Hembusan angin menerpa kulit mulus terbalut baju putih menjuntai sebatas lutut. Rambut coklat bergelombang sepanjang pinggul ikut menari bersama tarian angin.
Mata berwarna zamrud menatap gugus bintang yang tampak eksis berkelap-kelip di langit. Menampakkan kilau memukau seperti lautan terpantul cahaya bulan.
"Maaf, aku bukannya nggak betah tinggal di sini. Tapi.... ini bukan dunia ku. Ada impian yang harus aku capai di sana."
Helaan nafas terdengar dalam dan berat, wanita cantik itu menaiki pagar pembatas yang berada di balkon. Matanya berlinang seraya menatap gugus bintang. Cukup dramatis memang. Kebanyakan nonton drama korea membuatnya jadi drama queen dadakan. Yah, setidaknya sampai dia tidak sengaja menunduk ke bawah.
"A-anjir! Kok tinggi banget sih!"
"Sakit nggak ya kalau jatuh?" Keluhnya tak sadar menggigit ujung jari.
"Kalau nggak mati dan ternyata jadi cacat gimana?"
Oh no!
Kaki gadis itu mulai gemetar. Dia memutuskan berjongkok sambil berpegangan erat pada sela-sela pagar.
"Ayolah! Bukannya kamu udah bertekad?!" kekeuhnya kesal sambil menepuk-nepuk pipi.
"Semangat!"
Gadis itu kembali berdiri. Ada tekad kuat terpancar dari kedua matanya. Mengabaikan segala bentuk overthingking dan bersiap loncat. Namun, sebuah pekikan kuat menggema, "Nona Restiaaaaaaa!"
Spontan dia menoleh dan mendapati seorang wanita menatap cemas. Sayang, keseimbangan kakinya kacau hingga ia terpeleset dan terhuyung.
"Ma-mampus! Aku beneran jatuh...." batinnya.
Ah, pada dasarnya Restia takut mati. Tapi demi masa depannya ia harus mati untuk terbebas dari dunia novel.
Bagaimana situasi ini bisa terjadi?
Baiklah, mari kita simak kilas balik gadis dengan nama lengkap Restia Adler De Freya atau dalam dunia nyata dia disebut Restia Wardani, si gadis biasa yang seharusnya akan interview setelah berpuluh-puluh berkas lamarannya ditolak.
***
Sepetak ruang dengan beberapa bekas makanan ringan tercecer di lantai. Baju kotor yang tampak menggunung dan buku novel yang berserakan di meja membuat suasana kost ini semakin suram.
Dari pada kosan, ruangan ini lebih mirip gudang. Orang yang melihat akan mengira kosan ini telah dimasuki maling. Nyatanya? Memang pemiliknya saja yang malas berbenah.
Ia pernah berujar begini, "rumah ku adalah sarang ku. Namanya sarang harus yang paling nyaman dan suasana inilah yang ternyaman versi ku."
Memang agak aneh otaknya. Mungkin itu pengaruh dari menganggur kurang lebih satu tahun setelah wisuda. Membuat otaknya agak berpindah sedikit dari posisi normal karena sangking stressnya belum dapat pekerjaan.
Restia adalah lulusan jurusan Tata Boga di salah satu universitas bergengsi. Yah, kalau ditelaah lagi, buat apa universitas bagus kalau tidak punya orang dalam?
Ijazah mu akan sia-sia! Mau bukti nyata? Restia Wardani-lah orangnya. Setelah wisuda ia memutuskan untuk tidak pulang kampung dan mencari kerja di kota. Alih-alih dapat pekerjaan Restia justru menganggur cukup lama. Selama ini ia hidup dengan gaji part time menjaga stand jajanan di sebuah even.
"Hah, kalau kayak gini terus mending aku pulang kampung aja deh. Lumayan beras nggak bayar," ujarnya lesu memandang sebuah website salah satu perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Want to Die (END)
FantasyHanya karena nama karakter dalam novel sama, tanpa sebab Restia Wardani masuk ke dunia novel dan bertransmigasi ke tubuh Restia Alder D. Freya. Pemain antagonis yang selalu mencelakai female lead. Seolah sudah jatuh tertimpa tangga. Restia tau akhir...