SW - 11

26.6K 2.8K 158
                                    

Hembusan nafas berat keluar dari bibir Jaemin, dia menutup pintu lemari berisi pakaian Jeno, tubuhnya yang mungil dan ramping berbalik melihat Woobin masih lelap selepas minum susu.

Lantas ia dudukkan tubuhnya pada tepi ranjang, matanya melirik jam dinding diatas pintu dimana waktu menunjukkan pukul setengah lima sore.

Setiap hari dia selalu disibukkan mengurus Jeno, Woobin dan rumah mewahnya. Tidak ada waktu pasti kapan pekerjaan rumahnya terhenti. Nyatanya dia bekerja sepanjang hari.

Setelah menyetrika pakaian Jeno dia putuskan untuk mandi selagi Woobin tertidur. Dia harus sudah cantik seperti pesan Jeno setiap pria itu pulang. Meski bukan apa-apa, Jeno bilang amat menjenuhkan ketika ia lelah selepas pekerjaan di kantor kemudian dihadapkan Jaemin yang lusuh membuatnya kesal bukan main.

Jaemin keluar dari kamar mandi mengenakan bathdrobe, dia terkejut saat Jeno sudah berada di kamar dan kini melucuti pakaiannya.

“Ahjussi sudah pulang? Akan ku siapkan air hangat”

“Tidak usah, buatkan aku kopi saja. Setelah itu siapkan pakaianku. Aku ada acara penting malam ini” Titah Jeno yang diangguki oleh Jaemin.

Dia berjalan melintasi Jeno hendak mengambil pakaiannya dilemari sementara Jeno langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Jaemin dengan cepat memakai baju kemudian menyiapkan setelan untuk Jeno. Sebuah kemeja biru dengan jas berwarna hitam dan dasi Navy ia pilihkan. Dia harap Jeno akan nampak tampan mengenakan itu. Setelahnya ia turun untuk membuatkan kopi suaminya.

Jaemin berjalan menuju meja makan membawa segelas kopi, dia menoleh saat melihat Jeno turun seraya menggendong Woobin, matanya masih memerah dan wajanya nampak lesu.

Jaemin tersenyum lalu mengambil Woobin dari gendongan sang Daddy.

“Dia menangis, mungkin dia haus” Ucap Jeno, dia dudukkan tubuhnya untuk meneguk kopi sebelum berangkat.

Jaemin mengulum senyum getir seraya naik menuju kamar untuk membuatkan Woobin susu. Setahunya, setiap acara kantor biasanya suami akan pergi dengan pasangannya tapi Jaemin tahu, Jeno tak akan mau membawanya bertemu rekan-rekannya.

Jadi sudah mulai sadar akan itu.

Jaemin berbaring diatas ranjang menemani Woobin meneguk susunya. Dia tatapi wajah lucu bayi itu dengan seulas senyum. Woobin bukan anak yang dia lahirkan, tapi dia begitu menyayangi Woobin.

Lalu membayangkan akan seperti jika dia dan Jeno memiliki seorang anak?
Berapa lama Jeno akan luluh?
Yang Jaemin takutkan adalah Jeno yang jatuh cinta pada orang lain karena pria itu terlalu memendam benci untuk Jaemin sehingga enggan membuka hatinya untuk Jaemin.

Akan seperti apa nasibnya jika itu terjadi?
Selama menikah dengan Jeno, Jaemin hanya terus dihadapkan akan pertanyaan bagaimana dia dimasa depan atau bagaimana dia menjalani hari esok?

Ditengah asiknya melamun, suara denting ponselnya membuyarkan segala ketakutan Jaemin. Dia rogoh benda pipih pada saku celananya.

Bibir tipisnya menghembuskan nafas malas melihat pesan dari Ibunya. Masih saja meminta uang. Entah bagaimana membuat Ibunya mengerti bahwa pernikahannya yang ia jalani tak seindah yang Ibunya kira.

Jaemin kemudian teringat akan lowongan pekerjaan yang ia lihat tempo hari, dia kemudian berlari kecil menuju lemari pakaiannya dan meraih lembaran kertas diantara lipatan pakaiannya.

Jaemin tersenyum melihat ada nomor tertera disana. Dia putuskan untuk menghubunginya. Beruntung masih ada lowongan dan Jaemin diminta datang besok untuk info lebih lanjut.

Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]Where stories live. Discover now