Bag 44. Before that

2.5K 217 58
                                    

Pembentukan suatu organisasi kalau tidak disambut dengan sebuah pesta terasa kurang menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembentukan suatu organisasi kalau tidak disambut dengan sebuah pesta terasa kurang menyenangkan. Oleh karena itu, pencetus ide dari Ride and Art, sekaligus pemilik rumah mewah nan megah yaitu Aksa, menyelenggarakan sebuah pesta. Awalnya diperuntukkan anggota saja, tapi berita pesta itu tersebar dan membuat rumah Aksa ramai dengan tamu tak diundang.

Bukan pesta resmi dengan dresscode yang sudah dirancang, semua tamu bebas mengenakan jenis pakaian. Bagi Aksa, hanya sekedar pengenalan organisasi jadi tak perlu terlihat resmi.

"Anjing!" seru Hanan begitu masuk ke dalam rumah Aksa. Dia sangat takjub sampai lupa menutup mulutnya, dan matanya fokus memutari seluruh ruangan.

"Keluarga lo udah kaya begini, kenapa lo kerja jadi bartender?" tanya Hanan heran.

"Yang kaya orang tuanya, dia mah cuma numpang," celetuk Jeno lalu meraih segelas air—meneguknya setengah dengan wajahnya yang mengernyit heran pada sensasi alkohol yang baru pertama kali ia rasakan.

"Ini apaan, Sa?" tanyanya heran, lalu meletakkan gelas itu ke nampan pelayan yang melewati mereka.

Sebelum menjawab pertanyaan itu, lelaki dengan wajah datar dan sorot matanya yang dingin tersenyum dengan seringainya yang tajam. "Salah satu alasan gue jadi bartender, yaitu supaya bisa meracik minuman yang gue suka."

"Terlalu asam, tapi semakin lama punya sensasi segar dan manis. Apa nama racikannya?" tanya Jeno penasaran.

"Belum ada, minuman itu gue racik khusus untuk tamu yang ngga diundang." Aksa sengaja menyindir para anggota Aodra yang tiba-tiba datang ke pestanya.

"Ehh ... Apaan, sih! Kita 'kan udah jadi besti!" tukas Mark lalu menarik Jeno dan Hanan menuju tempat yang lain.

Semua teman-teman Aksa hanya membentuk gelak tawa setelah tiga manusia itu akhirnya pergi, sebenarnya tak masalah mereka datang, Aksa hanya tidak suka jika mereka membuat keributan.

"Emangnya lo racik pakai apaan, Sa?" tanya Harvey penasaran.

"Itu champagne, lidahnya aja yang norak ngga bisa bedain," cemooh Aksa, jika saja ucapannya didengar Jeno, sudah dipastikan pesta akan kacau karena perkelahian.

"Lagian, siapa yang ngundang mereka?" lanjutnya penasaran.

"Ah, itu gue," celetuk Janu setelah menutup handphone-nya. "Gue kira pesta yang lo adain bebas untuk siapa aja, gue sebar tautan undangan ke Hanan." Janu melanjutkan dengan wajahnya yang sangat polos.

Aksa menghela napas beratnya, ia terlalu pusing mengatur jalannya acara yang bisa gagal jika terlalu banyak tamu. "Oke, gue urus sisanya, silakan nikmati pestanya."

Harvey : Help Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang