Bab 22 : Singa Merah Bertanduk Tiga

5 1 0
                                    

Tidak seperti kelihatannya yang menunjukkan ketenangan yang tidak biasa, Li Hua terlihat termenung menatap rembulan yang menggantung di langit, cahayanya terlihat terang sampai bagian rongga- rongga di permukaannya terlihat seperti bercak yang herannya terlihat begitu indah. Hanya saja keindahan ini tak membuat hati Li Hua membaik, gejolak dalam dirinya terus membuatnya merana.

Keterdiaman membawanya pada bayang kelam yang terus memenuhi pikirannya sampai membuatnya lelah secara mental. Jika orang lain, mungkin tidak akan memperlihatkan ketenangan seperti yang Li Hua tunjukkan sekarang. Semua pikirannya masih tertuju pada peristiwa tragis yang terjadi kepadanya hingga membuatnya sampai begitu lemah seperti ini.

"Nona, apa kita akan berangkat berburu besok?" Xiao Yu memberikan secangkir teh hangat kepada Li Hua.

Dari pada menjawab pertanyaan Xiao Yu, Li Hua lebih memilih memandang pemimpin bandit yang masih terbaring lemas. Kemudian, ia meminum teh hangat itu untuk sedikit menghilangkan dingin dari tubuhnya. "Kita lihat saja, kalau besok ia bisa bangun ... kita akan berburu," kata Li Hua yang juga masih mencemaskan pemimpin bandit.

Kenyataannya, Li Hua masih memiliki keraguan akan pengobatannya. Bukan dari bahan yang ia pilih, tapi dari ketersediaan bahan yang cukup dan juga penempaan yang tidak bisa ia lakukan sendiri, karena hanya mengandalkan Lingling untuk melakukannya.

"Kalian berdua lebih baik tidur, aku akan berjaga sampai besok," putus Li Hua yang tentunya membuat kedua pelayannya ini tidak setuju.

"Nona ... Anda harus beristirahat. Biarkan kami saja yang menjaganya," usul Mao Lan dan Li Hua menggeleng.

"Hanya aku yang bsa menjaganya dan merawatnya. Ini bukan pekerjaan yang biasa kalian lakukan. Lebih baik kalian tidur, jika ia sadar lebih cepat aku akan segera tidur," janjinya dan kedua pelayannya ini lagi-lagi tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mempercayai nonanya. Meskipun beberapa kali menghadapi keadaan yang begitu genting, nona mereka akan selalu bisa menanganinya dan sekarang mereka akan selalu mempercayai itu.

---***---

Fajar menyingsing, Li Hua masih terjaga dan terlihat pemimpin bandit tersebut mulai membuka matanya berlahan. Gadis ini terlihat menghela napas lega, sepertinya pria tua ini mulai membaik.

"Bagaimana keadaanmu?" Li Hua menyambutnya dengan pertanyaan.

Kirut di dahi pria tua itu berkurang, senyumnya mengembang lebih lebar. Ekspresi seperti ini hanya akan dirasakan oleh seseorang yang telah membaik keadaannya.

"Terima kasih nona, keadaanku jauh semakin baik dari pada kemarin," tuturnya dan Li Hua sangat senang mendengarnya.

"Ayah ... kau sudah sadar?" tanya ketua bandit yang berjalan cepat dan kini sudah berada di hadapan ayahnya.

Li Hua pun melepas semua jarum yang tertancap di kedua kaki pria ini dan segera mengolesinya dengan minyak yang dapat meredakan nyeri. "Anda hanya perlu beristirahat dan sesekali mencoba untuk berjalan-jalan." Li Hua mencoba memberikan arahan.

"Terima kasih nona, kami akan ikut denganmu berburu sesuai dengan janji yang telah kami buat," ucap sang ketua bandit secara tiba-tiba dan Li Hua mengangguk setuju.

Li Hua pun mulai berkemas dengan dibantu oleh kedua pelayannya. Kemudian mereka memasuki kereta dan dengan arahan dari kelompok bandit, mereka menuju ke kedalaman hutan dimana tempat tersebut dipenuhi dengan binatang mistik yang berbahaya dan mengancam.

"Jika kita berjalan ke dalam, di sana akan ada sarang singa merah bertanduk tiga. Kekuatan aumannya dapat merusak pendengaran," tutur ketua bandit.

"Berada di level apa binatang mistik itu?" tanya Li Hua yang mencoba untuk mengukur kekuatan dari lawan yang mungkin akan ia hadapi dengan segera.

"Level 3,"jawabnya yang membuat Li Hua tidak begitu khawatir karena Linglingnya pasti akan mudah menghadapinya.

