013

27K 1.4K 0
                                    

Ramadhan tinggal menghitung hari. Bagi masyarakat Jawa yang Muslim tentu saja menjadi bulan istimewa. Beberapa acara adat yang merupakan akluturisasi budaya hadir kembali seperti tahun-tahun sebelumnya.

Di masyarakat dalam sepekan terakhir pun sudah mulai menyelenggaraan acara menyambut Ramadhan. Biasanya ini disebut ‘munggahan’ yang artinya ‘naik’ atau menuju datangnya Ramadhan.

Sebagai keturunan Jawa saat ini Santi dan Santriwati tengah berlalu lalang menyiapkan kegiatan penyambutan bulan suci Ramadan.

Saat ini Zaura tengah membantu para Santriwati membuat Apem dengan dibantu Ummi Aisyah.

Kue apem Jawa ini dibuat dari tepung beras. Biasa dinikmati bulan Suro hingga seminggu. Bikinnya tak tak terlalu rumit. Empuk legit rasanya bikin nagih.

Peringatan 1 Muharam atau tahun baru Islam biasanya dirayakan masyarakat Jawa dengan berbagai tradisi. Selain bubur Suro, mereka juga menikmati Apem Jawa.

Berbeda dengan Serabi, Apem dibuat dari tepung beras sehingga teksturnya lebih ringan. Dimasak dalam wajan tanah liat sehingga ada sedikit aroma gosong yang harum enak.

Tekstur empuk dan legitnya didapat dari tape singkong sebagai bahan pengembangnya. Soal rasa manis bisa kamu sesuaikan dengan selera.

"Ya Allah, Ning!" Ummi Aisyah dibuat kaget ketika melihat sang menantu dengan keadaan badan yang dipenuhi dengan tepung.

Zaura terkekeh, Tadi Ia tidak tahu kalau tepung yang ada dimeja sudah dibuka. Jadilah tepungnya berhamburan mengenai wajah juga badannya. Para Santriwati disana juga melongo melihat Ningnya itu.

"Maaf" Ucap Zaura sambil tersenyum konyol.

Aisyah geleng-geleng kepala, Kenapa Istri anaknya ini banyak tingkah?. "Udah-udah, kamu mending ganti baju dulu sana."

Bibir Zaura cemberut. "Nggak usah Ummi, nanti aja."

"Yasudah, terserah. Suka-suka mu Nduk!, Sarah tolong ambilkan gula Jawa" Titah Aisyah kepada salah satu Santriwati yang membantu memasak didapur pesantren.

"Nggeh Ummi"

"Ummi, Zaura bantu apa?" Tanya Zaura

"Kamu aduk adonan aja, Biar Ummi yang menakar" Jawabnya.

Zaura membentuk hormat. "Siap"

Yang ada didapur pesantren hanya ada lima orang saja, selebihnya membantu yang lainnya.

....

"Bara Saya minta tolong, Kamu sama anak-anak yang lainnya meminjam tenda. Kayaknya ini tidak cukup kalau dihalaman Musholla" Ucap Rafka

Bara selaku orang yang diajak berbicara mengangguk mengerti. "Tendanya pakai hiasan mboten, Gus?" Tanya nya memastikan.

Rafka nampak berfikir sebentar. "Enaknya gimana?"

"Dikasih sedikit Gus, Soalnya kebanyakan tenda sudah ada yang berkarat" Jawab Bara

"Yaudah, Nanti masalah biaya Kamu bisa temuin Saya lagi!"

"Nggeh, siap. Kalau begitu Saya pamit Gus" Setelah itu Bara pergi dan mengajak beberapa Santri untuk menyewa tenda.

Berjaga-jaga saja karena akhir-akhir ini hujan turun dengan lebatnya.

Rafka pergi mengecek pekerjaan Santri dan Santriwati, sesekali membantu untuk menyelesaikannya.

....

"Ummi, Zaura pamit mau pulang. Cape bangett" Ucap Zaura, Memang terlihat dari wajah nya ada guratan lelah juga bibir yang tampak pucat.

Padahal Zaura hanya membantu mengaduk adonan juga sesekali mengambil barang yang dibutuhkan. "Iya, Dari tadi Ummi udah suruh Istirahat. Bandel kamu ini" Ujar Aisyah.

Zaura tersenyum lebar yang menampakkan lesung pipinya. "Seru Ummi, Zaura sebenrnya masih pengen bantuin tapi rasanya badan Zaura udah nggak kuat lagi" Ucapnya agak lebay.

Aisyah terkekeh melihatnya. "Yaudah sana, jangan lupa bersih bersih dulu, Liat itu badanmu kotor semua kena tepung!"

"Tenang Ummi, tanpa Ummi suruh juga Zaura bakal bersihin diri" Setelah itu Zaura pergi pulang ke rumah yang ada disamping Ndalem setelah berpamitan pada Ummi dan beberapa Santriwati yang ada didapur.

....

Bersambung.....

Halal Bersama(Perfect Husband) Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum