SW - 32

31.8K 2.9K 390
                                    

Nafas Jaemin berhembus sangat berat saat melihat suaminya masuk, dia alihkan rasa gugup dan takutnya dengan sibuk menata meja makan dengan menu makan siang.

Sejak tadi isi kepalanya terus dipenuhi tentang bagaimana dia memberi tahu Jeno?

Dia menoleh saat melihat sang suami berjalan dari belakangnya, lalu sang dominan duduk pada kursi utama, menatap masakan Jaemin dengan senyum.

“Woobin mana?” tanya Jeno mendongak menatap Jaemin yang masih berdiri seraya mencengkram sandaran kursi makan.

“Sedang tidur, Ahjussi” Jawab Jaemin.

Alis Jeno bertaut melihat Jaemin beberapa kali menjilati bibir bawahnya, dia telisik wajah suaminya membuat Jaemin menunduk seperti ketakutan.

“Ada apa? Terjadi sesuatu dengan Woobin?” Tanya Jeno dengan wajah panik seraya berdiri membuat Jaemin takut melihat wajah serius suaminya.

Dia dengan cepat mendongak dan menggeleng ribut diiringi gerakan tangan.

“Tidak, Ahjussi. Woobin baik-baik saja. Dia tidur setelah minum jus” Jawab Jaemin cepat.

“Lalu ada apa?” Tanya Jeno

Jaemin menghembuskan nafas membuat Jeno semakin penasaran, secara perlahan, dia keluarkan amplop putih dari kantung celananya dan menyodorkannya ke sang suami. Kepalanya tertunduk tak berani menatap Jeno.

Dengan ragu, Jeno menerima amplop itu. Ada nama rumah sakit tempat Jaemin bekerja dulu sebagai halaman depan. Jeno dengan cepat membuka isinya karena terlalu penasaran.

“Hasil pemeriksaan pasien Lee Jaemin. Positif hamil Minggu ke 5”

Jeno tersenyum membaca surat itu, sebuah helaan nafas lega terdengar berhembus lega. Dia lihat suaminya masih menunduk seraya memainkan ujung kemejanya.

“Maaf, Ahjussi. Kalau Ahjussi tidak menginginkannya, aku akan menggugurkan anak ini” Ucap Jaemin dengan nada gemetar.

Jeno mengulum senyum kecut mendengar ucapan Jaemin. Masihkah Jaemin menyimpan trauma dan ketakutan padanya? Apakah Jaemin masih belum menangkap sikapnya selama ini yang begitu jelas menunjukkan cinta untuknya.

Tapi reaksi Jeno, jauh dari yang Jaemin bayangkan. Matanya membulat saat Jeno langsung memeluknya. Untuk sepersekian detik, dia masih tak menyangka bahwa pelukanlah yang akan dia dapat.

“Selamat untuk kehamilanmu” Ucap Jeno.

“Ahjussi?” Pekik Jaemin, dia melepaskan pelukan suaminya dan menatap Jeno penuh tanya.

“Ahjussi tidak marah?” Tanya Jaemin kemudian, Jeno diam beberapa saat dengan senyum lalu menggeleng.

“Aku yang secara sadar meninggalkan benihku di dalam rahimmu. Itu artinya aku sudah siap untuk memiliki anak denganmu” Jawab Jeno lembut.

Dada Jaemin bergemuruh mendengar jawaban Jeno, dengan cepat air matanya menetes karena dia benar-benar terharu. Jeno bawa keduanya tangannya menangkup pipi Jaemin dan mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan ibu jari.

“Ahjussi” Rengek Jaemin membuat Jeno terkekeh.

Di detik berikutnya, dia di buat terkejut saat Jeno justru menggendongnya bak bridal. Dia dengan cepat mengalungkan tangannya pada leher Jeno lalu sang suami membawanya menuju kamar mereka.

Jaemin sendiri tak tahu harus bagaimana meluapkan kebahagiaannya. Dia hanya diam saat Jeno mendudukkan tubuhnya di ranjang.

“Kau tidak boleh lelah, trimester awal terlalu rawan bagi kandunganmu. Dan berhenti mengurus rumah. Masalah rumah, biar aku yang memikirkan. Fokus saja pada anak kita” Ucap Jeno berjongkok seraya menggenggam jemari Jaemin.

Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora