Bab 8 : Penyerangan Istana Ilahi

7 3 0
                                    

Satu tahun kekaisaran alam ilahi. Langit nampak kelam dengan suara petir menggelegar, suasana istana masih tetap terjaga saat langit menunjukkan bias kemerahan yang seolah menutupi seluruh istana. Terlihat seperti sebuah barrier yang mencoba untuk memblok semua yang berasal dari luar istana untuk tak masuk ke dalamnya.

Satu persatu sosok berjubah merah turun dengan membawah rantai bersama mereka, mencoba menjerat satu per satu pasukan penjaga, mencoba untuk menyedot jiwa mereka dan mengambil kultuvasinya.

"Argghh ...."

Suara teriakan kesakitan berdatangan. "Bunuh mereka semua dan kuasai istana dengan segera!" teriak pemimpin pasukan berjubah merah ini. Istana yang nampak sepi kini berubah menjadi tempat pertempuran yang tidak pernah terduga.

Wu Yitian berada di dalam ruang kerja kaisar, nampak duduk bersama. Saling bertatap dalam keheningan, seolah mencoba untuk saling menelusuri isi hati. "Wu-er, apa kau harus melakukan ini?" kata kaisar yang dalam seketika mulutnya mengeluarkan darah segar. Matanya berkaca-kaca, merasa sedih dan terluka dalam bersamaan.

Wu Yitian menunjukkan wajah dinginnya. Tidak ada perasaan bersalah atau sedih sekali pun, mata kemerahan itu menunjukkan wujud aslinya. "Aku harus menguasai alam ilahi jika aku ingin diakui sebagai salah satu putra pemilik sekte jiwa darah," ucapnya yang membuat kaisar sangat terkejut sampai ia memuntahkan darah beberapa kali.

Sang kasim berusaha untuk datang. "Yang mu-"

Jleb

"Akk ...." Suara teriakan dalam bersamaan.

Sebuah pedang melayang dan membunuhnya seketika. Lebih tepatnya seluruh penjaga dan dayang telah tewas dalam satu serangan dari Wu Yitian tanpa menyentuh apa pun. "Kau, berada di alam mana?" tanya sang kaisar yang teramat terkejut tentang jati diri seorang Wu Yitian yang seorang anak berasal dari sekte jiwa darah yang telah lenyap ribuan tahun yang lalu. Belum selesai rasa terkejutnya, ia semakin dibuat terkejut dengan kekuatan yang Wu Yitian miliki. Kekuatan seperti itu bukanlah kekuatan dari seorang yang berada di ranah dewa sejati dan itu tidak pernah ada di alam ilahi.

Semua kultivator yang paling tertinggi berada di ranah dewa sejati di alam ilahi ini. Tidak ada yang melebihi dari itu, karena kekuatan alam ilahi membatasinya. Jika karena sebab sesuatu ia bisa menjadi kultivator melebihi dewa sejati, maka ia bukanlah berasal dari alam ini melaikan berasal dari alam yang lebih tinggi dari alam ilahi dan belum diketahui sampai sekarang alam apa sebenarnya dan sampai berapa lapis alam di atas alam ilahi.

"Seberapa penting pertanyaan itu sekarang? Semua pasukan penjaga istana telah tumbang dan mereka yang berada di luar istana tidak akan tahu," kata Wu Yitian yang membuat kaisar semakin memahami tujuan Wu Yitian.

"Kau akan menghancurkan istana ini?" Meskipun begitu, kaisar masih belum percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Wu Yitian. Bagaimana tidak, menantu sekaligus anak angkatnya ini telah tumbuh dibawah pengawasannya. Ia sangat tahu seluk beluk dan tabiat Wu Yitian semenjak kecil, jadi ia masih saja belum mau percaya tentang semuanya yang terjadi.

"Itu tergantung ... jika ayah mau menyerahkan seluruh kekuasaan dan membunuh diri sendiri, aku akan mengampuni nyawa Li Hua untukmu," balasnya yang membuat kaisar semakin terpukul. Tidak pernah terbesit dalam benaknya, anak yang ia besarkan malah mengirimnya sebuah petaka kehancuran yang tak terhindarkan.

