Bag 58. Sorrow brings pain

2K 206 33
                                    

Hampir tiga bulan lamanya, Harvey tak bertemu dengan lelaki yang paling ia takuti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir tiga bulan lamanya, Harvey tak bertemu dengan lelaki yang paling ia takuti. Sore ini, bersama sang Kakak, beliau datang membawa seorang pengacara handal demi membela sang anak. Sebagai orang tua, tentu dia tak percaya melihat anak lelakinya melakukan kejatahan seperti yang dituduhkan Polisi. Oleh karenanya, dia datang menyelamatkan Harvey.

"Harvey, jangan bicara apapun tanpa dampingan pengacara!" titah Indra setelah melihat putranya terkurung dalam sel tahanan sementara.

Di belakangnya, ada Lalita yang memandang nanar penuh kasihan, tapi kecewa di waktu yang sama.

Di dalam sel itu, Harvey pasrah dengan keadaan yang menimpa dirinya. Semua terjadi sangat cepat, sampai tak ia sadari bahwa semua terencana dengan apik oleh dua manusia itu. Jika Harvey peka lebih cepat, mungkin dia tidak akan gegabah sampai terkena jebakan mereka. Dia menyesal, merasa bodoh, dan semakin tidak berguna.

"Apa maksud Anda!" bentak Indra setelah melihat segala bukti tentang perilaku Harvey.

"Anak saya sudah lama berhenti memakai narkoba, mana mungkin dia berulah bahkan menanam ganja! Jangan sembarangan menuduh Anda!"

Ketua Polisi itu menggelengkan kepalanya, apa yang mereka tuduhkan tercantum dalam potret seorang Harvey ketika membawa narkoba dan mabuk karena narkobanya. Semua bukti itu jelas, dan di waktu yang sama, mereka akhirnya menemukan pengedar narkoba sekaligus orang yang memproduksi tanaman ganja.

"Jangan sepelekan kinerja kami! Anak Bapak terbukti memakai obat-obatannya lagi, bahkan menanam ganja lalu ia produksi dan dijual! Apa bukti foto ini masih kurang jelas?" bentak ketua Polisi itu.

Indra menggelengkan kepalanya tidak percaya, dia begitu murka lalu menghampiri Harvey dengan sorot wajahnya yang menukik tajam. Melihatnya membuat bulu kuduk lelaki itu naik secara mengejutkan, spontan Harvey langsung berdiri di sisi sel itu.

"Pa ... Harvey ngga salah," lirihnya pasrah.

Netranya yang nanar beralih memandang sang Kakak yang menangis di belakang Ayahnya. Untuk kesekian kalinya, Harvey marah dengan dirinya sendiri.

"Harvey!" panggil Indra dengan suaranya yang meninggi.

Harvey langsung mendongakkan wajahnya memandang sang Ayah, belum sempat menjawab panggilan itu, tiba-tiba kerahnya tertarik dengan lehernya yang tercekik kuat.

"Papa!" seru Lalita berusaha melepas cengkeraman itu, untungnya berhasil sebab Indra sendiri tak tega melukai putranya.

Di dalam sana, Harvey menjauhkan tubuhnya berusaha memperbaiki pernapasannya. Dia sangat takut melihat perilaku Ayahnya, tapi setiap kali mengingat wajahnya Harvey hampir lupa kalau pria itu memang terkenal kejam sekalipun pada keluarganya sendiri.

Harvey : Help Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang