Bab 10 : Racun yang Membawa Pada Sebuah Kenyataan

6 3 0
                                    

Masih dengan suasana yang menegangkan di antara Li Hua dan Li Mei. Keduanya yang selalu menunjukkan permusuhan semenjak kecil, bahkan sampai sekarang mereka selalu merasa tidak bisa menjadi saudara yang sesungguhnya.

"Aku sangat merasa kasih kepadamu karena mempercayainya terlalu banyak." Li Mei masih terus menyerang Li Hua Mei, bahkan ia menyerahkan sebuah giok yang Li Hua tahu itu adalah milik Wu Yitian. Pecahan giok berpasangan yang salah satu pasangannya Wu Yitian tidak mengetahuinya karena ia telah dibuang semenjak kecil. Itu alasan yang Wu Yitian lontarkan setiap kali Li Hua bertanya tentang giok itu.

Dulu, saat Li Hua mencoba untuk meminta potongan giok kepada Wu Yitian, pria itu mengatakan jika pasangan giok itu tidak diketahui, tapi kenapa sekarang muncul dan berada dalam genggaman Li Mei.

Li Hua mulai menangis. "Bagaimana itu bisa terjadi?" lirihnya yang merasa terluka karena merasa Wu Yitian tak menganggapnya penting. Giok kesayangannya yang tidak boleh Li Hua miliki, malah sebagian diberikan kepada Li Mei yang bukan siapa pun. Apa memang ini benar atau karangan dari Li Mei untuk membuatnya marah dan mencurigai Wu Yitian?

"Tentu saja bisa, kami sekarang bersama. Mungkin setelah semuanya selesai kita akan bersama dan ia akan membuangmu," kata Li Mei yang membuat Li Hua sangat marah. Tentu tidak mungkin Wu Yitian akan membuangnya begitu saja. Ia sangat mengenal Wu Yitian dan pria itu sangat menyayanginya dan begitu perhatian kepadanya selama ini.

"Kau berbohong!"

Serangan tiba-tiba datang dari Li Hua membuat Li Mei terpental membentur pintu dan membuatnya merasa kesakitan pada punggungnya. "Kenapa kau harus semarah ini? Ini hanya tentang kau yang sudah tidak berguna lagi untuknya." Li Mei masih terus memprovokasi Li Hua. Memberikan banyak kemarahan yang membuat Li Hua mulai terpengaruh dengan perkataan Li Mei.

Li Hua pun bangkit, ia mencoba untuk menyeret Li Mei keluar dan sebelum itu terjadi, Li Mei sudah menghindar. Herannya, ketika mereka sudah berada di depan tak seorang pun nampak terlihat, termasuk dayang dan pengawal yang seharusnya tetap menjaga Li Hua. Seolah mereka lenyap tertelan oleh pekatnya malam.

"Mari kita selesaikan sekarang!" Li Hua mencoba mengeluarkan pedangnya. Li Hua tidak memiliki niatan untuk membunuh Li Mei, tapi ia hanya ingin menutup mulut Li Mei agar tidak terus memprovokasinya.

"Li Hua, jangan terlalu menggunakan banyak tenagamu. Aku bisa saja tidak bisa bertahan," kata Li Mei yang kali ini melakukan serangan dan Li Hua yang masih nampak berpikir pun lengah. Kenapa seluruh perkataannya tidak dapat Li Hua mengerti?

Plash

Li Mei berhasil memberikan pukulan dengan jurus yang ia gunakan dan membuat Li Hua terpental hingga mengeluarkan darah segar pada mulutnya. Li Hua tidak menyangka pukulan yang seharusnya tidak parah itu sudah berhasil membuatnya terluka. Li Hua mencoba untuk menyeka darah segar yang keluar dari mulutnya dan ia terkejut saat melihat darah lain keluar dari pahanya. Bahkan, Li Hua merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, ia merasa kesakitan.

"Kau bahkan tidak merasakannya?" tanya Li Mei yang membuat Li Hua semakin bingung dan tidak tahu bagaimana untuk mengerti semua ini.

"Bahkan dayangmu lebih pintar dari dirimu," lanjut Li Mei yang membuat Li Hua menyadari jika dayang yang berada di sampingnya selama ini adalah mata-mata Li Mei. Semuanya berusaha untuk mengawasinya dan semua itu untuk apa sebenarnya?

Li Hua memang lebih sering menghabiskan waktunya di akademi dan ia juga kurang suka ditemani oleh dayang. Li Mei yang lebih sering menghabiskan waktunya di istana tentu lebih mengenal para dayang ini dan Li Hua pun tidak menyangka jika jangkauan kekuasaan Li Mei sejauh ini.

"Apa maksudmu dengan mengatakan itu?" Li Hua tiba-tiba merasa kesakitan yang lebih dari sebelumnya, ia tidak bisa bergerak bebas seperti sebelumnya. Dari tanda-tandanya, Li Hua merasa jika ia keracunan.

Li Mei tertawa, ia merasa berada di atas angin dan seolah merasa telah mendapatkan kemenangan. "Kau sudah keguguran dan tidak akan ada lagi penghalang di antara aku dan Wu Yitian," lanjutnya yang membuat Li Hua terkejut, ia mencoba melihat darah yang terus mengalir dan memegangi perutnya. Kehancuran yang besar memenuhi dasar jiwanya, meremukkan seluruh hatinya sampai membuatnya menyedihkan.

Air matanya jatuh tanpa berusaha ia bendung. Segala emosi seolah memuncak. "Bagaimana bisa kalian tahu sebelum aku mengetahuinya?" lirih Li Hua yang masih belum memahami kenapa mereka harus melakukan ini kepadanya. Apa salah Li Hua, hingga Li Mei melakukan hal yang keji seperti ini kepadanya.

Li Hua kini bahkan memiliki pemikiran yang lebih gila lagi, jika semua orang di istana ini telah dikuasai oleh Li Mei, apa mungkin semua ini juga berhubungan dengan Wu Yitian. Apa ia tidak tahu jika Li Mei melakukan ini? Apa lagi rencana tentang membuat Li Hua keguguran. Apa bahkan Wu Yitian juga tidak mengetahuinya?

"Apa Wu Yitian juga tahu?" Ini pertanyaan gila yang seharusnya tak Li Hua lontarkan karena biar bagaimana pun ia telah berjanji kepada Wu Yitian untuk saling mempercayai. Dengan mengatakan ini, ia meruntuhkan seluruh pondasi kepercayaan yang mereka jaga selama ini. Kasih sayang antara suami-istri yang mereka bina seolah sirna begitu saja. Apa sebegitu rapuhnya rasa cinta antara dirinya dan Wu Yitian?

Li Mei mengangguk dan Li Hua pun runtuh, air matanya mengalir tanpa bisa bisa ia bendung lagi. Bahkan untuk sesosok janin yang tidak ia ketahui, mereka tega untuk menyingkirkannya. Jika alasan semua ini karena dirinya yang telah mengecewakan Wu Yitian, Li Hua akan melepaskannya. Namun, apa salah anak yang ada dalam kandungannya ini, hingga mereka tega membunuhnya. Kali ini, untuk terakhir kalinya meskipun dirinya harus mati, Li Hua akan membalas mereka. "Aku akan membunuh kalian!" teriak Li Hua yang kali ini mencoba berdiri.

Li Hua mencoba untuk meraih sebuah pil dalam botol kecil dan meminum lima butir pil penambah energi yang ia buat. Li Mei yang mengetahuinya pun merasa cemas, ia takut Li Hua akan menjadi kuat dan dirinya tidak bisa menghindari serangan Li Hua yang mendadak.

"Aku tidak akan membiarkanmu!" ucap Li Hua yang kali ini mulai melayang dengan memegangi pedang miliknya dan mulai mengayunkannya membuat beberapa ledakan terdengar.

Duar

Duar

Li Mei mencoba untuk menghindari serangan itu dengan berpindah-pindah, hingga akhirnya phoenix ilahi muncul untuk membantu Li Hua agar ia bisa menghemat energinya karena racun itu terus menjalan menggerogoti dirinya, membuatnya tidak bisa bergerak dengan bebas.

"Mau kemana kau!" teriak Li Hua yang mencoba untuk mengejar Li Mei.

Li Mei terus terbang menuju istana utama dan Li Hua melihat pemandangan yang membuatnya semakin merasa kesakitan pada dirinya. Sebuah kehancuran yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.


Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now