"Jangan mau Yang Mulia!" Entah bagaimana caranya, permaisuri datang dengan tertatih. Meskipun permaisuri juga berada di ranah dewa sejati, ia berhasil datang kemari dengan melawan lebih dari sepuluh kultivator sekte jiwa darah yang berada di ranah dewa sejati yang sudah Wu Yitian siapkan untuk membunuhnya. Hanya saja, sepertinya prediksi Wu Yitian sedikit meleset. Wanita ini tidak mati dengan mudah, hanya saja ia sudah terluka parah. Tidak mungkin untuk melawan siapa pun.

"Permaisuri aku sudah menyiapkan kematian yang terhormat dengan melawan sepuluh bawahan terbaikku, tapi kenapa kau memilih untuk datang kemari dan membuatmu terlihat menjadi menyedihkan?" tanya Wu Yitian dengan tatapan penuh kesinisan.

Permaisuri dengan tertatih mencoba untuk menyerang Wu Yitian, tapi ia sudah tak memiliki sisa tenaga. Permaisuri pun jatuh. "Permaisuri ...," panggil kaisar yang sangat khawatir kepada istrinya.

Wu Yitia hanya memandanginya dengan tawa yang meremehkan. "Kalian berdua matilah, aku akan mengampuni nyawa Li Hua dan seluruh rakyat alam ilahi, tapi jika kalian tetap ingin melawan ... alam ilahi ini akan hancur!" ancam Wu Yitian yang membuat kaisar terkejut dan nampak sangat khawtair.

Namun, berbeda dengan kaisar, permaisuri nampak sangat marah. "Memangnya kau siapa? Bisa memusnakan seluruh alam ilahi?" tanya permaisuri meskipun napasnya tersengal-sengal.

Wu Yitian tak lantas marah. Ia mencoba menggerakkan tangannya. "Aku menguasai pengetahui alam semesta dan juga kekuatan pengendali, meskipun aku berada di sini ... aku juga bisa menghancurkan sebuah wilayah atau gunung yang berjarak ribuan mil dari sini,"terangnya yang membuat kaisar semakin takut saja pada sosok Wu Yitian.

"Aku tidak akan mempercayaimu!" Permaisuri masih ingin menyangkalnya.

"Baiklah, aku akan membuktikan ucapanku!" Wu Yitian menggerakkan tangannya dan terdengar letusan sebuah gunung dan lonceng penanda bahaya pun berbunyi.

"Permaisuri, bagaimana? Kau seharusnya mempercayaiku dan memilih untuk patuh. Maka aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak perlu sampai seperti ini." Wu Yitian pun duduk memandangi dua orang yang sedang sekarat itu bergantian.

"Matilah, maka alam ilahi akan utuh," desaknya yang seolah mencoba memberikan solusi terbaik, kenyataannya ini adalah solusi terkeji yang pernah mereka dengar.

Permaisuri mulai menangis dan kaisar sangat sedih karena tidak bisa berbuat apa pun. "Kenapa kau harus melakukan ini? lalu bagaimana dengan Li Hua? Apa kau akan melakukan hal keji seperti pada kami?" Meskipun ia harus menghadapi kematian, seorang ibu jelas tidak boleh membiarkan putrinya dalam bahaya. Karena hal ini permaisuri mencoba untuk berusaha melindungi Li Hua.

Wu Yitian tersenyum, pada akhirnya wanita tua ini mengerti satu hal jika ia tidak memiliki pilihan. Hanya harus melakukan apa yang harus ia lakukan. "Itu tergantung kalian, lebih cepat untuk mati ... maka nyawa Li Hua akan terselamatkan," kata Wu Yitian yang membuat kedua pria dan wanita paruh bayah itu menangis.

Ketidak berdayaan adalah sebuah petaka. Apa lagi mereka tidak bisa melakukan perjuangan hingga akhir hanya karena kelemahan yang dibebabkan oleh ikatan keluarga. Bisa dibilang keputusan yang diambil tidak murni hanya untuk melindungi alam ilahi, tapi juga untuk menyelamatkan satu-satunya putri yang mereka miliki.

"Yang Mulia, demi Li Hua ... Aku rela melakukannya," lirih permaisuri.

Kaisar pun menangis sebelum akhirnya ia melukai dirinya. Di susul dengan permaisuri yang juga menyerang dirinya sendiri. tubuh mereka menghilang bercampur dengan udara.

Wu Yitian tersenyum lebar. "Bagus, seharusnya kalian melakukannya lebih cepat." Terlihat kelegaan dari ekspresi Wu Yitian. "Saatnya giliranmu istriku," tuturnya dengan sinis.


Flowers Blooming In FireWhere stories live. Discover now