Bag 46. Mental pressure

2.3K 214 63
                                    

Semua orang berbaris sesuai perintah dari para polisi, mereka mengangkat tangannya membiarkan polisi itu memeriksa barang bawaan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang berbaris sesuai perintah dari para polisi, mereka mengangkat tangannya membiarkan polisi itu memeriksa barang bawaan mereka. Ada beberapa polisi wanita yang bertugas memeriksa bagian perempuan. Setelah fokus memeriksa dan membuang waktu, ternyata mereka tidak menemukan apapun.

Sonya, sejak tadi terus memperhatikan para tamu yang ada di pesta ini, dia tak melihat Juliette dan juga Harvey—membuatnya jera dan menghela napas panjang.

Wanita licik itu tentu sedang bersembunyi di dalam rumah Aksa, dia bahkan dengan lancang masuk ke area lantai dua supaya polisi itu tak menemukan dirinya. Beruntung, ruangan di lantai dua sangat gelap dan sunyi.

"Fuck! Pasti Abang idiot itu yang nelepon polisi!" racau Juliette pelan.

Dia kembali menghubungi nomor itu, memintanya penjelasan karena sudah mendatangkan polisi. Pada panggilan ketiga, akhirnya lelaki itu menerima panggilannya.

"Lo gila, ya! Buat apa panggil polisi? Lo mau ngacauin rencana gue? Hah!" bentaknya tapi tetap berusaha pelan.

"Lo ngomong apaan, sih! Polisi apa?" bantah Yohanes tak terima.

"Udah tahu gue bawa kokain, gimana kalau sampai Adik lo ketangkep lagi, hah!"

"Anjing! Lo ngomong apaan sih!"

"Ngga usah ngelak—"

Tut

Juliette semakin meracau kesal ketika teleponnya dimatikan secara sepihak oleh Abangnya. Dia mengacak rambut panjangnya frustasi, lalu memutar tubuhnya. Sial! Batinnya meracau.

Lelaki itu sudah berdiri di belakangnya, ia tersenyum sinis dengan sorot matanya yang tajam mematikan. Tanpa banyak bicara, tangannya langsung merebut handphone Juliette.

"Apa kata sandi lo?" tanyanya sangat mengintimidasi.

Lelaki itu berhasil turun tanpa celah dan menghindari polisi. Mudah bagi Harvey menyelinap masuk ke rumah Aksa, dia sudah hampir sepenuhnya paham denah rumah ini. Begitu melihat polisi di bawah, dia langsung bergerak menyelinap masuk dari pintu yang berbeda.

"Buka sekarang!" titah Harvey sambil menyodorkan handphone itu dihadapan Juliette.

Juliette berdecak kesal, kalau handphone-nya terbuka maka usai sudah rencana yang sudah dia susun. Tak ingin kehilangan kesempatan itu, dia merebut handphone itu lalu melemparnya jauh hingga menimbulkan suara.

Prangg

Bertepatan dengan suara itu, suasana di luar mendadak hening dengan atensi yang fokus memandang ke dalam rumah. Beberapa mata saling melempar pandang, sampai akhirnya dua polisi masuk ke dalamnya untuk memeriksa keadaan.

Aksa mengepal kuat satu tangannya, ia mengernyitkan dahinya menyadari pasti itu ulah Harvey. Setelah ini, maka habis sudah nasibnya apalagi jika orang tuanya tahu tentang pesta dan obat-obatan terlarang.

Harvey : Help Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang