Bab 23 : Serigala Salju Ekor Tiga

2 0 0
                                    


Belum cukup rasanya Li Hua berburu, ia masih memerlukan beberapa bahan. Setelah berjalan sampai ketika mereka mendengar aungan serigala yang seolah memenuhi seluruh hutan. Dapat dipastikan serigala yang telah mengalahkan singa merah berada di sekitar tempat ini.

Hawa dingin tiba-tiba terasa. "Kalian menyadarinya?" tanya Li Hua pada sang ketua bandit.

Pria itu pun mengangguk. "Benar nona, sepertinya ia lebih kuat dari singa merah," katanya yang berusaha menurunkan ketakutannya.

"Lingling, keluar dan periksalah. Jika memang itu dia, kamu bisa membunuhnya," perintah Li Hua dan lingling pun keluar dari gelang giok tersebut.

Kiak

Kiak

"Kita tunggu di sini untuk meminimalkan resiko terluka yang lebih tinggi," pesan Li Hua dan yang lain menyetujuinya.

Sembari menunggu, Li Hua mencoba meneliti sekitar. Ia masih membutuhkan rumput hitam sebagai bahan utama mengeluarkan racun dalam tubuhnya.

"Nona, bagaimana bentuk rumput hitamnya?" Xiao Yu yang ikutan mencari pun bertanya dengan semangat.

Li Hua jadi berpikir, mungkinkan gadis itu telah menemukannya?

"Seperti rumput biasa, tapi warnanya hitam. Apa kau menemukannya?" tanya Li Hua yang berharap sekali rumput tersebut dapat di temukan dengan segera.

"Ya, aku menemukannya." Tangan Xiao Yu terangkat dengan menggenggam rumput tersebut yang membuat Li Hua terkejut dan segera berjalan dibantu oleh Mao Lan.

"Buang rumput itu!" teriaknya yang membuat semua orang memandangnya bingung.

Xiao Yu dengan cepat membuangnya, ia takut melihat tatapan mata Li Hua yang tidak pernah seperti itu. Namun, dari pada itu tangannya tiba-tiba merasa terbakar.

Kini Li Hua sudah berada di hadapan Xiao Yu dan memaksanya untuk meminum sebuah pil "Aku lupa memberitahumu cara untuk mengambilnya. Kalian harus menggunakan kain, karena jika terkena kulit akan terbakar," terangnya yang tentu membuat semuanya terkejut.

Xiao Yu seketika menangis, bukan karena panas pada tangannya, tapi karena nonanya ini kenapa harus memaksakan diri untuk mengambil resiko dengan rumput berbahaya ini.

"Nona ... rumput ini sangat berbahaya hanya dengan tersentuh kulit, lalu bagaimana jika nona mengonsumsinya?" lirihnya yang seolah memohon agar Li Hua tidak menjadikannya sebagai bahan pembuatan pil.

"Benar nona, bagaimana jika rumput ini tidak bisa mengeluarkan racun? malah membuat tubuh nona kedua terbakar?" kata Mao Lan yang biasanya tidak begitu setuju dengan pemikiran polos Xiao Yu, tapi kali ini ia menyetujuinya karena kenyataannya seperti itu.

Li Hua tersenyum. "Kalian tenang saja, aku sudah pernah mencobanya," kata Li Hua yang lagi-lagi berhasil membungkam keduanya.

Kiak

Kiak

Terlihat pertarungan sengit antara serigala salju yang mencoba melompat keangkasa untuk meraih Lingling yang mencoba untuk mencengkramnya dengan kedua cakarnya. Sungguh pertarungan yang lumayan menegangkan. Hanya saja, meskipun serigala itu berhasil untuk mendapatkan, ia tidak akan mengira jika Lingling lebih kuat dari kelihatannya.

"Apa Lingling akan kalah?" tanya Xiao Yu yang selalu saja menunjukan kecemasannya

"Kurasa tidak, lihat saja," elak Li Hua yang begitu yakin jika Lingling akan memenangkan pertarungan ini.

Benar saja, Lingling dengan mudah lepas dari cengkraman serigala salju itu dan ia juga berhasil menjatuhkannya dengan sangat mudah. Sealigus, ia juga berhasil melukainya

Brug

Roar

Aungan yang semakin lama melemah dan ketika serigala itu tidak bisa bergerak lagi, Li Hua mencoba berjalan ke arah dimana pertarungan itu terjadi. Namun, sebelum itu ia menoleh dan berbicara kepada Mao Lan. "Ambil semua rumputnya dengan menggunakan kain atau sapu tangan. Aku akan memeriksa Lingling," kata Li Hua yang akan dicegah oleh Xiao Yu, tapi Mao Lan segera menariknya untu tidak lagi mengganggu Li Hua. Lewat kejadian ini, ia bertekat untuk tidak meragukan lagi segala keputusan Li Hua

"Nona lebih tahu dari kita, jadi kita hanya perlu menuruti semua perintahnya," gumam Mao Lan yang dapat Li Hua dengar meskipun ia telah berjalan lumayan jauh.

Li Hua hanya tersenyum mendengarkannya. Ia tahu Mao Lan memang layak untuk menjadi bawahannya karena Li Hua tidak perlu mengajarkan banyak hal kepadanya karena gadis itu akan mengerti dengan sendirinya.

"Apa anda akan pergi sendiri, nona?" tanya ketua bandit.

Li Hua pun memandangnya dan tersenyum. "Jika kau tidak takut, kau bisa mengikutiku," tawarnya yang tidak terlalu menuntut, tapi terlihat kesungguhan dari ketua bandit yang langsung mengiyakan tawaran Li Hua dengan cara mengangguk.

Keduanya pun pergi menelusuri jalan setapak yang mengarah kepada Lingling dan serigala salju ekor tiga. Li Hua terlihat tenang, hanya saja ketua bandit terlihat tegang. Li Hua dapat memakluminya karena ia pernah melihat ayahnya diserang oleh binatang mistik dan berada diambang kematian. Namun, bagi Li Hua serigala itu bukanlah apa-apa. Dalam alam ilahi, bahkan ia pernah menakhlukan binatang mistik yang lebih besar dan berada ditingkat yang lebih tinggi.

Ketika mereka telah sampai di sana terlihat tubuh serigala itu tergeletak dengan suara lirih yang semakin lama semakin menghilang. Napas terakhirnya telah berakhir dan Li Hua berhasil mengambil inti monster tersebut. "Ambil beberapa dagingnya, kita aan memakannya bersama," perintah Li Hua kepada sang ketua bandit yang masih tidak memahami bagaimana seorang nona dari keluarga bangsawan bisa begitu tenang dan tidak takut kepada binatang mistik. Padahal, ia tidak merasakan jika nona ini seorang kultivator, ia hanya mengandalkan kekuatan jiwa phoenix yang sekarang sedang bersandar di bahu Li Hua.

"Pekerjaan yang bagus Lingling, sebentar lagi aku bisa berkultivasi," pujinya pada Lingling yang menyerahkan kepalanya untuk disentuh Li Hua. Lingling sangat senang mendapatkan pujian dari Li Hua.

Mereka pun akhirnya pergi dari hutan dan kembali ke markas besar para bandit yang lebih aman dari pada berada di tengah hutan yang sewaktu-waktu akan mengalami serangan mendadak dari binatang mistik.

Selama di dalam kereta, kedua datang Li Hua merapikan rumput hitam dengan memegangnya menggunakan sapu tangan mereka dan memasukkannya ke dalam kantong penyimpanan.

"Nona, kami telah membereskan semua rumputnya," lapor Xiao Yu yang senang akhirnya ia bisa menyelesaikan tugas yang telah diberikan nonanya.

Li Hua tersenyum. "Untuk pekerjaan kalian yang memuaskan, aku pasti akan memberikan kalian koin emas yang banyak," janji Li Hua yang tidak akan tanggung-tanggung memberikan emasnya untuk hasil kerja keras kedua dayangnya.

Keduanya terlihat senang. "Wah, terima kasih nona kedua!" seru keduanya bersamaan. Mereka tidak menyangka akan ada hari-hari yang menyenangkan ketika mereka mengikuti nona kedua yang selama ini diperkirakan tidak memiliki harapan apa pun untuk bertahan hidup.

Awalnya, mereka merasa sial harus ditugaskan menjaga nona yang sakit-sakitan, tapi sekarang sepertinya itu menjadi keberuntungan yang tidak semua orang tahu. Meskipun harus menutup rapat tentang ini, mereka rela karena tidak ada majikan sebaik dan seroyal Li Hua diantara keluarga Li.





Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now