Roar

Tiba-tiba terdengar auman yang memekik, Li Hua segera meraih sebuah peluit penangkal suara yang mengandung kekuatan dan ia meniupnya, memberikan efek kesekitar sehingga mereka tidak merasa kesakitan lagi. "Lingling, keluarlah ... Kau harus menangkapnya untukku," pinta Li Hua yang kini keluar bersama dengan proyeksi phoenix yang mulai mendekati seekor singa merah bertanduk tiga yang beberapa menit yang lalu telah diceritakan oleh ketua bandit.

Kiak

Suara Lingling yang terliat begitu semangat, meskipun suara auman berkali-kali terdengar dan itu tidak berpengaruh kepadanya.

Kelompok bandit mulai ketakutan meskipun mereka sudah terbebas dari suara auman binatang mistik itu. "Kalian tetap di sini dan menunggu lingling membereskannya," pinta Li Hua tetapi terlihat ketua bandit maju.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Li Hua yang sebenarnya berusaha untuk meminimalisir kematian saat berburu karena ia tidak ingin memiliki hutang budi kepada para bandit ini.

"Kami telah berjanji untuk menemanimu berburu untuk mendapatkan binatang mistik, jadi ... apa pun yang terjadi, kita harus tetap maju!" katanya bertekat.

Brug

Semua terkejut, memandang sesuatu yang berada tepat di hadapan mereka dan itu adalah sebuah singa berwarna merah yang begitu besar. Bisa dikatakan seukuran empat pria dewasa yang gagah jika disatukan dan yang membuat mereka semakin takjub adalah binatang mistik itu dibawah oleh Lingling dengan mengandalkan cakar kakinya saja. Itu seperti pertunjukkan yang luar biasa tak masuk akal, tapi semuanya nyata dan hal ini membuat mereka semua bertanya-tanya, seberapa besar kekuatan binatang tembus pandang seperti sebuah proyeksi ini?

Grrr

Bahkan singa itu tak mati, masih terdengar erangan halus yang samar dan Li Hua pun datang mendekat tanpa rasa takut sedikit pun. "Nona, itu berbahaya!" Xiao Yu mencoba untuk mencegah nonanya ini, tapi tentunya Li Hua tidak akan pernah mendengarkannya.

Li Hua jongkok di hadapan binatang mistik itu. Sepeti sedang memandangi sesuatu dan tangannya tiba-tiba meraba perutnya. "Lingling, ia terluka karena bertarung?" tanyanya pada phoenix yang hinggap di pundaknya ketika mengangguk.

"Dengan?" Li Hua bertanya lagi dan seolah Lingling berbisik kepada Li Hua.

"Ah, jadi maksudmu dengan serigala salju berekor lima?" tebak Li Hua dan Lingling pun mengangguk.

Hal ini membuat Li Hua cukup senang. "Baiklah, sepertinya kau harus kembali lagi untuk menangkapnya," perintah Li Hua pada Lingling dan phoenix itu pun terbang kembali.

Ini adalah keberuntunganyang tak terduga, karena ia bisa mendapatkan dua binatang mistik tanpa perlu repot-repot bertarung dan menghabiskan tenaga Lingling terlalu banyak.

"Aku membutuhkan inti mistik yang ada ditubuhmu, tapi tentunya aku harus menunggumu mati," bisik Li Hua pada sang singa yang berlahan mulai memejamkan matanya dan ia pun mati.

inti dari binatang mistik berwarna merah darah berkilauan dan mengambang di udara. Li Hua pun menggapainya dan memasukkannya dalam gelang giok. "Kalian bisa membawanya, aku juga akan meminta dagingnya untuk memjaga tubuhku," katanya pada para bandit.

"Terima kasih nona." Mereka sungguh beruntung dengan datangnya Li Hua kemari. Gadis ini seperti sebuah keberuntungan yang dikirim oleh dewa untuk mereka.

Pada bandit itu pun mencoba untuk menyiapkan beberapa kayu bakar agar bisa memanggang daging singa yang sangat cocok untuk penambahan kekuatan, bahkan naik tingkat dalam berkultivasi. Mungkin Li Hua tidak akan bisa sampai ke tahap tersebut, tapi setidaknya itu akan membuat tubuhnya kembali bertenaga dan bersiap untuk berkultivasi saat semua racun dalam tubuhnya telah dikeluarkan dengan tambahan tumbuhan rumput hitam yang akan ia cari setelah ini.

"Nona, apa itu tak berbahaya? Memakan daging singa?" Xiao Yu terlihat takut dan Li Hua hanya menertawainya.

"Tentu saja daging mereka yang terbaik, aku pernah mendengarkan tuan muda kedua berkata daging binatang mistik akan bagus untuk menambah kekuatan kultivasi," sahut Mao Lan dan Li Hua mengangguk membenarkan ucapan Mao Lan.

"Kalian juga harus makan, setelan nanti kita bisa belajar beberapa bela diri," tuturnya yang juga merasa kedua pelayannya ini harus bisa beberapa jurus untuk melindungi diri mereka dari gangguang pelayan ibu tirinya yang lumayan licik itu.


Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now