanpa sadar meneteskan air mata.

Saat semua ingatan itu telah menyatu di kepala Li Hua, wanita ini pun membuka matanya. "Maaf, aku harus melihat kenanganmu yang menyakitkan," lirih Li Hua dan Fu Rong pun tersenyum.

"Dari semua hal yang tidak bisa ku raih ... aku bersyukur dewa mengirimkan orang sepertimu. Kali ini, aku bisa pergi tanpa penyesalan sedikit pun," tuturnya yang kini memeluk Li Hua penuh dengan rasa terima kasih.

Fu Rong yang selalu menerima apa adanya dan mensyukuri kebaikan walau sedikit, tentu begitu senang dengan kedatangan Li Hua meskipun ia akan mengambil alih tubuhnya. Sementara Li Hua adalah orang yang tahu terima kasih. Ia pasti akan menepati janjinya untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian ibu Fu Rong.

"Terima kasih," lanjut Fu Rong yang kini mulai menghilang dan Li Hua menangis sedih.

Sungguh aneh, mereka baru pertama kali bertemu, tapi mereka merasakan rasa persaudaraan yang dalam. Merasa senasib dan tak berdaya untuk bertindak, tapi kali ini Li Hua akan membereskan semua ketidakadilan ini.

Setelah kepergian jiwa Fu Rong, Li Hua telah mengambil alih tubuh Fu Rong dan ketika ia mencoba untuk bangun, terasa begitu berat. "Ia tidak berkultivasi mulai dari kecil dan semua ini karena racun yang ditambahkan sedikit demi sedikit dan memberi efek berkepanjangan." Li Hua pun tersenyum sinis, ia sepertinya telah menduga siapa yang telah melakukan perbuatan keji ini.

"Fu Rong, aku akan membalas semua perlakuan mereka terhadapmu. Nantikan saja, tidak akan lama lagi, mereka semua akan mendapatkan balasan yang setimpal untuk perbuatan mereka!" tekat Li Hua.


Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now