Bab 12 : Kutukan

9 5 0
                                    

Tanpa diduga Li Hua memiliki tekat yang kuat untuk bertarung dengan Wu Yitian meskipun sebenarnya itu adalah bentuk dari pemaksaan diri yang telah ia putuskan dengan mengorbankan dirinya. Kesempatan sekecil apa pun, tidak akan pernah Li Hua lewatkan. Li Hua berada diambang batas dari rasa benci yang membara dan tak terkendalikan.

"Wanita selalu berpikir sempit dan karena itu, aku kurang begitu menyukaimu." Dari pada menanggapi ajakan bertarung Li Hua, Wu Yitian lebih memilih mengungkapkan ketidak sukaannya kepada Li Hua karena selalu mendahulukan emosi diatas segalanya. Selama ini, sangat bagus Wu Yitian bertahan dengan sikap Li Hua dan semua itu hanya untuk hari ini.

Li Hua tertawa. "Jika aku tahu semenjak awal, apa kau pikir aku akan menyukaimu? Bahkan, aku rasa aku pun tidak akan sudi untuk mengandung anakmu," balas Li Hua yang merasa jijik dengan semua ingatan yang memperlihatkan kebersamaan mereka berdua. Ia ingin segera membuat pil yang bisa menghilangkan semua kenangan yang terasa memilukan untuk diingat.

Jika dipikir kembali, sebegitukah inginnya Wu Yitian untuk menguasai segalanya? Sampai-sampai ia harus menahannya meskipun ia tidak menyukai Li Hua.

Mata Wu Yitian melebar dan perhatiannya teralih pada noda darah dibagian bawah hanfu putih milik Li Hua. "Apa yang kau katakan? Kau mengandung?" Ekspresi itu menunjukkan kekhawatiran yang biasanya tak tampak. Keturunan adalah sesuatu yang berharga bagi Wu Yitian, apa lagi ini adalah anak pertama yang ia miliki. Tidak peduli dari rahim mana, yang pasti jika ia menjalankan peraturan sekte, satu orang anak akan memberikan dampak atau bantuan bagi perkembangan sekte.

Li Hua tersenyum sinis. Ia masih tidak percaya jika Wu Yitian masih berusaha untuk berpura-pura. "Awalnya begitu, tapi calon permaisurimu yang pecemburu itu meracuniku," jawab Li Hua yang membuat amarah Wu Yitian terlihat dari ekspresinya. Hal ini membuat Li Hua merasa jika Wu Yitian tidak benar-benar mengetahuinya.

Li Hua pun menyadari perubahan ekspresi dari Wu Yitian. "Ia bekerjasama dengan pelayanku. Apa kau harus bertindak sejauh itu?" tanyanya yang sebenarnya tidak terlalu berharap akan keluar kata maaf bahkan penyesalan dari mulut Wu Yitian. Hanya saja, Li Hua penasaran tentang apakah sebegitu menjijikannya jika ia melahirkan anaknya, sampai-sampai ia tidak memberikan kesempatan untuk darah dagingnya lahir. Li Hua bahkan sekarang menyadari seberapa kejinya pria yang begitu ia cintai ini.

Wu Yitian diam, tapi kediamannya tidak seperti awal yang menunjukkan kedatarannya. Pria ini terlihat Nampak berpikir dan perkataan berikutnya membuat Li Hua tidak bisa berkata-kata. "Aku akan memanggilkan tabib." Wu Yitian hendak mendekat, tapi setiap langkah kaki ke depan untuk mendekati Li Hua, tapi Li Hua menanganinya dengan mundur beberapa langkah.

"Kenapa? Kau ingin memastikan jika aku benar-benar keguguran? Apa sebegitu jijiknya dirimu padaku, sampai kau tidak ingin ada milikmu yang tertinggal?" desak Li Hua yang merasa Wu Yitian menanggapnya seperti lelucon. Mempermainkannya sampai seperti ini, apa semuanya masi belum cukup? Ia mencoba untuk melakukan trik lain?

Dahi Wu Yitian mengkerut dan dalam sekejab ia sudah berada di hadapan Li Hua, mencoba untuk menggendongnya. Namun, dalam kesempatan ini Li Hua tidak akan melepaskan Wu Yitian.

Li Hua segera mengerahkan semua kekuatannya dan kedua telapak tangannya menyerang dada Wu Yitian dan membuatnya terdorong cukup jauh.

Wush

Blendum

Ledakan yang berimbas hancurnya beberapa tembok, hanya saja sepertinya itu tidak bisa membuat Wu Yitian tumbang. Seperti yang pria itu katakan jika dirinya tidak berada diranah yang sama dengan Wu Yitian. Li Hua menduga jika Wu Yitian menggunakan sesuatu artefak yang bisa menahan penolakan dari alam ilahi, kultuvasinya sudah melebihi tingkat dewa sejati yang menjadi ranah paling tertinggi di alam ilahi.

"Aku tahu kau hanya mempedulikan anak ini!" teriak Li Hua yang mulai mengerti jalan pikiran Wu Yitian.

Mungkin, dulu ia akan mudah tertipu, tapi sekarang ia jauh lebih mengenal kebusukan Wu Yitian. Hanya ia tidak memiliki banyak waktu, bahkan seluruh tubuhnya gemetaran. Efek racun ini tidak hanya membunuh janinnya, tapi juga membuatnya merasakan kesakitan yang teramat.

"Hua-er, dengarkan aku baik-baik. Aku akan membawamu menemui tabib, kau harus tetap hidup," kata Wu Yitian yang mencoba untuk bangkit, tidak terlihat kesusahan karena luka. Sepertinya pria itu sengaja melonggarkan kewaspadaannya hanya untuk melegakan amarah Li Hua.

Li Hua menggeleng, tubuhnya ambruk ke tanah. Ia tidak memiliki tenaga lagi, darah pun masih terus mengalir. Li Hua menyadari jika waktunya tidak akan lama dan sebelum itu terjadi, ia ingin membuat Wu Yitian menderita seumur hidupnya meskipun ia tak sanggup untuk membunuhnya dengan tangannya sendiri. "Aku tidak akan pernah membiarkanmu Bahagia, jadi kali ini aku akan mengutukmu. Kau tidak akan memiliki keturunan seumur hidupmu!"

Bledar

Guntur pun menggelegar yang membuat Wu Yitian baru menyadari jika Li Hua memiliki kekuatan untuk mengutuk seseorang. "Apa yang kau katakan?" Wu Yitian masih berusaha untuk mendekati Li Hua dengan tiba-tiba berteleport dan berada di hadapannya.

Pria ini menyesal karena melewatkan satu kemungkinan yaitu Li Hua mengandung anaknya. Meskipun awalnya ia ingin memanfaatkannya untuk membuat seluruh rakyat tunduk dengan bantuan Li Hua, tapi kenyataannya hal besar lain terjadi.

Seandainya, Wu Yitian bersabar lebih lama, mungkin saja ia bisa menduduki tahta tanpa harus bertaruh terlalu banyak. Ia sudah kehilangan separuh dari prajurit sekte jiwa darah yang telah ia latih selama ini. Hanya karena ia berpikir jika waktunya untuk membuktikan diri sebagai anak dari pemimpin sekte, membuatnya kehilangan kesabaran. Itu wajar saja, mengingat cara untuk mengakui jika ia adalah keturunan yang layak adalah dengan menguasai sebuah alam.

Anak-anak keturunan pemimpin sekte jiwa darah akan dilepas semenjak kecil untuk berkelana tentunya dengan pengawasan jarak jauh dan mereka mengemban sebuah tugas untuk menunjukkan diri dengan layak sebagai anak pemimpin sekte, yaitu dengan menguasai alam yang sekaligus menunjukkan jika ia telah menyampai ranah yang lebih tinggi pada tingkat kultivasi.

"Ya, aku mengutukmu. Kau tidak akan memiliki keturunan dan kau tidak akan pernah bahagia seumur hidupmu!"

Li Hua pun mengarahkan tangannya untuk melakukan penyerangan terakhir yang berujung pada kematian. Ini adalah hadiah terakhir yang ia berikan kepada Wu Yitian dan itu adalah sebuah kutukan.

"Tidak! Apa yang kau lakukan!" Wu Yitian hendak menghalanginya, tapi kali ini phoenix ilahi mencoba membantu Li Hua untuk menghalangi Wu Yitian.

Li Hua menangis "Aku pergi dengan membawa anakmu yang terakhir. Kemana pun kami pergi, aku akan memohon pada dewa agar tidak bertemu denganmu lagi," lirihnya dan sedikit demi sedikit tubuhnya menghilang menjadi serpihan cahaya yang bercampur dengan udara dingin.

"Tidak, Li Hua!" Wu Yitian ingin meraih tubuh Li Hua, tapi ia tidak bisa karena tubuh itu telah hancur dan Wu Yitian terlihat marah.

Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now