Bab 9 : Kedatangan Tamu Tak Diundang

7 4 0
                                    

Meskipun malam semakin larut, Li Hua tidak bisa menutup matanya. Ia merasa gelisah tanpa sebab dan beberapa hari ini dirinya tidak bisa makan dengan teratur. Bahkan seluruh makanan kesukaannya tidak membuatnya berselera. Hanya bisa memuntahkan beberapa kali hingga rasanya ia lelah untuk terus muntah. Kebiasaan lain meramu pil pun terasa menyiksa, padahal ia sangat senang dengan bau bahan untuk membuat pil, tapi sekarang malah membuatnya tak suka memasuki ruang kerja alkimianya. Ini membuatnya merasa cukup aneh.

"Yang Mulia, anda harus tidur. Sepertinya pangeran Wu Yitian tidak akan menemuinya hari ini. Apa hamba perlu memanggilkan tabib istana untuk memeriksa?" tawar sang dayang yang berada dibalik pintu karena ia tidak ingin mengganggu Li Hua yang akhir-akhir ini semakin susah untuk beristirahat.

"Aku tahu kondisiku seperti apa, kau tidak perlu melakukannya," tolak Li Hua yang tidak ingin masalahnya semakin besar dan jika didengar oleh permaisuri dan kaisar, mereka pasti akan sangat mengkhawatirkannya.

"Baik Yang Mulia," balas sang dayang dan Li Hua bangun dan duduk menyandarkan dirinya pada kursi.

Pandangannya teralih pada cahaya lampion dari luar yang menembus lubang. Pikirannya jauh pada sosok yang ia rindukan sebulan ini yaitu Wu Yitian. Setelah kaisar jatuh sakit karena luka lama yang menahun, Li Hua mencoba untuk mengobatinya tapi itu tidak memberikan efek apa pun. Karena itu Li Hua menjadi frustasi dan kelelahan dengan mencoba banyak ramuan.

Ketika dirinya jatuh sakit, Wu Yitian memintanya untuk beristirahat di istananya yang jaraknya agak jauh dengan istana utamanya untuk memulihkan diri. Sementara, suaminya itu menghabiskan waktu lebih banyak di istana kaisar untuk membantunya mengatur kerajaan. Karena itulah Li Hua jarang bertemu dengan suaminya dan merindukannya sampai seperti ini.

Dulu, Wu Yitian juga pernah meninggalkannya untuk melaksanakan misi dalam menumpas beberapa kultivator yang menjarah rakyat biasa selama sebulan lebih tidak pulang. Ia tidak secemas itu karena Wu Yitian bersama Dong Lian dan senior yang lain dan lagi Wu Yitian selalu mengiriminya surat dan menceritakan keadaan yang terjadi. Namun, kenapa sekarang berbeda? Itu karena Wu Yitian tidak pernah memberikan pesan untuknya, seperti berubah menjadi lebih dingin. Li Hua menyadari jika itu pasti karena kerumitan perkejaan yang ada dalam istana utama. Mengurus seluruh alam ilahi bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan karena inilah Li Hua mencoba untuk mempercayainya. Hanya saja perasaan yang seharusnya tidak ada itu datang, Li Hua merasa Wu Yitian semakin jauh darinya.

"Yang Mulia, putri Li Mei ingin menemui Yang Mulia," kata dayang di depan yang membuat lamunan Li Hua berhenti. Ia merasa aneh saat mendengar sepupunya yang selalu tidak menyukainya itu berkunjung malam-malam.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" gumam Li Hua merasa bingung.

"Kakak, bisakah kau menemuiku? Aku membawakan teh yang berkhasiat untuk memperbaiki kondisi tubuh. Kau sudah tidak keluar istanamu selama sebulan, Li Fei mencari-carimu," katanya yang membuat Li Hua menjadi tak enak karena Li Fei adik Li Mei yang begitu lucu itu sering bermain dengannya saat kondisinya masih baik dan sekarang dirinya merasa bersalah karena membiarkan anak itu bermain sendiri.

"Masuklah," pinta Li Hua yang pada akhirnya memutuskan untuk mendengarkan kabar Li Fei meski dirinya tak merasa nyaman dengan kehadiran Li Mei yang lebih sering sinis kepadanya karena apa yang telah ia miliki.

"Duduklah." Li Hua pun mempersilahkan gadis bermata kelam ini duduk berhadapan dengannya. Suasana sangat canggung karena sudah sering kali mereka berhadapan tapi hanya ada perdebatan yang muncul di antara mereka.

Li Mei pun berusaha untuk menuangkan teh dengan sangat anggun, tapi ia tidak cukup menawan seperti Li Hua yang selalu melakukannya dengan tulus dalam hal apa pun itu. "Apa kau hanya ingin menyampaikan tentang Li Fei?" Li Hua tahu jika Li Mei tidak sesederhana itu dan tidak akan melakukan hal remeh seperti ini untuk adiknya yang selama ini tidak pernah ia pedulikan.

Li Mei tersenyum dan memandang Li Hua dengan tatapan yang terkadang meremehkan dan seolah ingin menusuk Li Hua lewat tatapan itu. "Sebenarnya ada hal lain, tapi mari kita meminum teh ini. Sudah lama kita tidak berbicara seperti ini," katanya yang meminum tehnya terlebih dahulu dan Li Hua pun meminum tehnya tanpa curiga.

Li Hua mencoba untuk menduganya, pasti itu adalah sesuatu yang buruk tapi ia tidak mengerti tentang apa sesuatu yang buruk itu? Setelah ia pergi ke akademi, ia jarang bertemu dengan Li Mei dan gadis itu terlihat berusaha untuk menjatuhkannya dalam berbagai kesempatan saat mereka bertemu. Mungkinkah saat ini juga sama? Lalu, dengan cara apa ia akan menjatuhkan dirinya?

"Apa Wu Yitian tidak menemuimu selama sebulan ini? Karena itu kau merasa kesepian?" tanyanya dengan tatapan mengejek dan kirut di dahi Li Hua tercetak.

Apa mungkin Li Mei ingin menggunakan Wu Yitian untuk menjatuhkan Li Hua? Apa mungkin itu bisa ia lakukan, mengingat Wu Yitian adalah orang yang cerdas dan tidak akan termakan dengan mudah oleh tipuan Li Mei.

"Kenapa kau menanyakan itu? Kau jangan mencoba untuk mengganggunya!" geram Li Hua yang tidak ingin Li Mei mencoba untuk mengganggu suaminya. Jika itu sampai terjadi, Li Hua tidak akan membiarkan Li Mei hidup dengan tenang.

Li Mei berdiri dan tertawa keras. "Kau naif atau terlalu bodoh?" tanyanya yang sudah berada dekat dengan Li Hua, tatapan tajam keduanya saling beradu.

Li Hua yang mendengarkan cemooh dalam bentuk pertanyaan dari Li Mei merasa bingung. "Aoa maksud dari perkatanmu itu? Kau hanya perlu tidak mengganggunya!" tegasnya yang masih mencoba untuk mengintimidasi Li Mei.

Li Mei pun menggeleng dengan menatap Li Hua remeh. "Kau tahu apa penyebab ia tidak pernah menemui selama ini?" Lagi, Li Mei ingin menciptakan sebuah teka-teki yang sangat menyebalkan bagi Li Hua yang sangat ingin menebas Li Mei dengan pedangnya.

"Ia sangat sibuk membantu ayah. Kau, jika tidak memiliki sesuatu yang bisa kau kerjakan lebih baik kembali saja ke rumahmu, sebelum aku menghukummu karena mencoba untuk memprovokasiku dengan tindakan cerobohmu ini!" Li Hua marah dan tidak ingin terus mendengarkan celotehan Li mei yang menurutnya tidak berdasar ini.

"Li Hua, kau memang sangat naif. Baiklah, aku akan menceritakannya dan kau harus mendengarkannya dengan baik-baik. Aku memiliki hubungan dengan Wu Yitian," katanya yang membuat Li Hua terkejut, tapi ia masih berusaha untuk menunjukkan ketenangan.

"Apa maksudmu? Jangan berbicaa omong kosong padaku," kata Li Hua dengan datar.

Li Mei tahu jika itu adalah ketenangan semu yang Li Hua pertontonkan karena Li Hua yang ia kenal biasanya akan selalu menunjukkan respon berbeda jika itu menyakut tentang Wu Yitian.


Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now