Bab 25 : Sandiwara Keluarga

2 0 0
                                    

Dengan pil yang berhasil Li Hua buat, selama sebulan ini tubuhnya berlangsung membaik. Ia sudah siap untuk berkultivasi kembali.

Saat ini, bahkan ia bersantai di dalam kamarnya setelah membuat beberapa teh dengan perpaduan ramuan yang telah siapkan untuk dijual di kedai tehnya.

"Bagaimana persiapannya? Kau sudah berhasil menyewa para seniman untuk mengatur bangunan agar lebih indah, sama seperti desain yang telah aku rancang." Li Hua mencoba memilah daun teh yang akan ia siapkan untuk pembukaan kedai teh.

Mao Lan mencoba untuk membantunya. "Ya, kami sudah menyelesaikannya. Anda bisa melihatnya nanti, tapi akan sulit untuk keluar karena kediaman Fu sedang ramai untuk menyambut tuan muda ke satu dan nona ketiga yang kembali dari akademi Sheng Lo," lapor Mao Lan yang membuat Li Hua bertanya-tanya tentang apa yang akan direncanakan oleh rubah tua itu bersama dengan anak-anaknya.

"Sekarang aku jadi berpikir, kenapa dalam sebulan ini begitu tenang? Sepertinya mereka merencanakan sesuatu, apa lagi keadaanku yang tidak memburuk pasti membuat rubah itu cemas." Li Hua mencoba untuk menebak kemungkinan yang telah terjadi.

"Rubah? Siapa?" Xiao Yu yang semenjak tadi sibuk dengan pekerjaannya yang menyulam beberarapa kain untuk hiasan saat pembukaan kedai teh nantinya.

keduanya pun menoleh, tersenyum melihat kepolosan yang ditunjukkan oleh Xiao Yu. "Bukan apa-apa," jawab Li Hua yang tidak ingin Xiao Yu mengetahui siapa yang ia juluki sebagai rubah, tentunya gadis itu akan langsung menasehatinya untuk sopan terhadap orang tua.

Mao Lan pun terlihat berpikir. "Apa itu mungkin? Tuan akan datang, jika seluruh keluarga berkumpul maka nona juga harus ikut. Apa nona masih bisa berpura-pura sakit?" tanya Mao Lan dan tentu itu hal yang mudah bagi Li Hua. Sekaligus, ia ingin mengalihkan perhatian Xiao Yu agar tidak bertanya lagi tentang siapa yang nona keduanya ini sebut dengan rubah.

"Bukan itu hal yang terpenting sekarang, hanya bagaimana aku harus menghadapi keduanya. Aku jarang berinteraksi dengan mereka," kata Li Hua yang ingin menyamarkan dirinya yang merasa asing pada kedua saudaranya itu. Mereka berasal dari rahim yang sama dan tentunya mereka akan mewarisi sikap buruk ibunya itu.

"Nona kedua ...." Terdengar panggilan dari depan, untung saja Li Hua telah berhasil menata tempatnya sebelum orang-orang itu datang. Pembagian dimana, semua kegiatan rahasia akan dilakukan di dalam bagian terdalam dulunya hanya dipakai sebagai penyimpanan barang. Li Hua membongkar tembok hingga terlihat lebih terbuka dan membangun dinding yang jaranya lebih dekat dengan ruangan sehingga terlihat seperti dinding biasa tapi itu berfungsi sebagai pembatas.

"Mao Lan, ayo tuntun aku keluar," ajak Li Hua yang kini memilih untuk segera keluar untuk menemui orang suruhan yang entah itu dari ayahnya atau mungkin ibu tirinya.

Saat mereka sudah berada di luar, mereka melihat sosok pelayan laki-laki yang biasanya mengikuti ayahnya dan Li Hua menemukan itu dalam memori Fu Rong yang sengaja ia berikan kepadanya. "Nona, tuan memanggil anda untuk makan bersama," ucapnya yang tentu membuat Li Hua ingin tertawa.

"Aku tidak bisa datang karena sakitku semakin parah," kata Li Hua yang tak ingin datang dan sekaligus memberitahu ayahnya itu jika selama ini ia sakit, tapi keluarganya malah tidak tahu, jangankan peduli, tahu saja tidak. Jadi, jika melakukan hal ini bagaimana respon keluarganya.

Uhuk

Uhuk

Bahkan Li Hua mencoba berakting dengan beberapa kali batuk untuk meyakinkan pelayan pria ini. Namun, dari pada terlihat bersimpatik, pelayan ini malah terlihat ketakutan. Seolah jika Li Hua tidak datang maka ia akan dihukum oleh tuannya. Melihat itu, Li Hua merasa kesal dengan keluarga penuh kepalsuan ini.

Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now