SW - 26

29.9K 3.2K 419
                                    

Jaemin menoleh saat pintu kamar terbuka menampilkan Jeno baru saja masuk. Kecanggungan langsung menyelimuti dirinya.

Pasalnya setelah bermain tadi, Jeno dan ia tak saling bicara. Seolah kedekatan mereka hanya formalitas didepan Woobin.

Jeno naik ke atas ranjang dan langsung menyalakan tv, membiarkan Jaemin sibuk berkutat dengan ponselnya. Benar-benar tak ada pembicaraan selama keduanya di kamar. Seperti hari-hari biasanya.

Tapi tak apa. Meskipun itu hanya sandiwara didepan Woobin, Jaemin tetap suka.

Bola mata Jeno sesekali melirik ke arah Jaemin yang begitu sibuk pada ponselnya. Entah apa yang dikerjakan suaminya pada ponsel itu, Jaemin nampak sangat serius.

“Ekhem...” Jeno mendekhem masih melirik kearah Jaemin, pandangannya langsung beralih ke arah tv saat Jaemin menoleh ke arahnya.

“Kenapa Ahjussi?” Tanya Jaemin.

“Hah? Tidak. Aku hanya, sedikit uh pegal” Jawab Jeno asal seraya memijat area tengkuknya.

“Ahjussi mau di pijat?” Tanya Jaemin membuat bulu kuduk Jeno meremang.

“Kau bisa memangnya?” Tanya Jeno gugup.

Suami mungilnya itu tak menjawab, Jaemin hanya meletakkan ponsel yang sejak tadi ia mainkan ke atas nakas lalu mengambil bantal dan memposisikannya di ujung ranjang, dia menepuk bantal itu meminta agar Jeno telungkup disana dan pria itu dengan ragu menurut.

Jaemin duduk disamping tubuh suaminya dan mulai memijat punggung Jeno, untuk sesaat, Jeno masih meresapi pijatan Jaemin yang cukup meredakan pegal di tubuhnya.

“Kau pintar memijat juga” Gumam Jeno dengan mata terpejam menikmati pijatan suaminya. Mendengar itu, Jaemin hanya bisa mengulum senyum tipis.

Dia sudah disini melakukan segalanya untuk Jeno. Senang jika dia mendapat pujian itu. Dan akan lebih senang jika dia bisa mendapat cinta suaminya.

Suasana di kamar terasa hening karena Jeno sibuk menikmati pijatan suaminya, bibirnya tak henti mengulum senyum. Begitu pula Jaemin, dia tak pernah berani membuka pembicaraan, mengingat sang suami belum membuka hati untuknya.

“Selain pintar memasak, membuat cookies, mengurus rumah, merawat aku dan Woobin, memijat, kau pintar apa lagi?” Tanya Jeno dengan mata terpejam.

“Entahlah, aku tidak terlalu memikirkan aku pintar apa saja” Jawab Jaemin dengan senyum simpul.

“Kau bisa segalanya, tidak salah juga aku menikahimu” Jawab Jeno membuat alis Jaemin bertaut, dia melongok kearah sang suami yang masih terpejam.

Apa maksud kalimat itu? Sebuah pujian atau bentuk sarkasme? Belakangan ini, sikap Jeno memang aneh, meski terlihat sudah luluh, tapi wajahnya masih ketus dan kadang-kadang kata-katanya masih menyakitkan bagi Jaemin.

“Ahjussi” Panggil Jaemin, memastikan bahwa suaminya masih sadar saat mengucapkan itu namun sebuah dengkuran halus yang menjawab menandakan suaminya sudah terlelap.

Jaemin menggeleng dengan helaan nafas, dia memutuskan membalut tubuh suaminya dengan selimut, lalu mematikan tv dan ikut terlelap.


‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙


Jaemin tersenyum menatap pantulan dirinya dikaca. Dia lirik jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Dia kemudian berdiri melihat penampilannya malam ini.

Tadi siang dia pergi bersama Woobin dan Yoona membeli beberapa pakaian sesuai perintah suaminya. Dia membeli beberapa perhiasan, tas dan makeup juga.

Setelah merasa ia lebih menarik malam ini, dia melongok ke arah Woobin yang masih terlelap. Lantas ia putuskan turun untuk menyiapkan makan malam.

Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang